Untuk menatap Aling saja aku tak mau, apa lagi berbicara dengannya. Aku tetap dengan pendirianku untuk tidak mendegarkannya.
"Ayang, dengarkan aku sekali ini saja" dengan  sesak napas Aling berbicara padaku
Aku pun diam, dan metatap dengan sinis kepada Aling
"jangan kau ganggu, Anggi lagi titik " pesan singkat, yang bagaikan pedang samurai tertancap di hatiku.
Air mata yang berlinang langsung lenyap ketika Aling berkata demikian "Sebelum kamu pergi Ling, kau harus tahu, bahwa Aling yang kukenal telah menjadi budak cinta. Â Tidak akan lahir Aling kedua untuk kedepannya, camkan itu !!" kutatap bola mata Aling tanpa berkedip dan aku langsung pergi.
Kemudian Aling termenung beberapa saat, sebelum pergi untuk menjemput Anggi. Dengan besar hati aku pulang. Peristiwa ini peringatan bagiku tidak akan ada cucuran air mata kedua. Setidaknya  aku tahu, bahwa tuhan mengajarkanku supaya tidak bergantung kepada orang lain. Siapapun bisa jadi penghianat. Satu  langkah kaki untuk pulang hari ini cukup berarti bagiku. Terimakasih Aling kau telah berubah. Alingku telah menaburkan garam diatas  luka.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H