Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karpet Rayo untuak Amak

20 Juli 2021   04:13 Diperbarui: 20 Juli 2021   04:54 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"dari dulu, lah dikasih tahu ka Apak, kalau uni Elin tuh hanyo memamfaatkan Apak" (Dari dulu udah dikasih tahu kalau Kak Elin hanya memfaatkan Bapak)


"denai ndak ado anak doh"( saya tak memiliki anak)


Saidah hanya menulan ludah atas ocehan Apak. Sifat Apak "bak baluik di guntiak ikua , bak kambiang tamakan ulek " (Dia tidak pernah mempedulikan perasaan Saidah dengan Bungsu). Yang selama ini tidak pernah dibiayai. Tak hanya materi, kasih sayang apak pun terakhir zaman Saidah kecil, semasa Amak dengan Apak masih satu rumah.


Delapan tahun lamanya Apak memilih hidup dengan Ni Elin. Sampai rumah besar pun dibangunkan Apak untuk Uni Elin yang sudah berkeluarga. Padahal itu bukan tanggung jawab Apak. Suami uni Elin adalah orang yang pemalas. Hingga apak yang membiayai hidup mereka berdua. Pernah terdengar kabar kalau Apak diguna-guna oleh suami Uni Elin. Maklum suami Uni Ellin berasal dari kampung dalam yang terkenal dengan ilmu santetnya. Amak pun berupaya mengobati Apak dan bertanya pada Buya, namun usaha kita mengobati Apak belum membuahkan hasil. Makin lama Apak makin menjadi-jadi. Hingga tak pernah peduli atas kehidupan kami di rumah.


"apak, dulu koh lah sarupo Anyuik labu dek manyauk, hilang kabau dek kubalo"
(Apak mengutamakan tanggung jawab yang bukan urusan Apak)


"ndak usah denai kau ajaan" apak mengelak (jangan kau ajari aku)


"bukan baitu , Saidah jo Bungsu ndak tega mancaliak Apak " (bukan begitu Pak, saya dan Bungsu tidak tega melihat Apak seperti ini)


"Denai ndak usah dikasihani, denai bisa makan surang"(saya tak usah dikasihani, saya bisa makan sendiri)


Kemudian Apak berdiri dan berbicara tak karuan, hingga Saidah dan Bungsu mulai binggung dengan sikap Apak. Sesekali dia memukul-mukul meja dan mengusir Saidah serta Bungsu. Beberapa pengunjung warung ikut menenangkan emosi Apak yang tak terkontrol


Sontak Saidah dan Bungsu menghindar ketakutan. Hingga mereka berdua  menemui orang yang punya warung, dan berbicara dengan gemetaran. Tak lupa Saidah menyelipkan uang ke Tuan Simeh.


"Apak kau banyak pikiran, makanyo  acok mengecek surang" (bapak kau, itu banyak pikiran makanya dia sering ngoceh sendiri)
Saidah tak tahan air mata mendengar pesan Tuak Simeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun