Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Long Weekend di Cirebon: Geliat Wisata Kota Pesisir (bagian 3 - Habis)

30 September 2016   11:28 Diperbarui: 30 September 2016   11:39 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Empal Gentong Cirebon a la Hotel Neo Samadikun. (foto: dok.pri)

Ketika terbangun, Pak Doni sambil senyum-senyum membukakan pintu untuk saya. Mungkin dia geli mendengar cerita kami lalu melihat saya tertidur pulas. Ternyata kami memang sudah sampai di kompleks Batik Trusmi, bahkan persis di sebelah pintu masuk sampingnya.

Cokelat lucu khas Garut yang dijual di Batik Trusmi. (foto: dok.pri)
Cokelat lucu khas Garut yang dijual di Batik Trusmi. (foto: dok.pri)
Oya, setelah kami ngedumel-ngedumel tentang si supir, Pak Doni dengan santun menawarkan jasanya mengantarkan kami keliling Cirebon. Ia bertutur panjang lebar bahwa memang tidak ada kendaraan umum semacam taksi Blue Bird yang lalu lalang di Cirebon, angkot pun hanya melewati rute-rute tertentu dan tidak sering. Taksi Bhineka yang ia kendarai biasanya memang digunakan untuk mengantar tamu seharian, terlebih lagi karena bodi mobil yang lebar seperti mobil jemputan anak maka sekalian dimanfaatkan untuk jasa pengantaran wisatawan yang ingin berkunjung ke Cirebon. Jadi, tidak seperti taksi di Jakarta yang bisa distop lalu diantarkan ke satu titik tertentu lalu setelah itu mencari ‘ojekan’ lainnya. Sehingga, untuk mendapatkannya pun perlu dengan membuat reservasi terlebih dahulu melalui telepon.

Kembali ke toko batik Trusmi, saya melihat ratusan manusia berjejal di dalam toko seluas hypermarket-hypermarket yang ada di Jakarta. Yah, nggak berjejal banget sih, tapi ruammmeee deh, melihatnya seolah-olah sedang berada di dalam pasar induk sayur-mayur. Sumpek!!!

Batik Mega Mendung khas Cirebon yang dapat kita temui dengan mudah di Trusmi Batik. (foto: dok.pri)
Batik Mega Mendung khas Cirebon yang dapat kita temui dengan mudah di Trusmi Batik. (foto: dok.pri)
Entah karena saya memang tidak hobi berbelanja, saya beralih ke sudut-sudut yang rada lowong, seperti rak-rak berisi oleh-oleh makanan. Mata saya malahan tertuju ke deretan coklat buatan lokal yang dikemas dengan bahasa yang lucu-lucu, seperti Cokelat Tolak Miskin, Cokelat Gawat Darurat, Cokelat Banyak Rejeki, Cokelat Tambah Cinta, Cokelat Sesuwatu Banged, Cokelat Anti Galau, dan kata-kata unik lainnya.

Ketika sedang mengamati cokelat-cokelat penghibur suasana hati itu, mendadak diperdengarkan suara musik pengiring tari-tarian yang lumayan memekakkan telinga. Saya mencari sumber suara, dan ternyata tidak jauh dari rak cokelat, di sebuah pojokan, sedang berlangsung sebuah pementasan tari topeng yang diperagakan oleh dua orang remaja putri. Suaranya berasal dari alat sound system yang dipasang di samping mereka. Sambil menunggu teman saya berburu batik mega mendung khas Cirebon, saya malah tenggelam menikmati sajian tari tradisional tersebut. Untuk hiburan seperti ini, saya rela deh meraih kepingan logam dalam saku tas saya untuk disumbangkan kepada kedua penari belia. Hiburan yang menyenangkan, apalagi setelah mengalami kejadian tidak enak dengan si abang becak, ha ha ha…

Pementasan Tari Topeng di dalam toko Batik Trusmi. (foto: dok.pri)
Pementasan Tari Topeng di dalam toko Batik Trusmi. (foto: dok.pri)
***

Kami kembali ke hotel masih sore, sebelum Maghrib menjelang, akibat kelelahan dan kepanasan berkeliling dengan becak.

Makan malam kami lalui di dalam hotel, dengan memesan empal gentong yang ternyata uueenaaak… Tidak sia-sialah meskipun tidak keluar hotel untuk makan malam kali itu, harganya juga sepadan, rasanya pun tidak kalah dengan rasa kaki lima. Setidaknya begitulah menurut pendapat kami. Saking lelah dan lapar, makanan kami habiskan, tak bersisa. Nggeragas!!

Display gubuk yang menjual empal gentong dan tahu gejrot di dalam hotel Neo Samadikun Cirebon. (foto: dok.pri)
Display gubuk yang menjual empal gentong dan tahu gejrot di dalam hotel Neo Samadikun Cirebon. (foto: dok.pri)
Harga empal gentong di hotel Neo Samadikun: Rp 25.000,00 per porsi.

Empal Gentong Cirebon a la Hotel Neo Samadikun. (foto: dok.pri)
Empal Gentong Cirebon a la Hotel Neo Samadikun. (foto: dok.pri)
Penganan tahu gejrot Cirebon a la Hotel Neo Samadikun. (foto: dok.pri)
Penganan tahu gejrot Cirebon a la Hotel Neo Samadikun. (foto: dok.pri)
Catatan: Bagi teman-teman yang ingin menggunakan jasa taksi Bhineka Pak Doni, berikut ini nomor ponselnya: 0851 0134 6344. Tarif Pak Doni Rp 500.000,00 untuk satu hari penuh dari jam 9 pagi hingga jam 8 malam, sudah termasuk ongkos mobil, bensin dan supir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun