Mohon tunggu...
Didin syafiudin
Didin syafiudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islamisasi ilmu pengetahuan terhadap pendidikan Islam

6 Oktober 2024   12:52 Diperbarui: 6 Oktober 2024   12:53 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Ide Islamisasi ilmu pengetahuan berangkat dari kondisi yang memprihatinkan di dunia Islam pada masa modern yang mengalami ketertinggalan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang dewasa ini berkembang di dunia Islam. Tokoh gerakan pemikiran Islamisasi ilmu pengetahuan yang terkenal adalah Ismail Raji al-Faruqi. Riwayat hidup AlFaruqi tidak bias dilepaskan dari istilah perkembangan sosio politik dan sejarah panjang bangsa dan Negara palestina sebagai tempat kelahirannya. Sebab di daerah tersebut hampir separuh usia Al- Faruqi di habiskan di Palestina, sebelum akhirnya hijrah ke Amerika.

Al-Faruqi secara bersemangat mensinyalir bahwa penyebab tertinggalnya dunia Islam dibanding dunia barat modern, disebabkan kondisi pendidikan Islam yang mengalami krisis identitas, akibat pengaruh filsafat dan ilmu pengetahuan yang melanda system pendidikan Islam, yang berimplikasi pada terbelahnya sistem pendidikan Islam secara pembagian. Ismail Raji AlFaruqi dengan demikian bisa disebut sebagai cendekiawan muslim yang konsensdengan masalah epistimologi pendidikan Islam karena pemikirannya tentangi slamisasi ilmu pengetahuan mejadi pemicu kesadaran sebagian pemikir muslim modern untuk melakukan upaya redefinisi dan reislamisasi terhadap ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa modern dengan konsep-konsep ideal ilmu pengetahuan dalam bingkai filsafat Islam. 

Pemikiran Islamisasi ilmu pengetahuan Al-Faruqi secara konkrit dan aplikatif berusaha mewujudkan dalam bentuk gerakan sistematik berupa pembuatan buku-buku ilmiah yang telah diislamkan terlebih dahulu, sebelum[6/10 10.55] D_DHIDHIN: dijadikan referensi utama bagi proses pembelajaran pada jenjang pendidikan 

tinggi dalam Islam, oleh karena itu tampaknya Al-Faruqi berusaha mengembangkan kembali metodologi pengembangan ilmu pengetahuan berbasis ajaran Islam pada masa modern, sebagaimana keberhasilan ulama-ulama klasik dalam mengislamkan ilmu-ilmu yng berasal dari Yunani.

Al-Faruqi sendiri dalam risalahnya yang berjudul Islamization of Knowledge, banyak menampilkan kritiknya terhadap kondisi system pendidikan Islam pada masanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa implikasi pemikirannya 

tentang Islamisasi telah banyak mempengaruhi paradigma pemikir muslim 

lainnya. studi yan of Islami III-T Virginia Amerika Ser beberapa Asia se tersebut mulai redup, kajian s and Civili pengaruh pemikiran I yang digagas Al-Faruqi. beberapa tahun

langsung dari Islamisasi ilmu pengetahuan Al-Faruqi pada tahun 1970-an sampai tahun 1980-an dan pengaruh beberapa pemikir muslim lainnya yang satu ide dengan Al-Faruqi. Meskipun ide Islamisasi ilmu pengetahuan muncul dan dihubungkan dengan kedua tokoh di atas, tapi secara subtantif ide tersebut telah muncul abad ke-19, yaitu ketika Syah Waliyallah dan Sir Sayyid Ahmad Khanyang mendirikan universitas Aligarth. Kedua tokoh ini mempelopori kebangkitan pemikiran dan pengetahuan yang berorientasi kepada Islam dan sekaligus bercorak modern.

Dalam gerakan pemikirannya mereka menolak untuk kembali kepada 

tradisi lama dan juga menentang penetrasi dan dominasi barat dan menghegemoni masyarakat muslim. Kebangkitan pemikiran yang dipelopori oleh Ahmad Khan diilhami oleh kekalahan umat Islam India dalam menentang kekuasaan kolonial Inggris pada tahun 1857-1858, yang menimbulkan sikap antipati dan isolasi umat Islam. Dalam pandangannya, sikap ini tidaklah memberi

[6/10 10.57] D_DHIDHIN: manfaat bagi umat Islam. Untuk itu ia berinisiatif untuk mengadakan pembaharuan pemikiran dengan berpikiran ilmiah untuk menghadapi dominasi barat. Gerakan pemikiran di atas dilanjutkan oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridlo dari Mesir. Mereka secara tegas menolak kembali kepada tradisi-tradisi pada masa lalu yang dibarengi kesediaan mereka untuk mengadopsi ilmu pengetahuan Barat.

Menurut Azyumardi Azra, Pada awalnya pandangan-pandangan keagamaan yang menjadi visi pemikiran Al-Faruqi terletak pada dua hal yaitu Arabisme dan Islam. Dalam studinya tentang Arab, ia menyusun sebuah tulisan terdiri dari 4 jilid yaitu : “on Arabism: Urubah and Religion” pada perjalanan berikutnya ia lebih memfokuskan kepada studi tentang Islam melalui diskursus ilmiah dan akademis serta gerakan advokasi politik dalam melihat pentingnya Islam.

Pada tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an lebih gencar mempresentasikan Islam sebagai agama nalar dan ilmiah, maju dan par execellent. Ia menjadi seorang aktivis Islam yang menempatkan Islam sebagai acuan utama, yaitu sebagai ideologi yang lengkap dan menyeluruh. Dalam pandangan Al-Faruqi, salah satu kesalahan fatal umat Islam adalah menganggap ilmu itu terbelah dua, yaitu ilmu-ilmu sekuler (profane) dan ilmu-ilmu agama Islam. Ide Islamisasi ilmu pengetahuan yang dicetuskan Al-Faruqi dituangkan dalam risalah berjudul The Islamization of Knowledge yang diterbitkan oleh IIIT. Ide tersebut menjadi terkenal ketika seminar pertama mengenai Islamisasi Ilmu pengetahuan dilaksanakan di Islamabad, Pakistan pada Januari 1982.

Al-Faruqi berusaha mengingatkan dunia Islam akan suatu konflik antara ilmu pengetahuan dalam pandangan Barat dan Islam, yaitu dengan merencanakan suatu yang dapat menghindari terjadinya konflik tersebut, serta menggalakkan kembali pendidikan Islam sebagaimana yang diharapkan. Tokoh lain yang menggagas Islamisasi Ilmu adalah Syed Muhammad Naquib al-Attas. Ia lahir tanggal 5 september 1931 di Bogor, Jawa Barat. Pendidikannya dijalani dari Sekolah Dasar Johor Malaysia, setelah itu pada masa pendudukan Jepang ia kembali ke Jawa dan meneruskan pendidikannya di Madrasah Al Urwat al Wustha, Sukabumi.

Kegiatan intelektual Al-Attas di mulai di universitas Malaya pada pertengahan 1960-an dan telah dapat membangkitkan kesadaran baru akan pentingnya peranan Islam dalam sejarah, nasionalisme dan kebudayaan melayu. Ia telah berhasil menumbuhkan kesadaran baru tentang peranan Islam kepada mahasiswa dan masyarakat umum. Disamping itu ia mengkritisi berbagaidisiplin ilmu filsafat, kebudayaan dan politik yang telah terbaratkan. Ide-ide itu terlukiskan dalam karya-karyanya yang antara lain The origin of the Malaya Syair (1968), Prelimenary Statement on the Islamization of the malayIndonesian Archepelago (1969) dalam hal ini Al-Attas bukan berarti antipati terhadap pemikiran barat. Dalam pengembangan disiplin-disiplin keilmuan tidak

[6/10 10.57] D_DHIDHIN: hanya didasarkan kepada ajaran- ajaran Islam, tetapi harus di analisis dengan filsafat Yunani dan Yahudi-kristen serta tradisi-tradisi klasik abad pertengahan.

Konsep Dasar Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Dalam buku Webster New World College Dictionary, mendefinisikan kata “Islamisasi”, sebagai to bring within Islam.5Sedangkan makna yang luas adalah menunjuk pada proses mengislamkan, dalam konteks yang umum yakni berupa manusia, bukan saja ilmu pengetahuan atau obyek lainnya.6Istilah Islamisasi juga berarti memberi muatan Islam pada sesuatu.7Sedangkan menurut terminologinya Islamisasi adalah memberi dasar-dasar dan tujuan Islam yang diturunkan oleh Islam.8 Menurut Al-Attas Islamisasi merupakan pembebasan manusia dari segenap tradisi yang bersifat magis, sekuler yang membelenggu pikiran dan perilakunya.9Sedangkan pengertian ilmu dan pengetahuan itu sendiri di kalangan para ahli masih terdapat berbagai pendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan

Al-Faruqi mendefinisikan Islamisasi Ilmu Pengetahuan berarti upaya 

integrasi wawasan pengetahuan yang harus ditempuh sebagai awal proses 

integrasi kehidupan kaum muslimin. Pengintegrasian baru tesebut selanjutnya dimasukan dimasukkan ke dalam keutuhan warisan Islam dengan melakukan eliminasi, reinterpretasi dan adaptasi terhadap komponen-komponenya sebagai sebuah world view of Islam ( pandangan hidup Islam) dan menetapkan nilainilainya, serta adanya relevansi yang eksak antara Islam dengan filsafat, dan metode dan obyek-obyeknya.10

Ada beberapa alasan utama yang menjadi latar belakang program Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al-Faruqi yaitu kondisi realitas dunia Islam pada saat gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan di di kemukakan. Menurut Al-Faruqi ada beberapa permasalahan serius yang sedang dihadapi umat Islam yang di sebutnya sebagai sebuah malaise (krisis) global yang di alami sebagian umat Islam di dunia.

Krisis tersebut telah menyebabkan umat Islam menempati posisi terendahdiantara bangsa-bangsa lain, mereka mengalami pemerasan, penjajahan dan dirampas negerinya, dibantai serta dipaksa untuk meninggalkan agamanya. Sementara dalam kehidupan politik umat Islam terjadi perpecahan dan pertikaian yang memang sengaja diciptakan oleh Negara-negara Barat untuk lebih menciptakan ketidakstabilan, perpecahan antara umat Islam. Kondisi ini

[6/10 10.58] D_DHIDHIN: disebabkan oleh usaha kaum kolonial dan menghancurkan seluruh institusi politik di Negara-negara Islam.11

Efek terburuk dari malaise yang dialami umat Islam telah mengakibatkan krisis serius yang dialami oleh berbagai Negara-negara muslim dalam berbagai bidang. kekalahan di bidang politik berimbas pada kekalahan dan keterbelakangan di bidang ekonomi. Kehidupan ekonomi umat Islam mengalami kehancuran dengan banyaknya kelaparan dan ketidakberdayaan ekonomi umat. Keadan ini menimbulkan ketergantungan yang luar biasa kaum muslim kepada pihak-pihak asing. Industri-industri yang diselenggarakan di Negara- Negara muslim tidak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam, tapi untuk kepentingan kaum kolonial.

Dalam bidang kegamaan dan budaya, umat Islam semakin tersesat dengan propaganda asing yang mengarah kepada westernisasi, tanpa disadari bahwa itu akan membawa kepada kehancuran budaya bangsanya dan ajaran Islam. Berbarengan dengan itu dibangunlah berbagai sekolah-sekolah yang menggunakan sistem dan kurikulum barat, yang selanjutnya melahirkan kesenjangan di antara umat Islam, yaitu mereka yang terlalu terbaratkan dan sekuler dan mereka yang tetap menentang sekulerisme. Pemerintah kolonial selalu berusaha agar golongan umat Islam yang pertama unggul dan menjadi penentu dalam pengambilan kebijakan umat Islam.12

Sebagai jawaban atas persoalan-persoalan umat Islam sebagaimana di atas, penting adanya langkah-langkah perbaikan. Al-Faruqi merkomendasikan pentingnya pemaduan pendidikan yang bersifat sekuler/ profane dengan pendidikan Islam. Dualisme pedidikan yang terjadi di kalangan umat Islam pada saat ini harus ditiadakan setuntasnya. Kedua sistem pendidikan tersebut harus dipadukan dan diintegrasikan, sehingga dapat melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing. Integrasi pendidikan sekuler dan pendidikan Islam 

 

11 Kekalahan-kekalahan umat Islam dimulai dengan ekspansi dan penetrasi Negara-negara Eropa ke wilayah-wilayah umat Islam pada abad ke delapan belas. Pada saat itu kekuatan Eropa mulai bangkit dan menembus kekuatan-kekuatan rezim-rezim umat Islam kekuatan-kekuatan Negara Atlantik dan Eropa telah menampakkan ambisi untuk menguasai dan memperluas wilayah kekuasaan mereka diwilayah perbatasan bagian utara dan selatan masyarakat Muslim. Eropa Barat dan Rusia pada abad ini telah memulai ekspansinya melalui Asia Tengah dan Siberia menuju Pasifik. Pada wilayah-wilayah masyarakat muslim di Selatan, ekspansi bangsa Eropa di mulai dengan perlawatan perdagangan para saudagar Portugis, Belanda dan Inggris. Portugis Mendirikan beberapa pusat kekuasaan colonial di Hindia dan Malaka. Pada abad 16 yang kemudian dilanjutkan Belanda yang menguasai Asia Tenggara pada abad ke 17. Sedangkan inggris melalui ekspansi mereka dengan menguasai sebuah imperium di India dengan melalui ersaingan yang ketat dengan Prancis. Pada abad akhir abad ke 18 Inggris telah berhasil menaklukan Bengal dan terus menjajah wilayah India. Lihat Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, terj. Gufron A.Mas‟adi, Vol. 1, Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2000, h. 89

12 Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan,terj. Anas Mahyuddin, Bandung:Pustaka Setia, 1984, h.2-8 gambaran tentang munculnya pertentangan antara umat Islamnyang telah terbaratkan dengan mereka yang masih kokoh memegng ajaran Islam terjadi di Negara Turki dengan terbaginya umat Islam dalam pembaharuan di Turki, yaitu kaum sekuler, kaum nasionalis dan kaum agamawan ( Islam ). Golongan barat mengehendaki agar pembaharuan di Turki didasarkan pada pembaharuan Barat, golongan Islam mengehendaki pembaharuan tetap didasarkan kepada ajaran-ajaran Islam dan golongan nasionalis menghendaki pembaharuan di dasari pada nilai-nilai nasionalisme bangsa Turki. Lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:Bulan Bintang,1985, h. 126

[6/10 10.58] D_DHIDHIN: harus menghasilkan sebuah sistem pendidikan yang sesuai dengan visi agama 

Islam.

Dari berbagai problematika umat Islam tersebut, tampaknya al-Faruqi 

berusaha meyakinkan bahwa proses Islamisi ilmu pengetahuan yang dikembangkannya diharapkan bisa menjadi barometer kebangkitan umat Islam 

dari kemunduran yang dihadapi sebagian besar kaum muslimin dalam berbagai bidang kehidupan yakni bidang politik, ekonomi dan religio budaya. Selanjutnya Al-Faruqi menjelaskan tentang langkah-langkah upaya Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:

1. Penguasaan disiplin ilmu modern, pengetahuan kategoris.

2. Survei disiplin 

3. Penguasaan khazanah ilmiah Islam

4. Penguasaan khazanah Islam: tahap analisa

5. Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin ilmu.

6. Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern; tingkat perkembangan 

masa kini.

7. Penilaian kritis terhadp khazanah Islam; tingkat perkembangan dewasa ini

8. Survey permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam

9. Survey permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia

10. Analisa kreatif dan sintesis.

11. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam dalam 

bentuk buku daras (buku teks) tingkat universitas.

12. Adalah berbagai langkah terakhir kerja islamisasi ilmu pengetahuan yaitu 

penyebaran ilmu yang telah di islamisasi.13

Selain Al-Faruqi, tokoh yang mengemukakan pentingnya Islamisasi 

pengetahuan adalah Syed Naquib al-Attas . Al-attas memberikan pengertian 

Islamisasi pengetahuan sebagai pembebasan manusia dari magic, mitos, animism 

dan tradisi kebudayaan kebangsaan dan selanjutnya dominannya sekulerisme 

atas pikiran dan bahasanya.14

Al-Attas memandang bahwa umat Islam menghadapi tatangan terbesar saat 

ini yaitu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang telah salah dalam memahami ilmu dan keluar dari maksud dan tujuan ilmu itu sendiri. Meskipun 

ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban barat telah memberikan manfaat dan kemakmuran kepada manusia, namun ilmu pengetahuan itu juga 

telah menimbulkan kerusakan dan kehancuran di muka bumi.

