Untungnya seorang mbak-mbak berjilbab dengan senyum polos menjawab, “Nggak ada, Mba. Tapi ada namanya Taksi Bhineka.”
Lalu saya teringat, sebelum kami tadi memasuki pelataran masjid, saya sempat melihat sebuah mobil minivan yang keluar dari halaman masjid menuju ke jalan raya, dengan tulisan Bhineka pada kaca belakang
“Taksi di sini ukurannya besar, Mba, bisa muat banyak,” imbuh temannya yang lain lagi, yang berdiri di samping produk susu pelangsing, seorang pria muda berkacamata.
“Ada nomor teleponnya, nggak?!” sembur teman saya.
“Ada, Mba, sebentar ya.” Lalu pria itu mengeluarkan notes, dan meminta si mbak berjilbab mencarikan nomor telepon taksi di HP-nya.
Singkat cerita, setelah dua kali menelpon, akhirnya kami dapatkan jugalah sebuah taksi yang dalam waktu sekitar lima belas menit akan meluncur ke masjid ini. Sambil menunggu, tiba-tiba pria muda berkacamata itu membawa selebaran brosur ke hadapan kami. “Mbak, hari Minggu besok ada acara, nggak? Kalau nggak ada, Mbak bisa ikut kegiatan kami nih, bermanfaat juga, bla bla…”
Saya melirik ke brosur susu pelangsing yang digenggamnya. Buset, malah jualan dagangannya ke kita nih orang..
Raut wajah teman saya semakin terlihat bete. Menahan amarah, teman saya malah menjawab dengan nada yang disabar-sabarkan, “Kami ini dari Jakarta, Mas. Nanti malam sudah kembali ke Jakarta. Maaf ya,” jawabnya singkat dengan senyum dipaksakan.
Pemuda berkacamata itu hanya meringis, “Oh, dari Jakarta, Mba..” lalu ia kembali ke stand-nya, masih sambil tersenyum.
Luar biasa deh orang Cirebon ini, pikir saya. Kalau di Jakarta, seorang sales macam dirinya pasti akan pantang menyerah memburu kita untuk menawarkan produknya, atau setidaknya membujuk kita sampai mau untuk sekadar mengikuti acaranya supaya pada akhirnya kita tertarik dan membeli produk tersebut.