Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Kita Harus Siap Kerja Multitasking? Ini Baik dan Buruknya Jika Dilakukan

9 Oktober 2024   06:26 Diperbarui: 9 Oktober 2024   06:30 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh pixabay.com

"Dibutuhkan kerja multitasking, Videographer sekaligus Editor Video yang bisa mengoperasikan software editing Video apapun, disukai juga menguasai desain sederhana,bisa membuat motion graphic, animasi 2D-3D, rajin menabung, sayang orang tua, cinta sesama, bla..bla..bla..."

Pernah lihat lowongan kerja multitasking sejenis itu yang akhirnya kerap diparodikan oleh para pelamar kerjanya sendiri?

Kerjanya "rombongan" tapi dikerjakan oleh satu orang dan dibayarnya untuk jasa "paketan", tentu dengan penekanannya harga satu orang tadi.

Wah perusahaan menang banyak dong, ya?

Tentu, jika dipandang dari sisi owner atau pemegang keputusan di sebuah perusahaan, apalagi yang level kecil menengah, hal tersebut adalah wajar. Semua dilakukan demi efisiensi dan efektivitas "cash flow" perusahaan semata.

Dari sisi itupun, karena saya juga memiliki usaha level mikro kecil, sangatlah memahami bagaimana kesulitan mendirikan serta mengembangkan sebuah perusahaan itu.

Namun, meski saya pun pernah mencari karyawan dengan kriteria se-multitasking itu, saya berusaha untuk tidak pula memaksakan agar demi alasan efisiensi namun pada akhirnya malah membuat hasil produknya tidak berkualitas.

Nah, sebenarnya seperti apa sih idealnya?

Dilansir dari dicoding.com serta beragam sumber sejenis, multitasking merupakan suatu kemampuan dalam mengerjakan dua atau lebih pekerjaan secara sekaligus. 

Pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara bersamaan atau berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. 

Sebenarnya berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain bisa juga disebut dengan task switching, istilah tersebut memiliki arti yang sama dengan multitasking. 

Teknik multitasking ini dipercaya dapat meningkatkan produktivitas, akan tetapi banyak kelebihan serta kekurangan pada teknik ini.

Jika memandang dari pemahaman tersebut, maka tetap akan ditemukan dua sisi, yaitu baik dan buruknya.

Sisi baik dari proses kerja multitasking yang bisa dengan mudah kita pahami adalah:

  • Pekerjaan jadi cepat selesai

Dengan menerapkan sistem kerja seperti ini, pekerjaan yang Anda kerjakan akan lebih cepat selesai. Hal itu terjadi karena Anda dapat mengerjakan dua pekerjaan yang berbeda dalam waktu bersamaan.

  • Efisiensi waktu

Karena dapat mengerjakan dua atau lebih pekerjaan di waktu yang sama, maka sudah barang tentu akan menghemat waktu. Anda dapat melakukan kegiatan lain setelah pekerjaan tersebut selesai.

Namun, bekerja dengan sistem seperti ini dapat mengurangi kualitas hasil kerja. Maka hal berikut ini harus sangat diperhatikan baik oleh anda maupun perusahaan:

1. Menurunkan Produktivitas

Produktivitas itu tidak hanya diukur dari sedikit atau banyaknya tugas yang terselesaikan, melainkan lebih kepada kualitas hasil kerjanya. Perilaku multitasking kerap ditujukan untuk mempercepat pengerjaan.

Namun sayang dengan beban ekstra pada otak, seseorang yang kurang terampil cenderung akan menunjukkan performa kerja rendah. 

Hal ini tentu akan berakibat tidak baik dan mempengaruhi kepuasan serta pencapaian hasil kerja secara umum, sehingga menurunkan produktivitas.

2. Dapat Meningkatkan Stress

Beban yang ada selama proses pengerjaan  penuh beban dan hasil kurang memuaskan akan berdampak meningkatnya suasana stres di tempat kerja. Istilah umum untuk stres yang muncul karena kelelahan multitasking adalah burnout.

Hal ini akan berdampak besar karena dapat menurunkan kemampuan seseorang dalam mengolah informasi hingga motivasi kerja jangka panjangnya.

3. Cara Multitasking

Keterampilan multitasking akan dapat meningkatkan produktivitas kerja manakala dilakukan dengan strategi yang tepat. Namun sebisa mungkin jangan asal-asalan, pahami dulu berbagai cara melakukan pekerjaan berikutnya.

4. Membuat Daftar Prioritas Pekerjaan

Untuk mengoptimalkan multitasking, Anda perlu membuat data apa saja pekerjaan yang perlu diselesaikan dalam kurun waktu tertentu. Tentukan skala prioritasnya.

Setelah semua tugas tercatat, tentukan waktu pengerjaannya. Seluruh aktivitas ini dapat Anda tampilkan dalam sebuah catatan yang sering dikenal dengan istilah "To Do List".

Karena saking banyaknya tugas yang harus dikerjakan, tanpa menuliskannya, tentu akan lebih membebani pikiran. Sehingga hal ini pun dapat membuat Anda rentan untuk lupa atau lalai atas deadline.

Kegunaan To Do List dalam multitasking adalah sebagai pengingat sekaligus juga untuk alat bantu di dalam menata tugas Anda. Oleh karena itu, membuat To Do List adalah salah satu contoh multitasking yang disarankan.

5. Kerjakan Tugas yang Saling Berkaitan

Selaras dengan pembahasan di atas, To Do List juga akan membantu Anda untuk mengidentifikasi pekerjaan yang saling berkaitan.

Dengan membuat Pengkategorian tema pekerjaan ini, maka Anda akan lebih mudah fokus selama menjalankan multitasking.

Yang harus dipahami adalah, salah satu cara mengurangi beban multitasking tersebut dengan menghindari pekerjaan yang tidak berkaitan. 

Manakala itu Anda lakukan, otak jadi tidak perlu bekerja ekstra untuk mengganti fokus jika ada  tugas yang jauh berbeda kategorinya. Selain itu, hasil pekerjaan multitasking antara tugas yang berkaitan akan cenderung menjadi lebih baik.

5. Fokus

Apabila masih belum menemukan cara efektif, sebaiknya Anda harus menghindari untuk mengerjakan lebih dari dua tugas secara bersamaan. 

Kembangkan kebiasaan ini dengan perlahan dan sehat. Lewat contoh multitasking ini, otak Anda dapat lebih mudah beradaptasi dalam mempertahankan fokus ketika harus bekerja multitasking.

6. Kelola Waktu Istirahat

Agar tidak terjadi burnout, bijaklah di dalam mengelola waktu istirahat. Kenali kondisi tubuh ketika melakukan multitasking. 

Manakala dirasa membutuhkan energi, Anda dapat melakukan istirahat untuk meningkatkan semangat dan fokus kerja. Pengelolaan istirahat yang baik merupakan salah satu contoh multitasking efektif.

Yang harus Anda hindari adalah pemahaman bahwa sedikit waktu tidur akan membuat Anda semakin produktif! karena faktanya, otak dan tubuh memerlukan pola tidur berkualitas untuk dapat menunjukkan performa kerja terbaik.

Kondisi tubuh lelah hanya akan menjadikan seseorang sulit berkonsentrasi sehingga cenderung menurunkan kualitas hasil kerja.

Jadi, ketika pilihannya hanya dengan melakukan pekerjaan multitasking, cobalah tips di atas, meski jika bisa ada alternatif, lakukan lah pekerjaan dengan sistem kerja sewajarnya sesuai kebutuhan dan kompetensinya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun