Terkadang, sering kali kita memendam perasaan atau unek-unek, entah karena takut mau cerita ke orang lain atau memang belum percaya sepenuhnya ke orang lain jika kita bercerita masalah hati.
Dalam mengatasi hal ini, kita bisa melakukan journaling alias mengekspresikan semua ketakutan dan isi pikiran kita melalui catatan / tulisan. Ketika menulis kita bisa memetakkan berbagai hal, seperti apa saja yang harus dilakukan, apa yang harus dihindari, sikap seperti apa yang harus diperbaiki, dan sebagainya.Â
Dari proses memetakkan inilah yang pada akhirnya membuat diri kita bisa bereksplorasi terhadap apa yang sedang kita rasakan, hingga apa yang harus kita lakukan pada beberapa waktu mendatang.
Proses journaling, menjadi langkah yang efektif untuk mengeksplorasi berbagai pola pada perilaku dan pikiran kita yang bisa berkontribusi dalam mengurangi perasaan cemas.
Terapis:
1. CBT / Terapi Perilaku Kognitif
Terapi ini semacam terapi bicara, yang dapat membantu pengidap untuk mengatasi ketakutan berkomitmen. Dari terapi inilah akan terungkap, apa saja penyebab utama dari pikiran pengidap yang membuat dirinya takut.
Ketika terapi ini dimulai, seorang ahli akan membantu dalam proses pengubahan persepsi dari negatif menjadi positif mengenai pernikahan dan sebuah komitmen besar. Selain itu, juga akan dibimbing untuk bisa berkomunikasi dengan baik terhadap seseorang yang kita cintai.
2. Terapi Desensitisasi Sistemik
Selanjutnya merupakan terapi pemaparan untuk membantu seseorang dalam mengatasi fobia / kecemasan tertentu.
Pada terapi ini akan dimulai dari penggunaan teknik relaksasi, diantaranya seperti meditasi guna mengatasi gejala yang sering muncul. Kemudian, akan dipaparkan mengenai gagasan-gagasan untuk membentuk sebuah komitmen.
Apakah gamophobia berdampak negatif?
Mewarta dan mengembangkan dari Cleveland Clinic, jika pengidap fobia ini kerap menjauhi seseorang atau hubungan yang sudah dijalani, maka akan berdampak negatif, baik pada kesehatan mental ataupun fisik.
Seperti akan mengalami rasa kesepian, depresi (mengarah pada pikiran dan percobaan untuk bunuh diri), gangguan penggunaan zat-zat terlarang, hingga terus merasakan gangguan panik dan cemas.
Apakah ada kaitannya antara krisis populasi dengan gamophobia?
Seseorang yang mengalami kondisi kecemasan ini belum tentu mau menerima diagnosa dan mencari pertolongan, jadi sulit sekali untuk bisa tahu berapa jiwa yang cemas akan sebuah pernikahan dan komitmen.