Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Belajar Menjadi Konsumen Cerdas Melalui Kasus "Scalling" Gigi Menggunakan JKN

15 April 2018   00:07 Diperbarui: 15 April 2018   01:40 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screenshot jawaban klinik pratama (dok.pri)

***

Meluruskan informasi tak selalu berujung manis

Berbekal informasi tersebut, saya pun mendaftarkan diri untuk skeling gigi di klinik pratama dengan menggunakan jaminan BPJS Kesehatan. Debat kecil sempat terjadi. Karena petugas klinik menyatakan bahwa skeling gigi tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. Saya pun menyanggahnya dengan informasi yang saya dapatkan dari akun twitter @BPJSKesehatanRI. Menyudahi debat kecil, petugas pun menjawab: "Nanti silakan ditanyakan ke dokter giginya langsung saja".

screenshot jawaban @BPJSKesehatanRI (dok.pri)
screenshot jawaban @BPJSKesehatanRI (dok.pri)
Setelah mendaftar, saya dipersilakan menunggu di ruang tunggu pasien dokter umum. Selang beberapa waktu nama si kecil dipanggil, saya pun maju untuk mewakilinya--maklum saja si kecil belum bisa calistung, jadi saya yang mewakili untuk tanda tangan. Kemudian si kecil di cek berat badan, tinggi badan dan temperatur suhu tubuh. Si kecil kembali mengantre menunggu panggilan dokter untuk diperiksa.

Tak berapa lama, nama saya dipanggil. Saya pun menuju bagian pendaftaran untuk tanda tangan dan kemudian di cek berat badan, tinggi badan dan tekanan darah. Setelah itu saya kembali dipersilakan menunggu.

Kemudian datanglah seorang bapak dengan menggandeng anaknya, keduanya langsung menuju bagian pendaftaran. Terdengar percakapan antara si bapak dengan petugas, bahwa si bapak bermaksud memeriksakan gigi sang anak dan telah membawa hasil rontgen gigi sang anak. Petugas pun segera mencatat dan kemudian mempersilakan keduanya untuk menuju ruang tunggu pasien dokter gigi yang berada dibalik tembok ruangan tempat saya menunggu.

Saya pun sempat janggal di akan hal tersebut. "Kenapa keduanya dipersilakan menunggu di ruang yang berbeda dengan saya", gumam saya di dalam hati. Tak berapa lama kemudian, saya melihat petugas pendaftaran yang tadi terlibat debat kecil dengan saya berbisik kepada temannya sesama petugas.

Kemudian, si teman petugas tersebut mempersilakan saya untuk menuju ruang tunggu pasien dokter gigi. Dengan kejadian tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa petugas yang tadi terlibat debat kecil dengan saya merasa jengkel dengan saya karena saya "ngeyel". Hal tersebut tampak dari raut wajahnya dan sikapnya ketika berapapasan dengan saya saat saya menuju ruang tunggu dokter gigi.

Mendapatkan hak edukasi

Kurang lebih 5 menit saya menunggu di ruang tunggu pasien dokter gigi, kemudian nama saya dipanggil untuk masuk ke dalam ruang periksa. Dokter pun menyambut saya dengan ramah. "Kok dokternya tidak memakai jas praktik dan tidak pakai kartu identitas pengenal ya", gumam saya dalam hati sambil membetulkan posisi duduk saya. Dokter pun kemudian mengklarifikasi maksud kedatangan saya setelah membaca buku periksa yang ada di hadapannya.

"Skeling gigi ya pak?", tanya dokter.

"Iya dok", jawab saya singkat.

"Tetapi ini tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan pak, status bapak nanti berubah menjadi pasien umum", terang dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun