Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! ~ Best In Opinion Kompasiana Awards 2024 ~ Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Review Buku "Apakah Saya Juga Gifted?", Menemukan Diri Lewat Krisis, Trauma, dan Tragedi

6 September 2024   18:30 Diperbarui: 8 September 2024   07:11 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum lebih mendalam, bagi sebagian pembaca mungkin masih bingung, gifted tuh apasih? Ada juga yang mungkin sudah tau dan berpandangan bahwa gifted merupakan anak-anak genius dan ber-IQ tinggi.

Buku ini mencoba memberi petunjuk, bahwa gifted dan giftedness sendiri menjadi konsep yang sampai saat ini masih / bahkan terus berkembang. Namun, bisa dipahami, bahwa giftedness bukan hanya sebuah kemampuan intelektual dan bakat saja, melainkan mencakup kepekaan diri pada stimuli yang mampu melahirkan pengalaman psikis yang berlimpah.

Seorang gifted mempunyai jalan pikir yang kreatif dan kompleks, otaknya bagaikan dinamo ide yang tidak ada ujungnya.

Tragic Gift

"Ah, gua mah orang biasa-biasa aja. Bukan lulusan universitas unggulan.'

"Ah, gua gabisa bahasa inggris. Berhubungan dengan angka juga ngga mampu."

"Kalau soal ngomong di depan umum, bukan gua jagonya, malu."

"Apa yang dibanggain dari diri gua? Nerima penghargaan aja ngga pernah."

Pernah ngga bergumul dengan pikiran seperti itu tentang diri sendiri? Sudah menganggap diri sendiri bukan apa-apa, apalagi gifted. Krusialnya memang terjadi pada remaja yang sedang beranjak menjadi seorang dewasa, ketika mulai memasuki masa-masa kuliah ataupun bekerja.

Namun sebaliknya, pernah ngga mendengar "Ada bayi yang usianya baru 2 tahun, tapi sudah hafal nama-nama negara", "Anak 5 tahun, tapi sudah menguasai beberapa bahasa sekaligus.", "Ada anak 11 tahun sudah kuliah", "Si A pinter banget, pantes ditunjuk lomba ke luar negeri".

Sadar atau tidak, seseorang yang juga memiliki kemampuan tergolong tinggi selalu dihantui tuntutan yang besar dan beban yang dipikulnya amat berat. Lingkungan dan publik seraya menantikan atau 'berekspektasi lebih' dari orang ini. Pun sebaliknya, jika ia gagal dalam mencapai dan 'memuaskan' publik yang menggantungkan harapan padanya menjadi kecewa, bahkan kegagalannya amat diaduh-aduhkan.

Bagian ini serasa cermin bagi saya bahkan lingkungan yang sering menganggap diri sendiri ngga seberharga orang lain, Nancy Dinar membawa bagian ini dengan sangat jelas, dari mulai contoh nyata yang digambarkan sampai pada sebuah pesan menyentil seraya membangunkan pembaca, bahwa seseorang yang disebut-sebut sebagai ber-IQ tinggi atau orang mapan intelektual tidak menjamin sebuah kesuksesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun