Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Hidup pada dunia puisi dan literasi | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal "Gamophobia", Ketakutan untuk Menikah dan Berkomitmen

7 Agustus 2024   10:52 Diperbarui: 7 Agustus 2024   11:17 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Freepik/Yanalya (Ilustrasi Gamophobia)

'Pernikahan' atau 'Menikah' menjadi wujud keseriusan dalam sebuah hubungan. Setiap individu tentu ingin menapaki janji suci yang diikat dengan komitmen besar, terlebih ketika sudah menjalin hubungan dengan kekasih dalam beberapa waktu yang cukup lama.

Namun, tahukah kamu bahwasannya ada ketakutan yang amat berlebih terhadap menikah dan berkomitmen. Rasa ketakutan ini disapa dengan sebutan 'Gamophobia', yang di mana seseorang memiliki rasa takut secara berlebih terhadap 'pernikahan' dan menjalankan 'komitmen' dengan pasangannya. Ketakutan ini cukup kuat sekali, sehingga kerap dihantui rasa 'mustahil' untuk bisa menjalin suatu hubungan dengan jangka yang panjang.

Kata gamophobia sendiri dikenal melalui bahasa Yunani, yakni 'Gamos' yang memiliki arti 'Pernikahan' dan 'Phobos' yang memiliki arti fobia.

Bagi sebagian orang mungkin hanya sering mendengar keenganan seseorang untuk menikah dan bisa jadi baru mendengar istilah Gamophobia ini.

Mewarta dari Cleveland Clinic dan Halodoc, perlu diketahui, bahwasannya fobia ini lebih dari sekedar rasa 'berhati-hati' alias agak enggan untuk menjalankan komitmen yang besar terhadap suatu hubungan.

Pengidap fobia ini selalu dihantui rasa takut bahwa 'kehidupan after menikah memiliki dan lebih sulit untuk mempertahankan sebuah hubungan dalam jangan yang panjang'. Sebagian pengidap juga memiliki anggapan, bahwasannya ketika memilih untuk menikah 'hanya menambahkan beban atau masalah baru saja'. Pada intinya, pengidap tidak menginginkan terjebak pada sebuah hubungan yang menurutnya rumit.

Penyebab Umum Gamophobia

Sebab utama dari fobia ini tentu beragam sekali dan tidak dapat disamaratakan pada setiap pengidap.

Melansir dari IHC, meski sebab utama gamophobia beragam, namun mayoritas ketakutan yang dimiliki pengidap berasal dari pengalaman yang sama, yakni pengalaman saat menjalin sebuah hubungan percintaan yang tidak berjalan dengan mulus bahkan mendapatkan perlakuan yang buruk, atau melihat pengalaman 'masalah percintaan orang terdekat' yang mungkin pernah berakhir buruk.

Selain mayoritas penyebab utama di atas, berikut beberapa hal yang juga menjadi penyebab dari gamophobia:

1. Riwayat keluarga

Penyebab umum dan biasanya menjadi pengalaman awal yang dirasakan, yakni dari riwayat keluarga, seperti melihat pertengkaran orang tua hingga harus menerima kenyataan bahwa orang tuanya lebih memilih untuk bercerai.

2. Trauma pelecehan

Trauma pelecehan biasanya terjadi ketika masa kanak-kanak bahkan hingga dewasa.

Sering kali ketika masa kanak-kanak mengalami hal tak terduga yang berasal dari lingkungan atau orang terdekat, namun di masa-masa ini yang kerap dirasakan ketika mendapatkan pelecehan adalah ketakutan atau keengganan untuk bercerita / melapor ke orang tua, alhasil memendamnya sendiri hingga dewasa dan menjadi trauma.

3. Pengalaman disakiti

Memiliki pengalaman pada lingkaran hubungan yang kurang sehat, seperti disakiti (ditinggalkan, hubungan yang berjalan seumur jagung) dan dipelakukan buruk (dikerasi atau sempat berhubungan dengan pasangan yang ternyata suka main tangan).

4. Efek tontonan atau melihat hubungan orang lain

Kerap melihat lingkungan sekitar, atau bahkan dari tontonan seperti media sosial mengenai hubungan orang lain yang berjalan buruk, seperti mendapatkan KDRT, ditinggalkan, diselingkuhi, sehingga dirinya merasa cemas dan berpikir 'takut seperti apa yang dilihat'.

Seperti yang sudah disinggung di atas, dalam hal ini lebih dari sekedar 'hati-hati' yang menyebabkan diri pengidap semakin cemas dan panik berlebih.

Gejala Psikis Gamophobia

Pengidap fobia ini memiliki rasa ketakutan dalam jangan waktu yang cukup panjang dan tentunya sangat berdampak pada kehidupan sehari-harinya.

Gejala psikis yang ditunjukkan oleh pengidap gamophobia, diantaranya seperti:

1. Menghindari topik pembicaraan yang berbau 'menikah'

Selalu menghindar ketika sekelilingnya sedang membicarakan mengenai kehidupan pernikahan, hingga enggan menjawab ketika ditanya 'kapan menikah?'.

Alih-alih takut dan cemas, jadi jauh lebih memilih untuk menghindar dan tutup kuping rapat-rapat.

2. Terbayang-bayang hancurnya sebuah hubungan

'Terbayang-bayang' biasanya terjadi karena melihat orang terdekat atau tontonan media sosial yang kerap membagikan tentang hubungan kurang sehat atau sedang tidak baik-baik saja.

Alhasil, jadi selalu terbayang-bayang jikalau hubungan dirinya dengan pasangan akan hancur seperti apa yang dilihat.

3. Melarikan diri dari hubungan yang sedang dijalani (Ghosting)

Hubungan yang baik-baik saja, namun pengidap lebih memilih untuk mengakhirinya karena merasa takut akan hubungan yang hancur dan enggan berkomitmen untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.

Alih-alih putus baik-baik, padahal melarikan diri yang alasannya terkadang enggan dibeberkan kepada pasangan. Biasanya hal ini juga disebut dengan ghosting, tiba-tiba lari dan menghilang dengan alasan yang tidak jelas.

4. Menghindar dari hubungan yang 'serius'

Lebih memilih berhubungan tanpa adanya status, hanya sekedar sebagai teman chat, teman curhat, namun tetap romantis seperti pasangan pada umumnya. Hal ini dijadikan sebagai tameng untuk menghindari sebuah hubungan yang serius.

Diagnosa dan Penanganan Gamophobia

Bagaimana diagnosis dari gamophobia?

Mewarta dari Cleveland Clinic, tentu tidak bisa self-diagnose, melainkan merujuk kepada ahli dari kesehatan mental khususnya spesialiasi penanganan fobia dan gangguan-gangguan kecemasan. Walaupun belum ada tes khusus mengenai fobia ini, tetapi ahli yang akan memakai evaluasi kesehatan mental untuk bisa mendiagnosis fobia ini dengan cara bertahap, dari mulai melihat riwayat kesehatan mental (seperti, apakah mengidap fobia lain), hingga pengajuan beberapa pertanyaan terkait gejala yang dirasakan.

Lalu, bagaimana gamophobia bisa ditangani?

Melansir dari Cleveland Clinic dan Halodoc, ada beberapa langkah untuk menangani gamophobia, berikut diantaranya:

Personal:

1. Mematangkan apa yang dibutuhkan diri sendiri 

Mempertimbangkan matang-matang apakah kecemasanmu kerap menjadi penghalang dari hal-hal yang sebenarnya sangat kamu dambakan. Atau mungkin sebaliknya, bisa jadi memang kamu belum siap dan belum pengen menjalin hubungan yang berjangka panjang hingga serius.

Namun, jika menjalin hubungan secara serius menjadi hal yang kamu dambakan dan hilang begitu saja karena kecemasanmu sendiri, sebaiknya segera ambil langkah untuk mengatasinya, sehingga kamu bisa membentuk kembali hubungan yang jauh lebih sehat, dipenuhi kasih sayang, hingga langgeng dengan seseorang yang menjadi pilihanmu.

2. Mempertimbangkan kembali riwayat hubungan

Meluangkan waktu untuk bisa memikirkan dan mematangkan kembali riwayat hubungan yang pernah kamu lalui. Bisa dimulai dari banyaknya pertanyaan, seperti ketika menjalin hubungan dimasa lalu apakah ketakutanmu terhadap komitmen pernah berpengaruh terhadap hubunganmu? Apakah dirimu kerap lari dari sebuah hubungan yang tergolong pernah serius? Apakah pernah memaksa seseorang untuk menjauhi dirimu? dan pertanyaan-pertanyaan semacamnya.

3. Journaling

Terkadang, sering kali kita memendam perasaan atau unek-unek, entah karena takut mau cerita ke orang lain atau memang belum percaya sepenuhnya ke orang lain jika kita bercerita masalah hati.

Dalam mengatasi hal ini, kita bisa melakukan journaling alias mengekspresikan semua ketakutan dan isi pikiran kita melalui catatan / tulisan. Ketika menulis kita bisa memetakkan berbagai hal, seperti apa saja yang harus dilakukan, apa yang harus dihindari, sikap seperti apa yang harus diperbaiki, dan sebagainya. Dari proses memetakkan inilah yang pada akhirnya membuat diri kita bisa berekplorasi terhadap apa yang sedang kita rasakan, hingga apa yang harus kita lakukan pada beberapa waktu mendatang.

Proses journaling, menjadi langkah yang efektif untuk mengeksplorasi berbagai pola pada perilaku dan pikiran kita yang bisa berkontribusi dalam mengurangi perasaan cemas.

Terapis:

1. CBT / Terapi Perilaku Kognitif

Terapi ini semacam terapi bicara, yang dapat membantu pengidap untuk mengatasi ketakutan berkomitmen. Dari terapi inilah akan terungkap, apa saja penyebab utama dari pikiran pengidap yang membuat dirinya takut.

Ketika terapi ini dimulai, seorang ahli akan membantu dalam proses pengubahan persepsi dari negatif menjadi positif mengenai pernikahan dan sebuah komitmen besar. Selain itu, juga akan dibimbing untuk bisa berkomunikasi dengan baik terhadap seseorang yang kita cintai.

2. Terapi Desensitisasi Sistemik

Selanjutnya merupakan terapi pemaparan untuk membantu seseorang dalam mengatasi fobia / kecemasan tertentu.

Pada terapi ini akan dimulai dari penggunaan teknik relaksasi, diantaranya seperti meditasi guna mengatasi gejala yang sering muncul. Kemudian, akan dipaparkan mengenai gagasan-gagasan untuk membentuk sebuah komitmen.

Apakah gamophobia berdampak negatif?

Mewarta dan mengembangkan dari Cleveland Clinic, jika pengidap fobia ini kerap menjauhi seseorang atau hubungan yang sudah dijalani, maka akan berdampak negatif, baik pada kesehatan mental ataupun fisik.

Seperti akan mengalami rasa kesepian, depresi (mengarah pada pikiran dan percobaan untuk bunuh diri), gangguan penggunaan zat-zat terlarang, hingga terus merasakan gangguan panik dan cemas.

Apakah ada kaitannya antara krisis populasi dengan gamophobia?

Seseorang yang mengalami kondisi kecemasan ini belum tentu mau menerima diagnosa dan mencari pertolongan, jadi sulit sekali untuk bisa tahu berapa jiwa yang cemas akan sebuah pernikahan dan komitmen.

Mewarta dari Halodoc, banyaknya pengidap fobia ini dapat menjadi sebab populasi angka kelahiran menurun. Sebabnya bersumber dari seseorang yang sangat cemas terhadap pernikahan, alhasil akan menurunkan sebuah hubungan yang jauh lebih hangat atau intim bersama pasangan.

Itulah gamophobia, sebuah ketakutan yang kerap menghantui pikiran seseorang, Jika sudah menyangkut kesehatan mental seperti ini, tentu harus memiliki kesadaran penuh dan kemauan yang amat kuat pada diri sendiri untuk perlahan pulih dan berubah, hingga melakukan penanganan lebih lanjut seperti melakukan konsultasi ke psikiatri.

Semoga artikel ini bisa bermanfaat yaa. Salam hangat, semoga sehat-sehat selalu untuk dirimu yang lagi membaca artikel ini.

Penulis: Dina Amalia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun