Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jejak sang Pembebas

10 Agustus 2024   08:27 Diperbarui: 10 Agustus 2024   08:33 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di atas punggung bumi yang lelah,  

terbentang jejakmu, Bung,  

seperti matahari yang memahat langit senja,  

menyulut bara dalam dada yang dingin,  

menghangatkan raga yang terbelenggu penjara malam.

Kau, sang pembebas, adalah ombak yang memecah karang,  

menyanyikan simfoni kebebasan,  

dalam irama yang tak pernah usai,  

menggetarkan samudera ketakutan.

Langkahmu tak hanya meninggalkan jejak di tanah,  

tapi juga mengukir takdir dalam jiwa-jiwa yang merdeka,  

seperti hujan yang menyuburkan tanah tandus,  

kau menanam benih harapan dalam setiap hembusan angin.

Kata-katamu adalah anak panah yang melesat ke cakrawala,  

menembus kabut keangkuhan,  

membuka jalan bagi cahaya,  

menyentuh nurani yang lama tertidur dalam pelukan penjajah.

Bung, engkau adalah purnama di malam kelam,  

yang memancarkan sinar di antara rimbunnya awan,  

memberi arah pada burung-burung yang terbang mencari sarang,  

di tengah gelap yang hampir memadamkan asa.

Tak pernah ada badai yang mampu menenggelamkan kapalmu,  

karena layarmu adalah tekad baja,  

dan kemudimu adalah hati nurani,  

yang selalu berpihak pada rakyat jelata,  

mengantar mereka ke dermaga kebebasan.

Jejakmu, Bung, adalah benang emas yang menenun sejarah,  

mengikat masa lalu dengan masa depan,  

mewujudkan mimpi-mimpi yang tersemat di bintang-bintang,  

dan memeluknya erat dalam pelukan ibu pertiwi.

Kini, jejakmu tak hanya tercetak di tanah merah,  

tapi juga di dalam hati setiap insan yang mendambakan merdeka,  

menjadi suluh yang menerangi jalan,  

menjadi api yang tak pernah padam,  

dalam perjuangan tanpa akhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun