Hubungan yang baik-baik saja, namun pengidap lebih memilih untuk mengakhirinya karena merasa takut akan hubungan yang hancur dan enggan berkomitmen untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.
Alih-alih putus baik-baik, padahal melarikan diri yang alasannya terkadang enggan dibeberkan kepada pasangan. Biasanya hal ini juga disebut dengan ghosting, tiba-tiba lari dan menghilang dengan alasan yang tidak jelas.
4. Menghindar dari hubungan yang 'serius'
Lebih memilih berhubungan tanpa adanya status, hanya sekedar sebagai teman chat, teman curhat, namun tetap romantis seperti pasangan pada umumnya. Hal ini dijadikan sebagai tameng untuk menghindari sebuah hubungan yang serius.
Diagnosa dan Penanganan Gamophobia
Bagaimana diagnosis dari gamophobia?
Mewarta dari Cleveland Clinic, tentu tidak bisa self-diagnose, melainkan merujuk kepada ahli dari kesehatan mental khususnya spesialiasi penanganan fobia dan gangguan-gangguan kecemasan. Walaupun belum ada tes khusus mengenai fobia ini, tetapi ahli yang akan memakai evaluasi kesehatan mental untuk bisa mendiagnosis fobia ini dengan cara bertahap, dari mulai melihat riwayat kesehatan mental (seperti, apakah mengidap fobia lain), hingga pengajuan beberapa pertanyaan terkait gejala yang dirasakan.
Lalu, bagaimana gamophobia bisa ditangani?
Melansir dari Cleveland Clinic dan Halodoc, ada beberapa langkah untuk menangani gamophobia, berikut diantaranya:
Personal:
1. Mematangkan apa yang dibutuhkan diri sendiriÂ
Mempertimbangkan matang-matang apakah kecemasanmu kerap menjadi penghalang dari hal-hal yang sebenarnya sangat kamu dambakan. Atau mungkin sebaliknya, bisa jadi memang kamu belum siap dan belum pengen menjalin hubungan yang berjangka panjang hingga serius.
Namun, jika menjalin hubungan secara serius menjadi hal yang kamu dambakan dan hilang begitu saja karena kecemasanmu sendiri, sebaiknya segera ambil langkah untuk mengatasinya, sehingga kamu bisa membentuk kembali hubungan yang jauh lebih sehat, dipenuhi kasih sayang, hingga langgeng dengan seseorang yang menjadi pilihanmu.
2. Mempertimbangkan kembali riwayat hubungan
Meluangkan waktu untuk bisa memikirkan dan mematangkan kembali riwayat hubungan yang pernah kamu lalui. Bisa dimulai dari banyaknya pertanyaan, seperti ketika menjalin hubungan dimasa lalu apakah ketakutanmu terhadap komitmen pernah berpengaruh terhadap hubunganmu? Apakah dirimu kerap lari dari sebuah hubungan yang tergolong pernah serius? Apakah pernah memaksa seseorang untuk menjauhi dirimu? dan pertanyaan-pertanyaan semacamnya.
3. Journaling
Terkadang, sering kali kita memendam perasaan atau unek-unek, entah karena takut mau cerita ke orang lain atau memang belum percaya sepenuhnya ke orang lain jika kita bercerita masalah hati.
Dalam mengatasi hal ini, kita bisa melakukan journaling alias mengekspresikan semua ketakutan dan isi pikiran kita melalui catatan / tulisan. Ketika menulis kita bisa memetakkan berbagai hal, seperti apa saja yang harus dilakukan, apa yang harus dihindari, sikap seperti apa yang harus diperbaiki, dan sebagainya. Dari proses memetakkan inilah yang pada akhirnya membuat diri kita bisa berekplorasi terhadap apa yang sedang kita rasakan, hingga apa yang harus kita lakukan pada beberapa waktu mendatang.
Proses journaling, menjadi langkah yang efektif untuk mengeksplorasi berbagai pola pada perilaku dan pikiran kita yang bisa berkontribusi dalam mengurangi perasaan cemas.