Ilmu pengetahuan yang dikembangkan di atas pandangan hidup, budaya 

dan peradaban barat, menurut Al-Attas dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu : 1) mengendalikan akal, 2)bersikap dualistic, 3)menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan kehidupan sekuler, 4)membela doktrin humanisme, dan 5)

[6/10 10.59] D_DHIDHIN: menjadikan drama dan sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi manusia.

Islam memandang bahwa visi mengenai realitas dan kebenaran bukan semata-mata berkaitan dengan alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana dalam pandangan sekuler Barat 

terhadap dunia yang dapat dilihat. Realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian secara metafisis terhadap dunia yang tampak maupun yang tidak Nampak. Dengan demikian Islam memandang realitas bagai sesuatu yang kelihatan dan gaib dunia akhirat. Dalam hal ini dunia tidak dapat dilepaskan dengan akhiratdan akhirat juga dapat dikesampingkan untuk kepentingan duniawi.

Dengan kekurangan-kekurangan ilmu pengetahuan di atas, Al-Attas meyakini pentingnya digagas suatu gerakan Islamisasi pengetahuan, karena ilmu pengetahuan modern tidak netral dan masuk budaya dan filosofis yang sebenarnya berasal dari refleksi kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Islamisasi ilmu pengetahuan modern bukan memberikan label Islam pada ilmu penegetahuan dan menolak semua yang berasal dari Barat, karena terdapat beberapa persamaan antara Islam dengan filsafat Barat.

Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al-Attas dapat dilakukan dengan melalui dua proses yang berkaitan yaitu :

1. Mengisolir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk 

peradaban Barat yang dimiliki oleh pengetahuan modern saat ini terutama 

ilmu pengetahuan humaniora. Dengan demikian ilmu-ilmu alam, fisika dan 

aplikasinya harus ditundukkan dengan ajaran-ajaran Islam, khususnya 

dalam fakta-fakta dan formulasi teori-teori lainnya. Fakta dianggap tidak 

benar jika itu bertentangan dengan pandangan hidup Islam.Unsur-unsur 

dan konsep-konsep asing yang merusak ajaran Islam tersebut adalah: 

konsep dualisme yang meliputi hakikat dan kebenaran, doktrin humanisme, 

ideology sekuler, konsep tragedi khususnya dalam kesusastraan. Keempat 

unsur asing tersebut telah menjangkiti ilmu khususnya dalam bidang sains

kemanusiaan dan kemasyarakatan, sains fisik, terapan yang melibatkan 

perumusan fakta dan teori. Konsep-konsep inilah yang membentuk 

pemikiran dan peradaban Barat dan telah menular dikalangan umat Islam.

2. Memasukan unsur-unsur, konsep-konsep Islam dalam setiap bidang dari 

ilmu pengetahuan modern yang relevan.

Konsep-konsep Islam yang harus menggantikan konsep-konsep Barat 

tersebut adalah: manusia, din, ‘ilm dan ma’rifah, hikmah, al-‘adl, amal-adab

dan konsep kulliyat-jamiyah (universitas). Jika kedua proses Islamisasi 

tersebut dilakukan, maka manusia akan terbebas dari magic, mitologi, 

animisme, dan tradisi budaya yang bertentangan dengan Islam. Islamisasi 

ilmu pengetahuan akan membebaskan manusia dari keraguan (syakk), dugaan 

(dzann) dan argumentasi kosong menuju keyakinan akan kebenaran 

mengenai realitas spiritual dan materi. Islamisasi akan membebaskan ilmu

[6/10 10.59] D_DHIDHIN: pengetahuan modern dan ideologi, makna dan pernyataan-pernyataan sekuler.15

Al-Attas menolak bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan sekedar 

memberikan labelisasi ilmu dengan prinsip-prinsip Islam. Islamisasi ilmu 

pengetahuan bertujuan agar umat Islam terlindungi dari pengaruh ilmu 

pengetahuan yang telah terjangkit unsur-unsur dan konsep Barat yang akan 

menimbulkan kesesatan dan kekeliruan, serta bertujuan mengembangkan ilmu 

yang hakiki yang dapat membngunkan pemikiran dan kepribadian umat Islam

dan dapat menaambahkan keimanan kepada Allah SWT. Dengan demikian 

Islamisasi ilmu pengetahuan akan melahirkan keamanan, kebaikan, keadilan, 

keselamatan dan keimanan kepada Allah SWT.

