Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berlayar di Pelabuhan yang Salah

27 Desember 2024   04:59 Diperbarui: 27 Desember 2024   04:59 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berlayar di Pelabuhan yang Salah

Kapal rindu terombang-ambing di samudra keliru,

Layar terkembang, namun angin menghembus jauh dari arah pulang.

Di pelabuhan ini, dermaga hanyalah bayang-bayang kesalahan,

Tiang jangkar melingkar, mengikat hati yang sempat bebas.

Ombak adalah bisik-bisik waktu,

Menceritakan dosa langkah yang salah menepi.

Takdir bagai mercusuar yang redup,

Cahayanya tak lagi menuntun, hanya menyesatkan.

Di pelabuhan ini, matahari terbenam dengan luka,

Langitnya merah, bukan jingga;

Seperti hati yang direndam darah kata-kata.

Awan berarak membawa dendam yang tak terselesaikan.

Aku adalah nahkoda tanpa peta,

Mengandalkan bintang yang berkhianat pada malam.

Kompas dalam genggaman retak,

Menunjuk ke utara yang tak pernah ada.

Angin berbicara dalam bahasa yang tak kupahami,

Membawa janji-janji masa lalu yang tenggelam,

Dan debur ombak menyeret kenangan ke dasar,

Di mana aku tak lagi mampu menyelam.

Pelabuhan ini adalah pangkuan kesedihan,

Berisi kapal-kapal yang karam tanpa sempat berlayar jauh.

Tiang-tiangnya adalah doa-doa patah,

Tali-talinya simpul dari ketakutan.

Namun, di sudut gelap dermaga,

Seekor camar berteriak, membawa tanda,

Bahwa setiap pelabuhan yang salah adalah pelajaran,

Dan laut yang biru tetap setia menunggu.

Aku harus mengangkat jangkar dari luka ini,

Melipat layar yang basah oleh air mata,

Mengikuti angin yang mengajakku berdamai,

Dengan samudra yang luas dan tanpa batas.

Karena pelabuhan yang salah hanyalah persinggahan,

Bukan akhir dari perjalanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun