"Iya, kamu. Ada apa?"
"Mohon hentikan hukuman ini. Itu ada peserta perempuan yang sudah nggak kuat," ucap Bunga sambil menunjuk ke arah Melati.
"Hukum harus ditegakkan, dan semua harus merasakan." Bang Rudi membantah tak ingin kehilangan wibawa.
"Izin, Bang. Maaf kalo kurang ajar. Tapi rasanya nggak adil kalo satu orang salah, semuanya dihukum. Apa peran mereka semua kecuali si Mamat yang jadi biang kerok itu. Mereka, bahkan saya juga, sudah merasakan akibat dari kelalaian dia. Maka, izin berikan saran, Mamat lah yang harus dihukum," Bunga berkata panjang dan lantang.
Semua bengong sampai ternganga-nganga, malah sampai ada yang ngiler sakin lebarnya membuka mulut. ada juga yang sampai kemasukan cicak mulutnya. Buseh dah...
"Kamu melawan kebijakan saya?" tanya Bang Rudi kejam.
"Kebijakan dibuat harus dengan kebajikan, bukan kesewenang-wenangan, Bang. Maaf," Bunga berkata lantang dengan tatapan tajam.
"Cantik juga ini anak,"batin Bang Rudi terpukau, "Ya sudah. Kalian duduk kecuali Mamat. Dan kamu, siapa nama kamu?" sambung Bang Rudi dengan tetap berkata tegas.
"Bunga Aprilia dari Kecamatan Pesanggrahan, Bang." Bunga pun tetap berkata lantang namun lebih lembut.
"Kamu maju, temani Mamat menjalani hukumannya," Perintah Bang Rudi mengagetkan.
"Lho kok gitu?" tanya Bunga protes.