"Ondeh mak, sajuak, mau mandi wak rasanya Bah", Abah yang juga ikut minum dan membersihkan wajah melarang Rande untuk mandi  tidak usah, hari mau hujan,
Rande menatap langit kemudian mengagukan kepalanya tidak lupa menampung air dalam botol air minum.Â
 Kemudian mereka melanjutkan perjalanan dan  Abah membantu Rande mengangkat kayu bakar diatas kapala Rande. Semua sudah biasa bagi Rande untuk pulang membawa kayu bakar.  Tidak sampai beberapa jam mereka sampai di rumah dan Rande meletakkan kayu bakar dalam dapurnya.
Malam yang pekat pun datang. Seperti hari biasanya Rande pergi duduk di kedai Uni Upiak yang merupakan satu-satunya warung kopi di sekitaran kampung tersebut. Kedai yang terbuat dari papan tanpa di cat tersebut selalu ramai tiap malam.Â
Para lelaki selalu bercengkarama dan  main domino di atas meja. Rande dan kawanan yang lainnya juga nongkrong di kedai tersebut.Â
 Sembari bermain Rande mengusulkan untuk besok siang pergi berburu Burung Merak.
"Besok, siapa yang mau ikut berburu dengan awak," Sorak Rande penuh semangat.
"kami ikut sama ang, jam berapo pai besok?", sambung Roga
"awak besok berangkat jam 10 pagi, biar sampai di hutan sekitaran jam 1 siang, bisa kan" tegas Rande.
"Siap" kata Iyol yang sedang makan goreng pisang,
"Uni Upiak tambah goreng Pisang nyo Uni"Â
 Iyol yang sibuk makan goreng pisang, yang baru keluar dari kuali, kemudian dibungkus dengan baju yang dipakainya.
Ketika keasikan bermain, waktupun berlalu begitu cepat. Jam dinding Uni Upiak sudah menunjukan jam 1 malam. ondaikk, ternyata sudah jam 1, awak pulang lai, awak tungu kawan-kawan besok di rumah awak jam 8 pagi, jangan sampai lupa membawa peralatan dan bekal, pesan Rande sebelum pulang
Melihat Rande pulang, Iyol dan kawanannya yang lain juga putuskan pulang dengan menghidupkan kembali obor yang mereka gunakan sebagai penerang untuk pulang ke rumah masing-masing, mengingat jarak rumah satu dengan yang lain sangat berjarak.Â