***
Lima tahun lalu, di Universitas Sorbonne, Paris, Isabelle dan Rafael hanyalah dua mahasiswa ambisius yang membagi mimpi mereka di antara lorong-lorong tua dan caf kecil di Rue Saint-Jacques. Setelah jam kuliah, mereka biasa duduk di sudut kafe La Petite Perle, menikmati kopi hitam yang lebih pahit daripada percakapan mereka tentang dunia.
"Aku ingin mengubah cara dunia melihat kesetaraan," Isabelle pernah berkata dengan semangat yang menyala-nyala. Rafael, dengan seringai kecilnya, menjawab, "Et moi, je vais te soutenir. Aku akan memastikan kau berhasil."
Namun, waktu seperti aliran Sungai Seine yang tak pernah berhenti. Rafael menerima tawaran pekerjaan di Brussel, sebuah posisi penting di European Commission yang melibatkan diplomasi multilateral dan hubungan antarnegara. Di sana, ia menjadi salah satu tokoh muda yang menonjol dalam menyusun kebijakan perdagangan hijau dan kerja sama energi lintas benua.
Saat Rafael memilih Brussel untuk kariernya, Isabelle tetap di Paris, mengemas luka itu dalam folder-folder pekerjaannya. Ottawa kemudian menjadi tempat yang ia pilih untuk mengubur kenangan. Tapi ternyata kenangan itu justru hidup di sini, di Sussex Drive, di tengah salju yang turun perlahan.
Ada pun Rafael, di tengah kesibukan yang membawanya ke berbagai ibu kota dunia, ia merasa kehilangan sesuatu yang tak tergantikan.
"Di Brussel, aku punya segalanya," Rafael pernah merenung kepada seorang kolega. "Tapi setiap pencapaian hanya terasa setengah penuh. Aku sadar, dunia yang kubangun ini kosong tanpa Isabelle."
Setelah bertahun-tahun menghindar dari perasaan itu, Rafael membuat keputusan besar. Ottawa adalah jawabannya. Ia tidak hanya datang untuk Isabelle, tetapi juga karena kota ini menawarkan panggung baru untuk mimpinya---menghubungkan kebijakan Kanada dan Eropa dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan kesetaraan gender.
***
Hari berikutnya, konferensi berlanjut di Treasury Board Offices, 90 Elgin Street. Sesi di Treasury Board Offices selesai lebih cepat dari jadwal. Isabelle melangkah keluar melalui Rideau Street, berharap udara dingin bisa menjernihkan pikirannya. Salju yang turun makin lebat, membuat langkah-langkahnya meninggalkan jejak yang cepat tertutup lagi.
Isabelle melihat Rafael sedang berbincang dengan seorang perwakilan dari Asia. Mereka berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke Rideau Canal yang membeku. Saat Rafael menyadari tatapan Isabelle, dia menyelipkan percakapan itu dengan alasan yang tak jelas, lalu berjalan mendekat. Isabelle mencoba menjaga jarak. Dia menghindari Rafael, membiarkan pekerjaan menjadi tameng. Tapi Rafael bukan lelaki yang menyerah. Saat Isabelle keluar dari ruang rapat, Rafael menyusulnya di Rideau Street.