Mohon tunggu...
Dina Mery Rosanty
Dina Mery Rosanty Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Saya seorang TK ..ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya dan saya ingin menerapkan inovasi pembelajaran yang lebih inovatif dan berkualitas untuk kemajuan peserta didik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Penerapan Model Project Based Learning di TK Pembangunan Banjarmasin

28 November 2023   10:27 Diperbarui: 28 November 2023   11:10 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dina Mery Rosanty, S.Pd

Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Universitas Gorontalo

Pendidikan Anak Usia Dini

Abstrak

Motorik halus adalah gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot kecil pada tangan dan jari-jari. Permasalahan anak usia dini dalam kemampuan motorik halus di kelompok B TK. Pembangunan belum berkembang dengan baik. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dengan tujuan untuk mengetahui apakah telah terjadi peningkatan kemampuan motorik halus pada anak usia dini di Kelompok B TK Pembangunan. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian Perbaikan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) diperoleh peningkatan aktivitas belajar anak dalam kegiatan menulis tersebut. Untuk siklus 1, keberhasilan anak mencapai sebanyak 60% anak yang mencapai kriteria kemampuan indikator motorik halus. Sedangkan untuk siklus 2 sebanyak 82,5% anak mampu mencapai kriteria ketuntasan motorik halus. Dari pelaksanaan kedua siklus penelitian ini dapat terlihat terjadinya peningkatan untuk tiap-tiap siklus terlihat bahwa dari siklus pertama ke siklus ke 2 sebesar 20%. Berdasarkan hasil diatas dan kriteria ketuntasan pelaksanaan penelitian sebesar 80% lebih anak telah mencapai kriteria yang diharapkan dalam penelitian. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak yang melibatkan otot tangan dan jari-jari biasanya membutuhkan kecermatan tinggi, ketekunan dan koordinasi antara mata dan otak kecil. Penelitian ini bertujuan meningkatkan motorik halus anak usia dini dengan menggunakan metode PJBL. Penelitian ini melibatkan sebanyak 10 orang anak usia dini kelompok B Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap motorik halus anak. Penelitian ini merekomendasikan kepada para guru untuk metode pembelajaran yang meningkatkan motorik halus anak usia dini.

A. PENDAHULUAN

Perkembangan motorik merupakan sesuatu proses kematangan gerak yang langsung melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses pensyarafan yang menjadikan seseorang mampu menggerakkan tubuhnya (Slamet Suyanto, 2005:46). Salah satunya motorik halus, motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu gerakan didalam motorik halus tidak membutuhkan tenaga akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta teliti (Maya, 2010:43). Sedangkan menurut Endang (2007:7) motorik halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Project Based Learning (PJBL) adalah model pembelajaran yang berupa tugas nyata seperti kerja proyek, berkelompok, dan mendalam untuk mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Menurut Fathurrohman (2016) PJBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sasaran pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Itulah mengapa kesuksesan pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan peserta didik. Berdasarkan observasi di TK. Pembangunan Banjarmasin keterampilan motorik halus anak masih rendah. Disebabkan stimulasi yang diberikan guru pada proses pembelajaran motorik halus masih kurang optimal yakni hanya menggunakan lembar kerja anak, media yang digunakan bervariasi dan model pembelajaran yang masih klasik membuat pembelajaran kurang menarik. Sehingga perlu model pembelajaran yang menarik dan tepat untuk meningkatkan motorik halus anak. Model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah Project Based Learning (PJBL). PJBL merupakan salah satu pembelajaran yang melibatkan anak secara langsung dengan lingkungan sekitarnya dalam sebuah proyek yang dilakukan secara kelompok. Moeslichatoeri (2004:141) berpendapat "metode proyek merupakan strategi pengajaran yang melibatkan anak dalam belajar memecahkan masalah dengan melakukan kerja sama dengan anak lain, masing-masing melakukan bagian pekerjaannya secara individual atau dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang menjadi milik bersama. Dari pendapat tersebut diharapkan Project Based Learning untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK. Pembangunan Banjarmasin.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK). PTK sangat cocok untuk penelitian ini, karena penelitiannya dilakukan di dalam kelas yang biasanya digunakan untuk mengajar dan dalam penelitian ini lebih fokus memfokuskan pada masalah-masalah yang sedang terjadi di dalam suatu kelas atau pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang dikenal dengan singkatan PTK yaitu penelitian yang dilakukan di kelas oleh guru/peneliti untuk mengetahui yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Penelitian tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lain-lain. Dengan demikian konsep penelitian tindakan kelas semakin berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Pemahaman konsep penelitian tindakan banyak para peneliti atau penulis menjelaskan konsep yang memang dibutuhkan dalam pelaksanaannya di dalam proses pembelajaran Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,

Karena PTK dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus I terdiri dari perencanaan tindakan kelas, pelaksanaan penelitian, pengamatan terhadap tindakan penelitian, dan refleksi yang akan dilanjutkan pada rencana perbaikan untuk hasil yang lebih baik lagi. Sedangkan untuk siklus II juga mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan pengamatan, refleksi dan perbaikan. Kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan pada siklus II akan disesuaikan dengan masalah- masalah proses dan hasil pembelajaran. pada siklus II sudah tidak diperlukan perbaikan karena dirasa cukup dan sesuai dengan yang peneliti harapkan Dengan demikian manfaat penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Untuk mengembangkan inovasi pembelajaran di kelas, seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran harus merancang pembelajaran yang mendidik maupun merancang penilaian yang baik dalam pembelajaran.
  • Untuk meningkatkan pembelajaran di dalam kelas yang kondusif melalui perbaikan secara berkesinambungan dalam hal ini aktifitas guru dan anak dalam pembelajaran terjadi eksplorasi, elaborasi dan konformasi dimana guru menjelaskan materi sampai siswa menemukan konsep dari materi, dan juga guru sebagai fasilitator dalam kegiatan siswa baik berdiskusi, mengerjakan LKPD dan juga praktik dalam menggunakan media atau alat peraga.
  • Dapat dijadikan sebagai upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dalam hal ini guru memahami kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar dan juga kurikulum sebagai perencanaan program dalam satuan pendidikan.
  • Untuk meningkatkan kinerja serta profesionalisme guru melalui penelitian tindakan kelas

Dalam penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di TK. Pembangunan dengan jumlah anak 10 orang yang terdiri dari 6 perempuan dan 4 laki-laki, sedangkan objek penelitian tindak kelas yakni meningkatkan motorik halus anak dengan tema pembelajaran yang sama tap dengan sub sub tema yang berbeda di setiap siklus nya ,siklus 1 dengan pembelajaran tema tanaman sub tema tanaman obat sub -sub tema kunyit, sedangkan siklus 2 dengan tema tanaman sub tema tanaman obat dan sub sub tema jahe

Data hasil pengamatan di peroleh dari lembar evaluasi yang disusun dalam penilaian pembelajaran yang telah disusun oleh guru di dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)Kemudian mengelola dan merespon kegiatan yang dilakukan anak dan dituangkan dalam lembar evaluasi pembelajaran tersebut. Untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini. menggunakan uji persentase kuantitatif sebagai berikut :

P = Angka Presentasi

F = Frekuensi siswa memunculkan indikator

N = Jumlah responden

Adapun kriteria pengujian :

P = 80% - 100% = Sangat Baik

P = 70% - 79% = Baik

P = 60% - 69% = Cukup

P = 50% - 59% = Kurang

P = 0 - 49% = Sangat Kurang

Dalam penilaian kemampuan motorik halus, hal ini berarti apabila 80% anak telah mencapai kriteria BSB (Berkembang Sangat Baik) dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan indikator kemampuan motorik halus. Hal ini berarti 80% anak sudah dapat melakukan kegiatan secara mandiri dan sudah dapat membantu teman yang belum mencapai kemampuan sesuai dengan indikator yang diharapkan dalam pengembangan kemampuan motorik halus.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian Tindakan kelas dalam upaya menyelesaikan permasalahan kemampuan motorik halus anak yang sudah di lakukan oleh guru. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus di TK. Pembangunan pada tahun ajaran 2023/2024 semester 1 pada kelompok B dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL). Dalam pelaksanaan penelitian ini, ada empat indikator ketercapaian dalam pengembangan kemampuan fisik motorik halus, yakni :

  • Koordinasi tangan dan mata dalam melaksanakan kegiatan.
  • Indikator ini berkaitan dengan bagai mana anak terampil dalam menggunakan tangan kanan dan tangan kiri dalam mengerjakan kegiatan yang di berikan oleh guru. Dimana untuk menggunakan tangan tersebut anak harus mampu mengkoordinasikan Gerakan tangan dengan penggunaan mata.
  • Konsentrasi dalam pengerjaan kegiatan indikator ini berkaitan dengan focus anak dalam mengerjakan kegiatan yang diberikan.
  • Ketuntasan dalam mengerjakan kegiatan
  • Indikator ini berkaitan dengan anak menyelesaikan atau menuntaskan kegiatan yang diberikan.
  • Ketepatan dalam menyelesaikan kegiatan
  • Indikator ini berkaitan dengan hasil yang telah dibuat oleh anak. Hasil ini harus dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya.

Berikut gambaran pelaksanaan dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh guru di setiap siklusnya:

1. Siklus I

Pada siklus 1 tema pembelajaran yang digunakan adalah tema tanaman dengan sub tema tanaman obat, dan sub-sub tema kunyit. Siklus 1 ini dilaksanakan pada hari sabtu Sabtu,11 november 2023/pukul 09.00-10.00 WITA. Pada siklus ini, jumlah anak yang hadir berjumlah 10 orang dengan alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran 120 menit yang terbagi kedalam beberapa kegiatan, yakni diantaranya kegiatan fisik motorik, kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Untuk siklus ini tema kegiatan pembelajaran adalah tanaman, sub tema tanaman obat dan sub-sub tema yang diangkat kunyit Guru memilih kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak, yakni Kegiatan pembelajaran untuk pengembangan kemampuan motorik halus yang dilakukan adalah membatik Teknik jumputan. Dimana anak secara bersama-sama dalam kelompok kecil melakukan membatik Teknik jumputan. Kegiatan membatik Teknik jumputan ini mampu mengembangkan kemampuan fisik motorik halus anak dalam hal kemampuan penggunaan tangan dalam mengolah bahan-bahan membatik Teknik jumputan dengan mempergunakan alat-alat pembuatan dengan tahapan pembuatan yang telah di rancang sebelumnya, selain itu ada kegiatan yang lain dimana anak bersama guru membuat jamu, anak juga melukis mengunakan kunyit

Setelah melakukan kegiatan membatik, membuat jamu, melukis pada pola batik menggunakan kunyit dan dilakukan pengamatan terhadap proses dan hasil yang telah dilakukan oleh anak, berikut rekapitulasi hasil pelaksanaan pembelajaran di siklus 1 ini:

Tabel 1 Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus 1

No.

Indikator Evaluasi

Hasil

Keterangan

1

Koordinasi Tangan dan

Mata

70%

dari 10 Orang anak,7 Orang anak sudah mampu mencapai kriteria penilaian BSB untuk indikator penilaian ini (Tinggi)

2

Konsentrasi

60%

dari 10 Orang anak, 6 Orang anak sudah mampu mencapai kriteria penilaian BSB untuk indikator penilaian ini (Sedang)

3

Ketuntasan

50%

dari 10 Orang anak, 5 Orang anak sudah mampu

mencapai kriteria penilaian BSB untuk indikator penilaian ini (Sedang)

4

Ketepatan

60%

dari 10 Orang anak, 6 Orang anak sudah mampu

mencapai kriteria penilaian BSB untuk indikator penilaian ini (rendah)

Dari table diatas, berikut gambaran capaian setiap indikator pengembangan kemampuan motorik halus yang terjadi pada siklus 1:

a. Indikator 1 koordinasi tangan dan mata

Dari 10 orang anak yang hadir, 7 orang diantaranya sudah mampu untuk menggunakan jari jemari tangan kanan dan kiri dengan mengkoordinasikan dengan mata dalam kegiatan finger painting. Hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan kemampuan motorik halus yang di capai oleh anak-anak dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) untuk menggunakan jari jemari tangan kanan dan kiri dengan mengkoordinasikan dengan mata dalam membatik Teknik jumputan. Pada siklus ini koordinasi tangan dan mata anak terjadi pada kegiatan membatik Teknik jumputan. Hal ini terlihat pada saat anak melakukan pembuatan membatik Teknik jumputan, anak akan menggunakan tangannya untuk menggunakan alat-alat membatik dari kain menggunakan kelereng dan air kunyit menjadi batik jumputan.

b. Indikator 2 konsentrasi

Saat kegiatan, dari 10 Orang anak, 6 orang diantaranya sudah mampu mencapai indikator perkembangan motorik halus anak, yakni konsentrasi. Dimana anak membutuhkan fokus dalam melukis pola batik sehingga anak dapat menghasilkan suatu karya seni . Konsentrasi ini diperlukan agar saat melukis warna menggunakan kunyit, warna yang dihasilkan tidak belepotan. Selain itu dalam kegiatan melukis ini juga dibutuhkan konsentrasi agar posisi jari tangan yang diletakkan di lembar kegiatan tepat pada posisi yang diinginkan, Jika anak tidak konsentrasi, ada saja pewarna kunyitnya yang ingin diletakkan pada posisinya, akan bergeser atau berada di posisi tidak tepat.

c. Indikator 3 ketuntasan

Pada kegiatan membuat jamu, semua anak dapat melaksanakan kegiatan dengan baik, namun dari 10 orang anak, hanya 5 orang anak yang mampu menyelesaikan secara keseluruhan kegiatan membuat jamu dengan baik. Hal ini terlihat dari 10 orang anak, hanya 5 orang anak yang mampu membuat jamu dan berani melakukan kegiatan membuat jamu dengan mengaduk jamu di dalam panci diatas api kompor, kemudian ramuan jamu dicicipi oleh anak untuk mengetahui rasa dari jamu yang mereka buat.

d. Indikator 4 ketepatan

Saat pelaksanaan kegiatan, 10 orang anak yang hadir dalam kegiatan pembelajaran ini, dan 6 orang diantaranya mampu mencapai kriteria ketuntasan pelaksanaan kegiatan. Ketuntasan pada indikator ini, yakni melukis pada lembar pola batik sesuai dengan warna yang telah diperlihatkan dengan menggunakan cat air.

2. Siklus II

Pada siklus 2 ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan pengembangan tema yang telah disusun oleh TK Pembangunan. Tema yang diangkat pada siklus ini adalah tema tanaman dengan sub tema tanaman obat, sub-sub tema jahe. Pada hari rabu,21 november 2023/pukul 08.00-09.00 wita. Pada siklus ini jumlah anak yang berhadir berjumlah 10 orang. Dalam kegiatan pembelajaran dengan tema ini, pengembangan kemampuan motorik halus yang dipilih, yakni kegiatan membuat wedang jahe, Menyusun kalimat "minuman jahe" dengan kwaci, dan mencap pola jahe dengan cat air. Kegiatan yang dipilih ini untuk mengembangkan kemampuan motorik halus karena pada pelaksanaan kegiatannya, anak akan aktif dalam menggunakan jari jemari tangan dalam mempergunakan alat-alat dan pengolahan bahan-bahan.

Dari kegiatan yang telah dilakukan pada siklus II, berikut hasil dari pengembangan kemampuan motorik halus anak setelah melakukan kegiatan membuat wedang jahe, menyusun kalimat "minuman jahe", mencap pola jahe dengan cat air dilakukan pengamatan terhadap proses dan hasil yang telah dilakukan oleh anak, berikut rekapitulasi hasil pelaksanaan pembelajaran di siklus 2 ini:

Tabel 2 Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus 2

No.

Indikator Evaluasi

Hasil

Keterangan

1

Koordinasi Tangan dan

Mata

90%

dari 10 Orang anak, 9 Orang anak sudah mampu mencapai kriteria penilaian BSB untuk indikator penilaian ini (Sangat Tinggi)

2

Konsentrasi

80%

dari 10 Orang anak, 8 Orang anak sudah mampu mencapai kriteria penilaian BSB untuk indikator penilaian ini (Sangat Tinggi)

3

Ketuntasan

80%

dari 10 Orang anak, 8 Orang anak sudah

mampu mencapai kriteria penilaian BSB untuk indikator penilaian ini (Tinggi)

4

Ketepatan

80%

dari 10 Orang anak, 7 Orang anak sudah

mampu mencapai kriteria penilaian BSB untuk indikator penilaian ini (Tinggi)

Hasil dari rekapitulasi data diatas dapat di gambarkan dalam uraian berikut ini:

a. Indikator 1 koordinasi tangan dan mata

Dalam pelaksanaan di siklus ini, anak yang hadir berjumlah 10 orang, namun ada 1 orang anak yang belum mampu mencapai indikator perkembangan kemampuan fisik motorik anak yang di harapkan. Sedangkan 9 orang lainnya sudah mampu mencapai kemampuan motorik halus yang di harapkan.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini anak terlihat aktif dan antusias dalam mengeksplorasi anggota tubuhnya untuk anak mampu menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan berbagai Gerakan terkoordinasi secara terkontrol seimbang dan lincah menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas, juga dapat melatih kecerdasan motorik anak dan melatih kesabaran pada saat membuat bahan-bahan membuat wedang jahe, dari membuat wedang jahe .Hal ini terlihat anak dapat memahami bahwa jahe tidak hanya digunakan dalam bumbu masakan saja tetapi juga bisa untuk membuat minuman untuk kesehatan. Sedangkan guru hanya mengamati, mengawasi dan membimbing anak dalam melakukan kegiatan. Jika anak ada yang mengalami kesulitan dalam membatik Teknik jumputan ini akan meminta bantuan kepada guru untuk dibimbing untuk menyelesaikan yang di hadapi oleh anak.

b. Indikator 2 konsentrasi

Dalam pelaksanaan mencap pola jahe dengan cat air menggunakan kunyit, anak membutuhkan konsentrasi dalam menggunakan alat-alat pembuatannya. Dimana anak membutuhkan fokus dalam Menyusun kalimat "minuman jahe" menggunakan kwaci. Konsentrasi ini diperlukan agar saat penyusunan kalimat, huruf yang ditempel tidak terpisah-pisah. Selain itu dalam kegiatan Menyusun kalimat menggunakan kwaci juga dibutuhkan konsentrasi agar huruf yang disusun tepat pada posisi yang diinginkan, selain itu dalam kegiatan melukis ini juga dibutuhkan konsentrasi agar posisi jari tangan yang di lembar kegiatan tepat pada posisi yang diinginkan. Jika anak tidak konsentrasi, ada saja posisi jari tangan yang ingin diletakkan pada posisinya, akan bergeser atau berada di posisi tidak tepat. Hal ini bertujuan agar anak dapat meningkatkan kreatifitas dan imajinasinya membuat karya seni. Dalam pelaksanaan Menyusun kalimat "minuman jahe" untuk indikator ini dari 10 orang anak, 8 orang sudah mampu untuk mencapai kriteria sesuai harapan peneliti. Hal ini ditunjukan dengan anak menyusun kalimat menggunakan kwaci yang akan memvisualisasikan hasil dari imajinasi mereka kedalam sebuah hasil karya.

c. Indikator 3 ketuntasan

Dari pelaksanaan kegiatan mencap pola jahe menggunakan cat air anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing dengan kreativitas dan imajinasinya . Namun dari 10 orang anak yang mengikuti kegiatan, hanya 8 orang anak yang mampu menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan kepada anak, sedangkan 2 orang lainnya belum mampu menyelesaikan tugas tanggung jawab yang diberikan.

d. Indikator 4 ketepatan

Pada indikator ini, dari 10 orang anak, 8 orang diantaranya sudah mampu untuk mencapai kriteria ketuntasan. Hal ini terlihat dari dimana anak-anak tersebut sudah mampu melakukan prosedur membuat wedang jahe sesuai arahan, langkah, tahapan dan prosedur yang telah disampaikan oleh guru sebelum memulai kegiatan.

4. Rekapitulasi hasil

Dari ketiga hasil penelitian yang telah dilaksanakan, kita dapati peningkatan kemampuan motorik halus anak, yakni sebagai berikut :

Berdasarkan rekapitulasi hasil penelitian diatas, terlihat bahwa di setiap siklusnya terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak. Dimana pada siklus ke-2, rata-rata ketercapaian indikator kemampuan motorik halus anak yang dicapai, yakni sebesar 82,5% dari keempat indikator ketercapaian kemampuan motorik halus. Dapat kita simpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL).

D. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui metode Project Based Learning (PJBL) di TK. Pembangunan Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Didapati bahwa terdapat peningkatan capaian perkembangan kemampuan motorik halus anak di setiap siklusnya untuk setiap indikator. Dimana pada siklus pertama rata-rata capaian indikator kemampuan motorik halus anak sebesar 60%. Pada siklus kedua rata-rata capaian indikator kemampuan motorik halus sebesar 82,5%. Hal ini terlihat bahwa dari siklus pertama ke siklus kedua terjadi peningkatan sebesar 20%. Berdasarkan hasil diatas dan kriteria ketuntasan pelaksanaan penelitian sebesar 80% lebih, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak dapat di tingkatkan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dengan ketercapaian indikator penelitian kemampuan motorik halus anak yang di capai sebesar 82,5%.

Daftar Pustaka

https://scholar.archive.org/work/lrmjqjffsne37kjh2vj5d2m3ri/access/wayback/https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/download/3038/pdf

Inovasi Model ATIK dalam Meningkatkan Motorik Halus pada Anak Usia Dini Maria Dwi Sari Wahyuningrum, Sri Watini Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Panca Sakti Bekasi, Indonesia

http://www.ejournal-jp3.com/index.php/Pendidikan/article/view/595

Project Based Learning untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini TKN Nilla Gading Rompegading

http://ejournal-jp3.com/index.php/Pendidikan/article/view/178

Penerapan Model Project Based Learning (PJBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Peserta Didik Kelompok B TK IT Mumtazah Kota Bengkulu

Niza Putri Junita; Sitti Nurhidayah Ilyas; Ineke Alriani Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar

Sulawesi Selatan; TK Islam Maricaya Makassar Sulawesi Selatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun