Peluang dan Risiko Sistem Dewan Pemilih
Penerapan sistem Dewan Pemilih dalam Pilpres 2029 menghadirkan peluang untuk meredam polarisasi masyarakat. Dengan fokus pada perwakilan provinsi, isu-isu lokal dapat lebih diangkat dalam kampanye, sehingga meningkatkan relevansi politik bagi rakyat.
Namun, risiko dari sistem ini adalah munculnya ketimpangan representasi. Provinsi-provinsi dengan populasi kecil dapat merasa kurang diperhatikan, sementara provinsi besar menjadi medan pertempuran utama. Selain itu, sistem ini berpotensi membuka ruang bagi manipulasi politik di tingkat perwakilan, yang dapat merugikan kandidat dengan dukungan rakyat mayoritas.
HIPOTESIS PRAKIRAAN PEROLEHAN SUARA
Jika Pilpres 2029 menggunakan sistem Dewan Pemilih (electoral college) yang membagi bobot suara berdasarkan provinsi, perolehan suara akan sangat bergantung pada populasi, dinamika politik lokal, dan popularitas masing-masing kandidat di provinsi-provinsi strategis. Berikut adalah hipotesis perolehan suara antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto berdasarkan potensi dukungan mereka di beberapa wilayah kunci:
---
1. Provinsi Berpenduduk Besar (Medan Pertarungan Utama)
Provinsi-provinsi dengan populasi besar akan memberikan suara elektoral terbesar. Dukungan di sini sangat menentukan kemenangan.
Catatan:
Jawa Barat menjadi keunggulan bagi Anies karena dukungan kuat dari kelompok Islam moderat dan urban.
Jawa Tengah cenderung menjadi basis Prabowo dengan dominasi tradisional kelompok nasionalis.