Adapun isi dari Perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut:
- Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
- Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
- Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negeri Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS), yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia (RI).
- RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya.
Karta Sasmita dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960 (1995) menyebutkan bahwa isi Perjanjian Linggarjati masih menimbulkan polemik di kalangan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Hal tersebut menyebabkan penandatanganan Perjanjian Linggarjati baru terlaksana pada 25 Maret 1947 di Istana Istana Merdeka, Jakarta.
Nantinya, Belanda mengingkari kesepakatan dalam Perjanjian Linggarjati tersebut dengan melancarkan agresi militer pertama pada 21 Juli 1947. (Parinduri, 2022)
Tujuan Dampak Agresi Militer Belanda I
Tujuan utama Agresi Militer Belanda I adalah merebut daerah-daerah perkebunan dan pertambangan yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Tentara Belanda bergerak untuk menduduki wilayah Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang, dengan Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang menjadi sasaran utama mereka. Kota ini diserang dari udara, menyebabkan banyak warga sipil yang tidak bersalah menjadi korban. (Firosya, 2023)
Dampak Agresi Militer Belanda I
Berikut dampak Agresi Militer Belanda I:
- Indonesia mengalami kerugian besar, baik untuk segi politik, ekonomi, maupun sosial. Indonesia kehilangan sekitar setengah wilayahnya, termasuk daerah yang kaya akan sumber daya alam.
- Indonesia kehilangan banyak pejuang dan rakyat yang gugur dalam pertempuran. Selain itu, Indonesia mengalami krisis pangan, inflasi, dan ketidakstabilan politik akibat agresi ini.
- Belanda mendapat kecaman dari dunia internasional, terutama dari negara-negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
- Dunia internasional jadi lebih simpati terhadap perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Banyak negara yang memberi dukungan moral serta materi kepada Indonesia. (Kumparan, 2024)
Latar Belakang Agresi Militer Belanda II
Untuk menyelesaikan Agresi Militer Belanda I yang dilancarkan pada pertengahan 1947, Indonesia dan Belanda dipertemukan dalam Perjanjian Renville. Perjanjian Renville ditandatangani pada 17 Januari 1948, setelah Belanda dan Indonesia berunding di atas geladak kapal perang USS Renville milik Amerika Serikat sebagai tempat netral.