Mohon tunggu...
Dikdik Sadikin
Dikdik Sadikin Mohon Tunggu... Akuntan - Direktur Pengawasan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan

Dikdik Sadikin. Kelahiran Jakarta, 20 Februari 1965, adalah Direktur Pengawasan Bidang Pengembangan SDM dan Kebudayaan di sebuah instansi pemerintah, dengan karir di birokrasi selama sekitar 37 tahun, berdomisili di Bogor. Sejak SMP (1977), Dikdik sudah menulis dan dimuat pertama di majalah Kawanku. Beberapa cerpen fiksi dan tulisan opininya pernah dimuat di media massa, antara lain tabloid Kontan dan Kompas (“Soekarno, Mahathir dan Megawati”, 3 November 2003, dan terakhir “Jumlah Kursi Menteri dan Politik Imbalan”, Kompas 9 Oktober 2024). Dikdik Sadikin juga pernah menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum pada majalah Warta Pengawasan pada periode 1999 s.d. 2002. Sebagai penulis, Dikdik juga tergabung sebagai anggota Satupena DKI. Latar belakang pendidikan suami dari Leika Mutiara Jamilah ini adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (lulus 1994) dan Magister Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (lulus 2006).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Simfoni di Bawah Langit Ottawa

23 Desember 2024   15:07 Diperbarui: 23 Desember 2024   15:07 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Image Creator, Bing)

***

Lima tahun lalu, di Universitas Sorbonne, Paris, Isabelle dan Rafael hanyalah dua mahasiswa ambisius yang membagi mimpi mereka di antara lorong-lorong tua dan caf kecil di Rue Saint-Jacques. Setelah jam kuliah, mereka biasa duduk di sudut kafe La Petite Perle, menikmati kopi hitam yang lebih pahit daripada percakapan mereka tentang dunia.

"Aku ingin mengubah cara dunia melihat kesetaraan," Isabelle pernah berkata dengan semangat yang menyala-nyala. Rafael, dengan seringai kecilnya, menjawab, "Et moi, je vais te soutenir. Aku akan memastikan kau berhasil."

Namun, waktu seperti aliran Sungai Seine yang tak pernah berhenti. Rafael menerima tawaran pekerjaan di Brussel, sebuah posisi penting di European Commission yang melibatkan diplomasi multilateral dan hubungan antarnegara. Di sana, ia menjadi salah satu tokoh muda yang menonjol dalam menyusun kebijakan perdagangan hijau dan kerja sama energi lintas benua.

Saat Rafael memilih Brussel untuk kariernya, Isabelle tetap di Paris, mengemas luka itu dalam folder-folder pekerjaannya. Ottawa kemudian menjadi tempat yang ia pilih untuk mengubur kenangan. Tapi ternyata kenangan itu justru hidup di sini, di Sussex Drive, di tengah salju yang turun perlahan.  

Ada pun Rafael, di tengah kesibukan yang membawanya ke berbagai ibu kota dunia, ia merasa kehilangan sesuatu yang tak tergantikan.

"Di Brussel, aku punya segalanya," Rafael pernah merenung kepada seorang kolega. "Tapi setiap pencapaian hanya terasa setengah penuh. Aku sadar, dunia yang kubangun ini kosong tanpa Isabelle."

Setelah bertahun-tahun menghindar dari perasaan itu, Rafael membuat keputusan besar. Ottawa adalah jawabannya. Ia tidak hanya datang untuk Isabelle, tetapi juga karena kota ini menawarkan panggung baru untuk mimpinya---menghubungkan kebijakan Kanada dan Eropa dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan kesetaraan gender.

***

Hari berikutnya, konferensi berlanjut di Treasury Board Offices, 90 Elgin Street. Sesi di Treasury Board Offices selesai lebih cepat dari jadwal. Isabelle melangkah keluar melalui Rideau Street, berharap udara dingin bisa menjernihkan pikirannya. Salju yang turun makin lebat, membuat langkah-langkahnya meninggalkan jejak yang cepat tertutup lagi.

Isabelle melihat Rafael sedang berbincang dengan seorang perwakilan dari Asia. Mereka berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke Rideau Canal yang membeku. Saat Rafael menyadari tatapan Isabelle, dia menyelipkan percakapan itu dengan alasan yang tak jelas, lalu berjalan mendekat. Isabelle mencoba menjaga jarak. Dia menghindari Rafael, membiarkan pekerjaan menjadi tameng. Tapi Rafael bukan lelaki yang menyerah. Saat Isabelle keluar dari ruang rapat, Rafael menyusulnya di Rideau Street.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun