Mohon tunggu...
Jurnal Muda
Jurnal Muda Mohon Tunggu... Lainnya - Kumpulan catatan,beragam bentuknya

Sekedar mengambil,mengumpulkan,menyimpulkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Elegi Annivarsary ke-5

8 Agustus 2022   15:37 Diperbarui: 8 Agustus 2022   15:42 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuti terus berguling agar tubuhnya lelah dan tertidur pulas, entah sampai berapa lama hingga akhirnya ia dapat tidur. 

Tapi sebelum kesadaran terbang dari tubuh Tuti, selintas terbayang Djoko minta maaf padanya dan menciumnya dengan mesra. Tapi hanya selintas, setelah itu gelap, ia hanyut dalam lelap, dan mimpi membawa Tuti bertemu dengan kedua orang tuanya.


************************


Pagi yang cerah, burung-burung bernyanyi riang, ayam berangkat cari makan, dan ibu-ibu tetangga sedang ngerumpi sambil beli sayur. 

Djoko duduk di kursi beranda menikmati rokok dan kopi, peristiwa semalam masih membekas, mengganggu pikirannya. Rokok ia nyalakan, satu isapan dalam kemudian embusan panjang, setelahnya seteguk kopi kapal api. Pikirannya kini agak tenang, tapi masih bimbang. 

Djoko merasa keterlaluan dengan ucapannya semalam, tapi Tuti sendiri yang memantik ucapan itu, ahh. Ia mengisap rokok lebih dalam, meneguk kopi lebih banyak. Pikirannya terus berkecamuk, perkataan Tuti ditimbang benar salahnya, Djoko mencoba mencari penyelesaian yang tepat atas kejadian semalam. 

Sementara itu di ruang tengah Tuti membolak-balik halaman bukunya sambil selonjoran di sofa. Setiap kata pada lembar buku ia gumamkan, tapi kepalanya enggan menerima, hanya pertengkarannya dengan Djoko semalam yang terbayang, ditambah kata yang setengah mati ingin ia lupakan. 

Tuti menutup buku dalam genggaman, lalu berjalan menuju rak kecil mengambil beberapa buku, membolak-balik, dan menutupnya kembali. 

Pikirannya kacau, Tuti tidak mempunyai maksud ingin menelantarkan mertuanya. Ia hanya ingin agar jiwa mertuanya tidak menjadi bulan-bulanan kesepian masa tua. Ibu mertua Tuti telah meninggal empat tahun lalu, Djoko dan Tuti hanya sehari libur, ditambah cuma Djoko anak satu-satunya. Tuti berjalan mengelilingi sofa, entah berapa kali hingga akhirnya memutuskan untuk keluar menyapa Djoko. 

Ia baru ingat hari ini adalah hari jadi pernikahannya dengan Djoko yang ke-lima. Dengan gontai Tuti melangkahkan kaki ke beranda, ia hafal betul kebiasaan minggu pagi suaminya.


*******************

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun