Mohon tunggu...
didit budi ernanto
didit budi ernanto Mohon Tunggu... Freelancer - menulis kala membutuhkan

(ex) jurnalispreneur...(ex) kolumnispreneur....warungpreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Keberagaman dan Toleransi di Kampung Nusantara

25 Desember 2020   10:08 Diperbarui: 26 Desember 2020   08:25 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efektif karena interaksi itu dibangun setiap harinya sehingga warga memperoleh pengetahuan utuh tentang aneka budaya yang ada di Indonesia. Efisien karena warga tidak perlu keluar biaya mahal dan waktu untuk  mengenal anekaragam budaya yang ada di Nusantara ini.  "Tidak bisa dibayangkan berapa banyak waktu dan biaya yang harus kami keluarkan bila harus berkeliling Indonesia," timpal pria asli Parigi Pangandaran tersebut.

Akan halnya murid Kelas Multikultur, pelajaran di luar kelas ini memiliki makna penting dalam berbagai level. Pertama, level pengetahuan dimana murid mau tidak mau dituntut memiliki pengetahun soal budaya suku tempat asalnya. Jadi, murid bisa menjelaskan kepada siapa pun yang ingin tahu tentang budaya asli suku tempat asalnya tersebut.

Ikut memiliki dan menjadi duta merupakan level berikutnya. Maksudnya, mereka merasa ikut memiliki dan cinta terhadap budayanya sendiri, lalu untuk kemudian memperkenalkannya kepada masyarakat luas.

Setelah lulus kembali ke daerah asal merupakan level terakhir yang diharapkan dari setiap murid Kelas Multikultur. Diakui Ai Nurhidayat, level ini tidak gampang diwujudkan karena dengan bekal ilmu yang diperoleh murid yang lulus berkeinginan mencari penghidupan di rantau.

Interaksi sederhana bagaimana bisa hidup rukun berdampingan, bergotong royong dan bekerja sama dari orang-orang yang memiliki latar belakang suku dan budaya yang berbeda-beda. Dari interaksi ini terbangun berbagai hal positif tentang toleransi hingga mengejawantahan Bhinneka Tunggal Ika. 

Interaksi unik yang terbangun dari murid Kelas Multikultur dengan warga setempat ini lantas menarik perhatian banyak pihak. "Padahal kami tidak menggembar-gemborkan semua itu. Tetapi, ternyata banyak yang ingin tahu bahkan melakukan studi di Kampung Nusantara," jelas bapak dua anak ini.

Bahkan ada yang berminat ikut mengajar melalui program Kelas Profesi. Program ini diadakan setiap hari Sabtu  sejak tahun 2016. Menurut Ai Nurhidayat, program ini semacam berbagi pengalaman dari kalangan profesional yang diharapkan bisa menumbuhkan motivasi, gairah dan tujuan belajar. Hingga tahun 2020 ada sekitar 150 orang profesional yang ikut mengajar melalui Kelas Profesi.

Dampak Ekonomi Warga

Seiring banyaknya animo tamu yang datang untuk sekedar studi hingga ikut terlibat dalam kegiatan bersama di Kelas Multikultur SMK Bakti Karya, Ai Nurhidayat lantas menginisiasi  pembuatan Kampung Nusantara sekitar tahun 2018, yaitu persisnya di  Dusun Cikubang.

Sesuai dengan sebutan Kampung Nusantara, maka tempat tinggal warga diberi nama pulau-pulau yang ada di Indonesia. Seperti Sumatera dan Kalimantan dan sejumlah rumah dihiasi mural yang menggambarkan keberagaman budaya di Nusantara.

Selain itu, beberapa rumah di Kampung Nusantara ini difungsikan sebagai home stay bagi tamu yang hendak menginap.  Ai Nurhidayat mengungkapkan ikhwal keberadaan home stay di Kampung  Nusantara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun