Mohon tunggu...
Dimas Aldiansyah
Dimas Aldiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sumbangan terbesar seorang pemimpin adalah menjadikan orang lain sebagai pemimpin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Pada Masa Revolusi

30 Juni 2024   22:44 Diperbarui: 30 Juni 2024   23:16 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia Masa Revolusi Fisik

Revolusi Fisik (1945-1949) merupakan sebuah zaman yang menentukan masa depan bangsa Indonesia, sebuah zaman tentang perjuangan rakyat Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah di ploklamirkan oleh Soekarno dan Hatta. (Hadiana, 2018)

Revolusi Nasional Indonesia adalah masa setelah kemerdekaan ketika Republik Indonesia masih berkonflik dengan Kerajaan Belanda. Peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh pihak Belanda pada 29 Desember 1949. Revolusi ini berujung pada berakhirnya pemerintah kolonial Hindia Belanda yang mengakibatkan perubahan struktur sosial di Indonesia. (Adryamarthanino, 2021)

Latar Belakang Agresi Militer Belanda I

Ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati ternyata belum mampu menyudahi perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Silang pendapat pun terjadi dari masing-masing pihak yang membuat masalah kembali muncul.

Pihak Indonesia meyakini, berdasarkan proklamasi kemerdekaan yang sudah dideklarasikan, Indonesia sudah menjadi negara berdaulat dan berhak mempertahankan kedaulatannya atas seluruh wilayah bekas wilayah Hindia Belanda.

Di sisi lain, Belanda tetap memegang teguh isi pidato Ratu Wilhelmina tanggal 7 Desember 1942 yang menyatakan bahwa di kemudian hari akan dibentuk sebuah persemakmuran (Commonwealth) antara Kerajaan Belanda dan Hindia (Indonesia) di bawah naungan Kerajaan Belanda.

Dikutip dari buku Mohamad Roem: Karier Politik dan Perjuangannya 1924-1968 (2002) karya Iin Nur Insaniwati, Belanda menganggap bahwa mereka adalah pemegang kedaulatan de jure.

Belanda merasa bahwa yang berhak membentuk RIS adalah mereka sendiri. Sedangkan Indonesia menilai bahwa pembentukan RIS dilakukan secara bersama-sama.

Perundingan Linggarjati dilangsungkan selama 3 hari, yakni hingga tanggal 15 November 1946 yang membuahkan kesepakatan bersama.

A.B Lafian melalui buku Menelusuri Jalur Linggarjati Diplomasi dalam Perspektif Sejarah (1992) memaparkan, perjanjian tersebut disepakati pada rapat penutup pukul 13.30.

Adapun isi dari Perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut:

  1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
  2. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
  3. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negeri Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS), yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia (RI).
  4. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya.

Karta Sasmita dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960 (1995) menyebutkan bahwa isi Perjanjian Linggarjati masih menimbulkan polemik di kalangan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Hal tersebut menyebabkan penandatanganan Perjanjian Linggarjati baru terlaksana pada 25 Maret 1947 di Istana Istana Merdeka, Jakarta.

Nantinya, Belanda mengingkari kesepakatan dalam Perjanjian Linggarjati tersebut dengan melancarkan agresi militer pertama pada 21 Juli 1947. (Parinduri, 2022)

Tujuan Dampak Agresi Militer Belanda I

Tujuan utama Agresi Militer Belanda I adalah merebut daerah-daerah perkebunan dan pertambangan yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Tentara Belanda bergerak untuk menduduki wilayah Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang, dengan Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang menjadi sasaran utama mereka. Kota ini diserang dari udara, menyebabkan banyak warga sipil yang tidak bersalah menjadi korban. (Firosya, 2023)

Dampak Agresi Militer Belanda I

Berikut dampak Agresi Militer Belanda I:

  • Indonesia mengalami kerugian besar, baik untuk segi politik, ekonomi, maupun sosial. Indonesia kehilangan sekitar setengah wilayahnya, termasuk daerah yang kaya akan sumber daya alam.
  • Indonesia kehilangan banyak pejuang dan rakyat yang gugur dalam pertempuran. Selain itu, Indonesia mengalami krisis pangan, inflasi, dan ketidakstabilan politik akibat agresi ini.
  • Belanda mendapat kecaman dari dunia internasional, terutama dari negara-negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
  • Dunia internasional jadi lebih simpati terhadap perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Banyak negara yang memberi dukungan moral serta materi kepada Indonesia. (Kumparan, 2024)

Latar Belakang Agresi Militer Belanda II

Untuk menyelesaikan Agresi Militer Belanda I yang dilancarkan pada pertengahan 1947, Indonesia dan Belanda dipertemukan dalam Perjanjian Renville. Perjanjian Renville ditandatangani pada 17 Januari 1948, setelah Belanda dan Indonesia berunding di atas geladak kapal perang USS Renville milik Amerika Serikat sebagai tempat netral.

Isi Perjanjian Renville di antaranya:

  • Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
  • Republik Indonesia menjadi bagian RIS.
  • Dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan kepalanya Raja Belanda.
  • Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesia Belanda.
  • Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara.
  • Wilayah Indonesia yang diakui Belanda adalah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera.
  • Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis demarkasi yang disebut Garis Van Mook.
  • Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong) harus dipindahkan ke daerah Republik Indonesia.
  • Diadakan pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante RIS.

Isi Perjanjian Renville sangat merugikan Republik Indonesia. Alhasil, muncul banyak ketidakpuasan dari berbagai pihak hingga membuat Kabinet Amir Syarifuddin jatuh.

Situasi di dalam pemerintahan yang kacau ini membuat Belanda merasa memiliki kesempatan. Belanda mencium gelagat bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia tidak kompak dalam menghadapi Belanda. Keadaan ini segera dimanfaatkan untuk melancarkan Agresi Militer Belanda II. Indonesia, melalui Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan perdana menteri, tetap tegas mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Di saat yang sama, Belanda terus berupaya mencari cara menjatuhkan wibawa Indonesia. Saat ketegangan memuncak, Indonesia dan Belanda mengirimkan nota kepada Komisi Tiga Negara (KTN). Dalam nota itu, Belanda dan Indonesia sama-sama menuduh pihak lawan tidak menghormati hasil Perundingan Renville. Akhirnya, pada 18 Desember 1948 menjelang tengah malam, Wali Tinggi Kota Mahkota Belanda Dr. Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak lagi terikat pada hasil Perundingan Renville.

Dini hari pada 19 Desember 1948, pesawat terbang Belanda membombardir Yogyakarta, yang saat itu menjadi ibu kota Indonesia, dan menangkap seluruh pimpinan Indonesia. Peristiwa itu mengawali Agresi Militer Belanda II, yang berlangsung hingga Januari 1949. (Ningsih, 2023)

Dampak Agresi Militer Belanda II
Dampak Bagi Indonesia

1. Serangan ini mengakibatkan sejumlah tokoh di Indonesia ditangkap dan diasingkan ke Sumatera.

2. Terbentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera. 3. Terdapat banyak korban jiwa yang berasal dari kelompok TNI.

3. Sejumlah bangunan di Yogyakarta hancur karena serangan Belanda.

Dampak Bagi Belanda

1. Pasukan Belanda tak merasakan kemenangan sepenuhnya dari Agresi Militer II ini lantaran TNI sukses melakukan serangan balik.

2. Pasukan Belanda tampak kewalahan untuk menghadapi serangan balik yang dilakukan TNI. 3. Propaganda Belanda yang mengatakan bahwa pemerintahan Indonesia sudah tidak ada lagi buktinya. Karena TNI dapat melancarkan serangan balik dan Indonesia kembali berada di bawah genggaman pemerintah. (Dedi, 2022)

Penyerahan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda

Dikutip dari buku Pernyataan Roem-Van Roijen (1995) karya Ide Anak Agung Gede Agung, Indonesia berharap perundingan yang akan dilanjutkan dengan KMB dapat menghasilkan kemenangan yang telah lama dicita-citakan.

KMB pun dimulai pada 23 Agustus 1949 di Gedung Ridderzal, Den Haag. Pada 1 November 1949 dihasilkan kesepakatan yang berisi 3 poin, yaitu:

  1. Piagam penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia
  2. Peraturan dasar Uni Indonesia-Belanda
  3. Lampiran status Uni Indonesia-Belanda

Tanggal 21 Desember 1949, Presiden Sukarno membentuk dua delegasi untuk menerima penyerahan kedaulatan dan satu delegasi menerima penggabungan RI ke Republik Indonesia Serikat (RIS).

Mohammad Hatta ditunjuk sebagai delegasi untuk menerima penyerahan kedaulatan di Belanda, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai delegasi menerima penyerahan kedaulatan di Jakarta, dan Dr. Abu Hanifah sebagai delegasi menerima penggabungan RI ke RIS.

Akhirnya kedaulatan Indonesia diakui oleh Belanda pada 27 Desember 1949 di Istana, Dam, Amsterdam. Dalam penyerahan kedaulatan ini dilakukan penandatangan 3 dokumen yang telah disepakati pada 1 November 1949.

Dengan penandatanganan tersebut, maka secara resmi Indonesia telah diakui oleh Belanda sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh serta menjadi bagian dari tatanan dunia internasional. (Parinduri, Tirto.id, 2021)

Daftar Pustaka

Adryamarthanino, V. (2021, 5 4). Kompas.com. Diambil kembali dari Kompas.com: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/04/172940179/revolusi-indonesia-latar-belakang-diplomasi-konflik-dan-dampak?page=all

Dedi. (2022, 2 10). Viva.co. Diambil kembali dari viva.co.id: https://www.viva.co.id/edukasi/1448175-agresi-militer-belanda-ii

Firosya, B. H. (2023, 10 6). Detik.com. Diambil kembali dari detikedu: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6968035/kronologi-agresi-militer-belanda-i-awal-mula-hingga-keterlibatan-pbb

Hadiana, D. (2018, 12 13). Digital Library UIN Sunan Gunung Jati. Diambil kembali dari Revolusi Fisik (1945-1949) merupakan sebuah zaman yang menentukan masa depan bangsa Indonesia, sebuah zaman tentang perjuangan rakyat Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah di ploklamirkan oleh Soekarno dan Hatta.

Kumparan. (2024, 2 10). Diambil kembali dari kumparan.com: https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/penyebab-agresi-militer-belanda-1-beserta-dampaknya-228W8scQu0f/full

Ningsih, W. L. (2023, 9 13). Kompas. Diambil kembali dari kompas.com: https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/13/130000979/latar-belakang-agresi-militer-belanda-ii?page=all

Parinduri, A. (2021, 2 18). Tirto.id. Diambil kembali dari tirto.id: https://tirto.id/sejarah-pengakuan-kedaulatan-indonesia-oleh-belanda-gaat

Parinduri, A. (2022, 8 22). Tirto.id. Diambil kembali dari tirto.id: https://tirto.id/sejarah-agresi-militer-belanda-i-latar-belakang-kronologi-dampak-f9BS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun