Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lubang Mbah Suro dan Mirisnya Orang Rantai di Kota Sawahlunto

21 Agustus 2020   07:58 Diperbarui: 21 Agustus 2020   07:47 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun pun berganti, emosi Mbah Suro pun revolusi, semakin  tidak tahan dengan sikap dan kejahatan Belanda. Akhirnya, Mbah Soeropun memberontak. Malang, tak bisa dielakkan.

Pada tahun 1914 Mbah Soero dibunuh secara mutilasi oleh pihak Belanda. Menurut mitos yang beredar, ilmu kebatihan Mbah Suro akan kembali, jika mayat Mbah Suro tetap menyatu dalam satu kuburan. 

Itulah keputusan sekaligus ketakutan pihak Belanda untuk memotong Mbah Soero.  Potongan tubuh tersebut sebagian dikuburkan di pemakaman Tanjung Sari. Namun beberapa potongan tubuh yang lain dibuang entah dimana.

Tragedi kematian  Mbah Soero yang tragis tak ada yang tahu. Namun, untuk mengenang sosok tulen yang berjasa Mbah Soero. Lubang bekas penggalian batubara tersebut diabadikan dengan namanya Lubang Mbah Soero.  Tertelak di Tangsi Baru Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar. Dari tahun 2007 sampai sekarang telah menjadi objek wisata sejarah yang selalu ramai dikunjungi warga dari berbagai kota.

(Selama kuliah saya memiliki teman dari berbagai daerah termasuk Sawahlunto. Namanya Helvi Carnelis dan Vigo Ravindo  mereka tinggal di daerah Sapan Sawahlunto. Orangtua mereka baik dan saya pernah makan, tidur di rumah mereka, bersama Filan Tropi Safitri , Fahri dan Ngan. Kota tua penuh memori itu telah meninggalkan bekas yang mendalam ke jiwa raga saya. Mereka mengajak saya berkeliling ke museum,  halaman gedung bukit asam,  kebun binatang Sawahlunto, kebun buah di Kandi Sawahlunto, Pasar, Danau Biru, terakhir Lubang Mbah Soero. Akhir kata  Terimakasih sahabat Vigo Ravindo dan Neng Helvi yang telah membantu saya hingga penulisan cerita tanah kelahiran kalian ini selesai. Kupastikan bahwa Riindu itu tak ada ujungnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun