Karena hari sudah terlampau malam, ditambah lagi esok dini hari harus bangun sahur, saya segera menutup tirai dan menggelar tikar. Saya langsung tidur, dengan rencana akan berberes keesokan hari saja.
Saya tidak bisa tidur. Terbangun sejam sekali sampai pukul 4 barulah saya mulai sahur. Kamar di depan, yang hanya dibatasi oleh tirai, juga mulai berkelontangan. Mungkin rantang aluminium yang dibuka dari pengikatnya.
Saya sahur dalam diam. Pun demikian orang kamar depan. Tidak lama setelah sahur saya usai, adzan subuh berkumandang.
Saya membereskan sisa sahur dan bergegas mengambil wudhu di kamar mandi. Kemudian shalat di kamar. Pasca shalat, saya melanjutkan kegiatan dengan mengaji. Dan ketika itulah suara tua si Kakek terdengar.
"Dek..., Dek..., bangun, Dek. Udah subuh."
Terdengar erangan Nenek pelan. Tapi tidak ada tanggapan berarti. Membuat si Kakek kembali memanggil Nenek.
"Katanya mau pake mukenah baru? Ayo, bangun, Dek. Shalat dulu. Nanti Andi (saya tidak tahu siapa Andi, mungkin anaknya) marah kalau adek tidak shalat."
Kakek terus berusaha membangunkan Nenek dengan sabar. Saya memelankan suara, takut mengganggu mereka berdua. Setelah beberapa kali berusaha membangunkan dan belum ada tanggapan, suara Kakek semakin lembut memanggil.
"Dek..., Dek..., bangun, Sayang. Ayo, sholat subuh."
Saya otomatis terdiam.
Usia keduanya mungkin 60 lebih, bisa jadi malah 70an. Dan saya barusan mendengar kata 'Sayang' keluar dari mulut Kakek? Di satu sisi, saya merasa malu karena telah mendengarkan pembicaraan sepasang suami-istri meskipun tanpa sengaja.