Implikasi Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan

1. Aspek Kelembagaan

Islamisasi dalam aspek kelembagaan ini dimaksud adalah penyatuan dua sistem pendidikan, yakni pendidikan Islam (agama) dan sekuler (umum). Artinya melakukan modernisasi bagi lembaga pendidikan agama dan Islamisasi pendidikan sekuler. Adanya lembaga pendidikan modern (Barat sekuler), dipandang sebagai kamuflase yang mengatas namakan Islam dan menjadikan Islam sebagai simbol, untuk mengantisipasi keadaan ini makaperlunya dibangun lembaga pendidikan baru sebagai tandingan.Sepertinya implikasi dari Islamisasi ilmu pengetahuan pada aspek kelembagaan adalah terbentuknya lembaga independen yang mengintegrasikan pengembangan keilmuan agama dan umum, jadi apapun nama lembaganya tersebut yang terpenting adalah terintegrasinya secara komprehensif antara sistem umum dan agama. Meskipun dalam tatanan sistematika keorgaanisasian lembaga mengadopsi barat namun secara subtansial menerapkan sistem Islam.

2. Aspek Kurikulum

Mengkaji kurikulum tidak diserahkan pada satu tim saja, namun membutuhkan ahli-ahli dibidangnya, perbincangan ini harus dimulai sejak awal Islamisasi. Dalam hal ini kurikulum yang telah dikembangkan di Barat tidak boleh diabaikan. Rumusan kurikulum dalam Islamisasi ilmu pengetahuan dengan memasukkan segala keilmuan dalam kurikulum. Dengan 

demikian lembaga pendidikan memiliki kurikulum yang actual, responsive

[6/10 11.00] D_DHIDHIN: terhadap tuntutan permasalahan kontemporer. Artinya lembaga akan melahirkan lulusan yang visioner, berpandangan integrative, proaktif dan tanggap terhadap masa depan serta tidak dikotomik dalam keilmuan.

3. Aspek Pendidik

Dalam hal ini pendidik ditempatkan pada posisi yang selayaknya, artinya kompetensi dan professional yang mereka miliki dihargai sebagaimana mestinya. Bagi Al-Faruqi tidak selayaknya para pendidik mengajar degan prinsip keikhlasan, pendidik diberikan honorarium sesuai dengan keahliannya.Terkait dengan pengajar yang memberikan pembelajaran pada tingkat dasar dan lanjutan tidak dibenarkan Islamologi atau misionaris, artinya harus pendidik yang benar-benar Islam dan memiliki basic keislaman yang mantap. Di samping itu, staf pengajar yang diinginkan dalam universitas Islam adalah staf pengajar yang saleh serta memiliki visi keislaman.

Dengan demikian harus ada rumusan yang jelas tentang kriteria calon pendidik, selain indeks prestasi (IP) sebagai parameter kualitas intelektual, penting dilakukan wawancara menyangkut aqidah, keimanan, keaagamaan, jiwa dan sikap terhadap jabatan, kriteria ini juga harus ditopang oleh kode etik Islam tentang profesi pendidik. Seorang pendidik dituntut mempunyai kemampuan subtantif, yakni berupa gagasan dua segi keilmuan, yakni ilmu agama dan ilmu modern sekaligus.

Selain kemampuan subtantif seorang pendidik juga dituntut memiliki 

kemampuan nonsubtantif, yakni berupa multiskill didaktis. Kemampuan ini 

mencakup ketrampilan dalam menggunakan metode dan strategi 

pembelajaran, pengelolaan atau manajemen pendidikan, pengevaluasian dan 

lain sebagainya, yang secara keseluruhan bertumpu pada unsur tauhid.

Isl

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun