"tarimo kasih Tuak Simeh, lah manarimo apak denai tingga disiko" (terimakasih tuan Simeh, telah menerima bapak aku tinggal disini)
Kenyataan yang disampaikan Tuak Simeh membuat Saidah semakin lemah dan tak berdaya. Untuk kembali duduk bersama Apak, kaki Saidah telah kaku. Saidah lawan rasa takutnya dan kembali menghampiri Apak "Pak, katampek ni Elin wak yo pak" (pak, ketempat Ni Elin yok Pak)
"ndak, cek denai, denai lah diusianyo"(tida, kataku, saya telah diusirnya)
"ndak buliah mengecek mode itu doh pak" sanggah Saidah (ngak boleh ngomong kayak gitu pak)
Bungsu memilih untuk menjaga jarak dengan Apak. Si Bungsu memiliki ketakutan melihat Apak, berbicara dengan vokal keras. Waktu kecil dia pernah dimarahi Apak, ketika minta uang jajan ke sekolah.
"anak jo minantu hanyo nio harato, kini den lah tuo, ndak paguno lai" (Anak sama menantu maunya harta, sekarang saya tidak berguna lagi)
Apak berdiri dan mengangkat bahunya Saidah agar berdiri dan menariknya ke motor.
 "pulang, jang kamari juo lai" (pulang dan jangan kesini lagi) dengan mata belalak Apak mengusir Saidah dan Bungsu
Tuak Simeh pun menyarankan kami untuk pergi. Â
Dan mencoba menenangkan Apak yang emosi tak karuan. "Apak......." Deru tangis Saidah dan Bungsu