Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Jangan Terkecoh! Kenali 16 Istilah Buku Bajakan, Panggilan Sayang dari Pembajak untuk Menarik Pelanggan

5 Desember 2024   17:09 Diperbarui: 6 Desember 2024   08:26 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Retorika.id/PCWORLD (Ilustrasi Istilah yang Keluar dari Buku Bajakan)

Buku 'bajakan' tak lagi menjadi hal yang tabu ketika didengar dan dikenal. Terlebih, memiliki daya tarik tersendiri dari sisi harga dan kondisi, di mana harga yang ditawarkan dibawah harga pasar membuat mata pelanggan seakan langsung berbinar, ditambah dengan kondisi baru dan segel seakan menjadi bukti kualitas yang meyakinkan.

Kedua daya tarik tersebut, mampu mengundang keuntungan yang besar bagi si pengedar. Bagaimana tidak untung? Ribuan buku terjual, tanpa perlu repot-repot memikirkan hak ekonomi sang penulis dan jajaran penerbit.

Sayang, meski sudah memikat dan untung, agaknya masih kurang memuaskan juga bagi si pengedar buku bajakan. Terlebih, ketika aktivitas pembajakan buku selalu digemakan (dilawan) oleh berbagai pihak, agaknya membuat keadaan mereka terancam dan terus terusik. Sehingga berbagai cara terus dilakukan untuk tetap bisa memasarkan buku bajakan.

Salah satunya, yakni dengan menggunakan berbagai istilah khusus untuk 'memperhalus' kata 'bajakan'. Alih-alih mengelabui, istilah-istilah yang biasa digunakan pengedar seakan menjadi panggilan sayang untuk memikat hati para pelanggan.

Di marketplace, buku bajakan semakin mudah ditemukan. Semakin mudah pula para pengedar untuk menggunakan istilah-istilah halus pengganti kata 'bajakan' sebagai tameng untuk mengelabui pelanggan.

Bagi sebagian orang khususnya pelanggan buku, mungkin sudah paham mengenai istilah halus buku bajakan. Tetapi, tak sedikit pula para pelanggan (terlebih pelanggan baru) yang belum mengetahui atau belum paham arti dari istilah yang kerap digunakan oleh si pengedar, sampai-sampai harus masuk jebakan (istilah halus) si pengedar dan ketika barang sampai barulah mengetahui kondisi yang sebenarnya, plus jadi merugi.

Istilah Halus Kesayangan Pembajak yang Membuat Jualan Jadi Mulus

Jika, ditelusuri dan ditelaah lebih mendalam, istilah halus buku bajakan bisa dikatakan terus bertambah, alias selalu ada istilah baru yang muncul. Secara sederhana bisa dilihat melalui 4 sisi berikut ini:

Istilah Umum atau yang Sudah Biasa Digunakan

1. Non Ori: alias non original, yang berarti bukan produk original atau bukan produk asli. Dahulu, istilah ini yang biasanya paling utama dipakai oleh pengedar dengan cara disingkat, sehingga kerap membuat pelanggan sering bingung dan bertanya-tanya apa artinya.

2. KW: Dalam dunia jual-beli biasa diartikan sebagai produk tiruan atau imitasi. Istilah KW sama seperti non ori, dahulu menjadi yang paling utama dipakai. Namun, kini kerap dihindari oleh pengedar, sebab artinya sudah pasaran alias sudah terkenal digunakan oleh para pembajak. Di sisi lain, jika mendengar kata 'KW' dominan pelanggan pun sudah otomatis paham artinya.

3. Repro: alias re-produksi, yang berarti tiruan. Lebih dalam, repro dalam dunia buku sama saja dengan memproduksi ulang buku-buku secara ilegal. Istilah ini, masih sering digunakan oleh pengedar, biasanya kata 'repro' ini ditaruh bagian deskripsi ataupun sebagai jawaban ketika si pengedar dimintai keterangan kondisi melalui chat.

4. Re-print / Reprint: artinya cetak ulang ataupun cetak kembali. Sama seperti poin 3, sama saja mencetak ulang buku-buku secara ilegal.

5. Self Printed: berarti mencetak ulang buku secara mandiri. Tetapi, istilah ini tentu berbeda dengan penerbitan buku yang setara dengan self-publishing yaa. Sebab, pembajak dan pengedar juga kerap menggunakan istilah ini sebagai bahasa halus.

6. Premium: memiliki arti berkualitas tinggi dan lebih tinggi dari cetakan biasanya. Istilah premium ini kerap membuat pelanggan terkecoh, banyak yang berpikir bahwa 'kalau premium, pasti barang lebih bagus dan original', padahal kenyatannya adalah sama saja buku bajakan. Istilah ini termasuk yang umum digunakan oleh pengedar hingga saat ini.

7. Grade original / Grade ori: alias diartikan sebagai kualitas yang serupa dengan produk buku asli. Sama seperti premium, istilah ini juga kerap membuat pelanggan terkecoh karena kata 'grade' yang biasanya dinilai sebagai penyebutan kualitas paling tinggi mendekati asli.

Ke-7 poin di atas, semuanya ber-arti sama, yakni 'BAJAKAN'. Istilah/penyebutannya memang berbeda, tetapi memiliki arti yang sama, mengarah pada pencetakan ulang buku-buku yang sebelumnya sudah diterbitkan resmi oleh penerbit.

Mau disebut memiliki kualitas tinggi atau mendekat ori, tetap saja bajakan, semua istilah diatas hanyalah iming-iming semata. Di mana proses produksi ulang buku-buku tersebut dilakukan 'tanpa' izin resmi dari pemegang hak cipta, alias ilegal dan tidak memberikan sepeser pun keuntungannya kepada sang penulis ataupun penerbit.

Istilah yang Menggunakan Sisi Kualitas

8. Best quality
9. Kualitas print-an bagus / Kualitas cetakan bagus
10. Kualitas dijamin mirip asli
11. (E-Book) file PDF kualitas bagus

Jika, menemukan penjual buku yang mengatakan / menulis keterangan dari salah satu diantara 4 poin di atas, bisa dipastikan buku tersebut adalah bajakan. Sebab, buku original sekalipun dalam kondisi bekas, pasti tidak akan lagi berbicara masalah kualitas. Jika, original penerbit, biasanya hanya mengatakan '100% original resmi', sedangkan original bekas biasanya akan disebut 'original bekas' dan menjelaskan detail kondisi masa kininya (bukan kualitasnya).

Ke-4 istilah di atas, diambil dari sisi kualitas, pengedar mencoba membuat pelanggan terkecoh dengan menyebut bahwa kualitas buku yang dijualnya adalah bagus.

Sedangkan, buku-buku original resmi penerbit, tidak lagi memerlukan istilah 'bagus', 'mirip asli', 'best quality', karena sudah pasti resmi yang berkualitas tinggi dan tidak diragukan lagi masalah cetakannya.

Saat kamu mau membeli buku dan menemukan ke-4 istilah di atas, jangan lupa perhatikan detail per-kata nya. Seperti, poin 10 pada kata 'mirip' yang artinya 'serupa' atau 'hampir sama', jika ditafsirkan dalam sebuah produk maka sudah jelas bahwa barang tersebut hanya tiruan yang dibuat serupa.

Istilah yang Diambil dari Sisi Kertas

12. Kertas bookpaper: bernuansa cream terang. Kertas bookpaper yang digunakan pembajak sangatlah berbeda dengan versi original, sebab versi bajakan biasanya sangat cepat kekuningan dan kualitasnya tipis, sehingga pada saat bukunya dipegang pasti sangat enteng.

13. Kertas kuning ringan: kertas jenis ini sama saja dengan bookpaper, hanya bahasanya saja yang diperhalus. Soal kondisi dan kualitas sama saja.

Istilah halus buku bajakan memang kerap diambil dari sisi kertas, seperti 2 poin di atas, yakni yang menyebut jenis kertas buku tetapi dibarengi dengan sisi kondisi, contoh 'Kertas bookpaper, buku disegel'.

Buku bajakan, biasanya didominasi dengan penggunaan 2 jenis kertas, yakni HVS dan Bookpaper. Jika, harganya kebangetan murah, biasanya menggunakan bookpaper dan berkualitas rendah.

Secara umum dan sadar, buku-buku original ketika dipasarkan tidak lagi menyebut jenis kertas, apalagi dengan sebutan 'kertas kuning ringan'. Sebab, buku original resmi sudah tidak diragukan lagi soal jenis dan kualitas kertasnya. Biasanya per-buku original sudah pasti memiliki jenis kertas yang sama dan dengan ukuran yang sama, tidak seperti versi bajakan yang kebanyakan mencetak buku dengan jenis dan ukuran berbeda.

Istilah Penghindaran: Menggunakan Sisi Kondisi

14. Buku murah: kata 'murah' menjadi istilah yang sekilas meyakinkan, biasanya ditulis / disebut kembali pada deskripsi produk, padahal harga asli sudah tertera berbarengan dengan judul.

15. Buku baru: penjelasan kondisi yang digunakan pengedar, tanpa tambahan deskripsi apapun termasuk kata 'original'. Poin ini menjadi istilah penghindaran yang sering mengecoh pelanggan.

16. Buku disegel: alias istilah untuk meyakinkan, bahwa buku yang dijual adalah dengan kondisi disegel. Padahal, bukanlah segel resmi, melainkan terdapat 2 jenis, yakni wrapping dan OPP. Meskipun menggunakan segel wrapping, namun tidaklah setara dengan asli penerbit. Sedangkan OPP (yang digunakan untuk buku), adalah plastik yang biasa digunakan untuk packing baju, dengan perekat merah dan dikencangkan kembali menggunakan solatip.

Ke-3 istilah ini seperti sudah serangkai, alias 3 istilah yang menjadi tameng penghindaran si pengedar. Kerap kali digunakan (disebut / ditulis) secara berbarengan, yakni seperti 'Buku murah, kondisi baru dan disegel', tanpa deskripsi tambahan.

Menyoal harga dan kondisi dalam hal ini, bisa dibandingkan dengan buku original. Di mana produk buku original, tidak lagi repot-repot menyebut soal harga, karena sudah dimasukkan dan tertera pada sistem yang akan muncul dekat dengan judul dan foto. Sedangkan, masalah kondisi, biasanya produk original penerbit tidak juga menyebutnya pada deskripsi, melainkan pada spesifikasi.

Pengedar buku bajakan, biasanya hanya terfokus menggunakan 3 istilah serangkai di atas untuk meyakinkan pelanggan. Sebab, istilah tersebut biasanya yang paling utama ditanyakan oleh pelanggan, seperti 'Apakah kondisinya baru?', 'Apakah bukunya disegel?', dan celah itulah yang kemudian dipakai oleh pengedar.

Hindari Jika Tidak Ada Kata 'Original'

Selain penerbit, toko buku sangatlah banyak, terkadang saking banyaknya menjadi susah untuk membedakan kondisi, mana yang original dan mana yang bajakan.

Dari sisi istilah sendiri, kuncinya bisa dengan mudah dikenali dari deskripsi produk. Di mana produk buku bajakan, sudah pasti memasukkan di antara 16 istilah di atas, namun tidak pernah ada kata 'Original', alias selalu menghindar dari kata original.

Jadi, jika kamu ingin membeli buku di toko buku biasa / diluar dari penerbit resmi, maka cek secara detail deskripsinya, apakah menemukan kata original? atau justru ketemu dengan salah satu 16 istilah di atas? Jika ada kata original, bisa dipastikan kembali melalui spesifikasi dan chat, namun jika hanya melihat deskripsi yang sepi/kosong dan hanya memasukan salah satu di antara 16 istilah di atas, maka sebaiknya kamu hindari.

Perlu diingat, bahwa produk original resmi penerbit tidak memasukan deskripsi yang tidak penting, seperti istilah-istilah yang jarang diketahui banyak orang, biasanya hanya memasukan sekilas alur cerita/isi buku dan soal kondisi sudah tertera pada spesifikasi. Sedangkan, buku original bekas dan lawas, sudah pasti menyebut kata 'original' baik pada judul, deskripsi ataupun spesifikasi, terlebih deskripsi yang diberikan biasanya panjang karena menjelaskan kondisi masa kini si buku.

Semoga ulasan ini bermanfaat dan menambah wawasan kamu dalam mengenal luasnya dunia buku. Salam literasi, salam sehat-sehat selalu untuk kamu yang lagi baca artikel ini.

Penulis: Dina Amalia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun