Rogipun menatap abah Rande yang sedang merokok dan melirik Roga dengan menyetujui tawaran Roga. Mereka berdua langsung pamit dan tetap menghisap rokok  Abah, kami jemput air dulu ucapnya ke Abah, sedangakn Rogi pergi mengambil tempat untuk penyimpanan air.Â
"iya, dan cepat baliak " pesan Abah kepada sikomba.Â
Setelah mereka melakukan perjalanan Randepun kembali. Terlihat ladang yang sunyi Randepun bertanya  Bah," sikomba tadi mana bak?" Tanya Rande yang masih mengelus perutnya yang masih mules
"mereka poi menjemput air ke Pincuran" Â Abah pun menunjukan arah Pincuran
Rande menatap arah yang ditunjuk Abah "jauh Pincurannya bah?, soalnya saya tidak mendengar air mengalir "Rande pun mengambil rokok abahnya dan ikutan merokok disamping abahnya
"kok, denai tidak mendengar suara air terjunya bah ? "heran Rande
"Air pancurannya tidak terlalu besar, namun sekitaran jarak 1 km, kito bisa mendegar  "
Rande mengaangguk dan dia tidak merasa puas sebelum melihat langsung air pincuran tersebut
"Nah, kita angsur lagi, biar cepat selesai"
Abah melangkah ke ladang dengan mengambil pisau kemudian menebang dan mengumpulkan kembali di titik untuk dijadikan unggun. Setelah sekitaran satu jam bekerja Abah mulai gelisah, karena Roga dan Rogi belum juga kembali dari Pincuran.Â
"Ang tunggu di Ladang Nde, Den tengok Sikomba ka Pincuran" abah langsung meletakkan pisau di bawah pohon dan pergi menyusul Sikamba