Prabowo Subianto adalah figur politik yang telah berulang kali mencalonkan diri dalam Pilpres. Dengan pengalaman panjang dan jaringan politik yang luas, Prabowo memiliki modal besar untuk bersaing dalam sistem Dewan Pemilih. Sebagai Menteri Pertahanan yang telah memperlihatkan keberpihakan pada isu-isu nasionalisme, Prabowo memiliki daya tarik besar di wilayah-wilayah dengan sentimen kebangsaan yang kuat.
Dalam sistem Dewan Pemilih, Prabowo berpotensi unggul di provinsi-provinsi seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Bali, di mana isu stabilitas dan ketahanan nasional menjadi perhatian utama. Jaringan militer yang kuat juga menjadi salah satu keunggulan Prabowo dalam membangun dukungan di daerah-daerah terpencil.
Namun, Prabowo menghadapi tantangan dalam menarik suara dari pemilih muda dan kelompok progresif, yang mungkin lebih terpesona dengan gaya kepemimpinan Anies yang dinamis dan visioner. Jika Prabowo gagal merebut hati generasi muda di provinsi-provinsi besar, kekuatannya di Dewan Pemilih bisa tergerus.
Dinamika Pertarungan di Wilayah Strategis
Sistem Dewan Pemilih memberikan bobot lebih pada provinsi-provinsi dengan jumlah penduduk besar. Oleh karena itu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menjadi kunci utama dalam pertarungan ini.
1. Jawa Barat:
Sebagai provinsi dengan populasi terbesar, Jawa Barat menjadi medan pertarungan sengit. Anies, dengan narasi populis dan dukungan dari kelompok Islam moderat, berpotensi unggul di wilayah ini. Namun, Prabowo, dengan citra sebagai pemimpin tegas, dapat menarik simpati dari pemilih pedesaan dan komunitas nasionalis.
2. Jawa Tengah:
Jawa Tengah sering kali menjadi basis suara nasionalis. Dalam sistem Dewan Pemilih, provinsi ini bisa menjadi benteng bagi Prabowo. Namun, jika Anies berhasil menempatkan narasi keadilan sosial sebagai isu utama, ia berpeluang merebut sebagian suara di wilayah ini.
3. Jawa Timur:
Wilayah ini dikenal sebagai basis Nahdlatul Ulama (NU). Baik Anies maupun Prabowo harus bekerja keras untuk memenangkan hati NU. Anies memiliki peluang besar jika dapat membangun hubungan emosional dengan ulama-ulama setempat, sementara Prabowo bisa mengandalkan jaringannya di kalangan elite politik Jawa Timur.