Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lubang Mbah Suro dan Mirisnya Orang Rantai di Kota Sawahlunto

21 Agustus 2020   07:58 Diperbarui: 21 Agustus 2020   07:47 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bumi ini milik kita dan ciptaan Gusti, tak ada bedanya"

"Aku ra suka sampean berbicara ngak karuan itu,"

"Kalau begitu katamu Soero, tidak ada salahnya jika aku memindahkanmu ke daerah lain dan berjayalah kau disitu" perintah orang Belanda dengan terbata-bata menggunakan bahasa Indonesia.

 Secara halus ingin membuang Mbah Soero.

"Baik, bagiku bumi itu sama" jawaban Mbah Soero sontak disetujui oleh pengikutnya

Pada tahun 1908 Mbah Soero dengan pengikutnya dipindahkan ke  Sawahlunto. Mbah Soero menjadi orang yang beruntung, sebagai pribumi yang dipercaya dan disegani oleh kolonial Belanda. 

Memiliki jiwa kepemimpinan dan jujur. Sehingga  Mbah Soero dinobatkan menjadi mandor penambangan batu bara di kota Sawahlunto.

Selama proses penambangan berlangsung Mbah Soero tidak sekedar mandor. Namun dia juga ikut bekerja. Belacung digunakan untuk membongkah berlian hitam yang menempel di dinding lubang. 

Setiap hari diayunkan Mbah Soero dan kawanan penambang lainnya. Di dalam lubang yang lembab, gelap, panas dan kedap udara itu. Banyak cerita dan derita dialami Mbah Soero bersama penambang lainnya. 

Hawa dingin yang menusuk ke tulang tiap pagi dirasakan para penambang. Supaya tidak ada yang kabur, penambang yang bekas tahanan pasti kaki dan tangan mereka dirantai besi.

Disatu sisi Mbah Soero merasa iba kepada saudaranya sendiri. Namun dibalik itu,  hidupnya juga tergantung si pematuk senapan yang berkulit putih. Para penambang bekerja dengan mandi keringat dari ujung kepala sampai kaki, namun diberi makan tak layak dan upah yang tak masuk akal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun