Mohon tunggu...
Ayudila Arioksa
Ayudila Arioksa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Motto: Lucidity and Courage

Hiduplah seperti air hujan yang lebih memilih tanah, daripada berdiam diri diatas langit. -arioksa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Goa dan Selendang Lena, Antigone

22 April 2021   13:16 Diperbarui: 22 April 2021   13:31 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Paduan suara atau wakil rakyat pun ikut merinding  "Itulah tujuman yang dahsyat. Menurut pengalaman, belum pernah ia meleset dalam tujuman"


Creon "Aku tahu, aku tahu. Akupun tak akan berpura-pura tenang. Bila aku mengalah, akibatnya sukar ditanggungkan. Bila aku tidak berubah berarti aku menempuh kutukan"


Padua suarapun mencoba menyadarkan Creon agar terhindar dari kutukan trsebut. 

Hingga akhirnya Creon pun mengalah
Creon "Aku tak akan bisa melawanmu dewa. Meskipun berat rasanya, aku akan mengalah juga. lain kali tak akan kubuat peraturan yang menyalahi undang-undang. Ayo kamu, ikut aku. Kita bawa kapak dan tembilang. Aku ingin memimpin sendiri perbaikan yang akan kulakukan

Sembari melakukan perjalanan menuju goa. Creon masih bertahan disana dan berhalu bahwa kejadian ini hanya mimpi buruk baginya. Kakinya masih kaku di Goa. Dan seorang pembawa warta pun datang keistana dan memberikan kabar, bak petir yang menyambar seisi istana. Euridice datang dengan badan lemah yang dibantu dayang-dayang untuk berdiri di ambang pintu. Air matanya tak karuan mengalir di pipinya cantik itu.

Pembawa Warta "Nyonya yang mulia, semua akan kukisahkan kepadamu. Aku sendiri menyaksikan takkan aku menutupi atau melunakkan, karena lambat atau cepat toh akan sampai ke telingamu.
Aku pergi bersama Creon ke padang belantara, ke tempat jenazah Polyneicies dihinakan, koyak moyak digigit serigala. 

Kami cukupkan doa-doa untuk membujuk Dewa Maut dan Dewa Neraka. lalu kami bersihkan jenazah itu kami beri rempah-rempah dan air suci, lalu kami kumpulkan kayu dan ranting pohon zaitun. kemudian kami bakar semua sisa mayat itu. lalu akhirnya sebagai penutup lengkap upacara, kami serahkan ia kepada Ibu Bum. Sesudah itu kami pergi untuk menyelamatkan Antigone.


Sementara kami membongkar pintu goa batu yang telah disemen itu, ada orang yang mendengar suara tangis di dalam goa. Segera ia melapor kepada Creon -- Creon melompat oleh firasat dan segera penggalian dipercepat.


Makin lama makin tangis itu makin keras dan terasa menyelubungi kami. Ngeri dan tak ketahuan tangis siapa. tetapi Creon, tiba-tiba kaku dan berkata " Aku takut benar bahwa perkiraanku benar. Sebidang tanah ini akan menjadi saksi betapa pahitnya akhir perjalananku ini. Meski belum nyata, tapi aku merasa bahwa itulah suara tangis puteraku. Cepat bongkar semua batu. Lihat di dalam! Itulah tangisan Haemon! Atau tipuan Dewa menggoda jiwa!


Maka di ujung goa, kami lihat Antoigone menggantung diri dengan sehelai kain lena. Dan haemon memeluk tubuh kekasihnya sambil mengigau, bicara sendiri, tentang nasib percintaan mereka dan tentang sikap Creon pada tunangannya -- Creon melihat itu semua dan lalu lari menghampiri

 "Anakku, apa arti semua ini? Roh apa yang merasuki dirimu? Kenapa kamu memilih mati? Ayolah keluar. Ini ayah menjemputmu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun