Anaknya tidak menjawab. matanya melotot memandang sang ayah dengan buas dan benci. Lalu segera ia cabut pedangnya, mengelak menghindari Creon, membalik gagang pedang dan menikamkan pedang itu ke dadanya sendiri hingga ke hulu -- ia rubuh di belakang jasad kekasihnya. Mayat Antigone yang masih basah dipeluknya.Â
Kemudia....ia terbatuk dan darah segar munrat dari mulutnya membasahi pipinya yang remaja. Lalu mati di atas tubuh pinangannya....Demikian maut telah menikahkan keduanya.
Memang sungguh benar kata sang pertapa; akal sehat adalah pusaka hidup orang utama. Sebab sudah nyata bencana tidak perlu. ia terjadi karena nafsu semata-mata.
Paduan Suara (wakil rakyat ) "Dan kini Euridice pergi tanpa kata-kata"
Kepergian Euridice dengan bisu, membuat semua orang dalam ruangan bisu seribu kata. Mereka telah kehilangan Antigone wanita kuat dan berpendirian, selalu memihak pada rakyat jelata. Kemudian Haemon seorang anak raja yang bijaksana sedari dalam pikiran apalagi perbuatan.Â
Akal sehat mereka berjalan semestinya. Namun keputusan Raja lebih diutamakan daripada jalan pikirnya. Ego dan nafsu telah berkembang biak dalam diri Creon. Seseorang yang tak mau kalah. Lebih suka berbicara daripada mendengarkan.
Tragedy kerajaan Thebes meninggalkan duka sepanjang masa. Tak lama kepergian Euridice diruangan istana. Dia lebih memilih menyendiri dan tanpa pikir panjang membunuh dirinya sediri dan mengutuk bapak dari kedua anaknya yang telah menyusul duluan ke surga. Creon adalah maut bagi semua orang. Dia bernoda tak setetespun kejernihan dalam hati dan pikiannya.
"Siapa inginkan kebahagiaan?, yang utama adalah kebijaksanaan. Ini maknanya tidak menentang kehendak dewa. Siapa menentang alam, akan dihajar oleh alam. Kalau kamu deksura (tidak sopan ) dirimu akan dibikin hina. kalau kamu sombong, kamu akan dibikin kosong" Sophokles
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H