Di sisi lain, saya merasa speechless. Di daerah tempat tinggal saya, jarang sekali sepasang suami istri yang sudah berusia lanjut saling mengungkapkan perasaannya dengan begitu gamblang. Memanggil istrinya dengan kata Sayang. Ayah saya saja jarang, bahkan saya tidak pernah mendengar beliau memanggil Mamak dengan kata Sayang.
Saya menyudahi mengaji dan memutuskan untuk berbaring. Rasa kantuk menyerang dan menuntut tubuh untuk tidur.
***
"Yang sakit Kakeknya atau Neneknya, Kak?" tanya saya kepo kepada Mbak yang bekerja di rumah sakit.
"Neneknya, Dek," kata Mbak itu. Saya menggangguk paham.
Si Mbak melanjutkan, "Diabetes, Dek. Baru saja kakinya diamputasi sebelah."
Astaghfirullahal'adziim.
Saya menelan ludah. Demikian berat ujian mereka berdua. Dan begitulah. Setiap waktu shalat datang, kejadian berulang. Membuat saya tersenyum dalam hati, sekaligus meringis. Antara merasa berdosa telah mendengar percakapan sepasang suami-istri tersebut dan merasa bahagia, karena lelaki sebaik itu masih ada.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H