Mohon tunggu...
DIDIK FADILAH
DIDIK FADILAH Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Ekonomi

Buku gudangna elmu, koncina kadaek maca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar di Tahun 90-an vs Sekarang: Perpustakaan Fisik atau Digital?

19 Oktober 2024   05:00 Diperbarui: 19 Oktober 2024   07:37 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sebagai Ilustrasi dihasilkan oleh Microsoft Copilot

Apa yang Berubah?

Jelas banyak yang berubah. Teknologi telah mengubah cara kita mengakses ilmu pengetahuan. Kalau dulu, akses buku sangat terbatas, sekarang seakan tak ada batasan lagi. iPusnas hanyalah satu contoh dari banyaknya perpustakaan digital dan aplikasi baca lainnya. Kita punya akses ke buku-buku yang mungkin dulu tidak pernah terpikirkan. Bahkan, beberapa buku yang sudah langka pun bisa ditemukan di platform digital ini.

Selain itu, adanya teknologi ini memungkinkan kita untuk multitasking. Saya bisa membaca buku sambil menunggu antrian di bank, atau bahkan di perjalanan. Dulu? Waktu untuk membaca hanya ada kalau saya duduk di meja belajar atau di perpustakaan. Kini, ruang dan waktu bukan lagi hambatan untuk menambah ilmu.

Apa yang Hilang?

Namun, meski begitu, ada sesuatu yang hilang. Dulu, saya merasa ada nilai tersendiri dalam perjuangan mencari informasi. Melangkah ke perpustakaan, mencari buku fisik di antara ribuan buku lainnya, membaca di tempat yang sunyi, dan mencatat informasi secara manual, semua itu membuat ilmu yang saya dapat terasa lebih berharga. Mungkin karena prosesnya yang lama dan penuh usaha, hasilnya terasa lebih "melekat."

Sekarang, dengan segala kemudahannya, kadang kita jadi kurang menghargai ilmu yang didapat. Buku mudah diakses, tapi apakah kita benar-benar membacanya dengan sungguh-sungguh? Atau jangan-jangan kita hanya membuka halaman-halaman tertentu tanpa betul-betul memahaminya? Distraksi dari ponsel juga jadi tantangan tersendiri. Akses ke perpustakaan digital di ponsel sama mudahnya dengan akses ke media sosial atau video-video lucu di internet. Dan kadang, kita jadi tergoda untuk meninggalkan bacaan dan beralih ke hiburan.

Tantangan Baru di Era Digital

Kalau dulu tantangan terbesar adalah akses ke buku, sekarang tantangannya adalah fokus dan konsistensi. Di era digital ini, kita harus lebih pintar dalam mengelola waktu dan perhatian. Ilmu pengetahuan mungkin ada di ujung jari kita, tapi memanfaatkannya dengan baik membutuhkan disiplin yang sama besarnya. Apalagi dengan berbagai distraksi yang ada, rasanya mudah sekali untuk terdistraksi dan akhirnya hanya membaca sepintas lalu tanpa benar-benar mencerna informasi.

Namun, di sisi positifnya, teknologi seperti iPusnas juga membawa peluang besar. Buku-buku yang dulu sulit ditemukan, sekarang bisa diakses siapa saja. Mereka yang tinggal jauh dari perpustakaan fisik kini bisa merasakan kemudahan yang sama. Proses belajar pun jadi lebih inklusif dan bisa menjangkau lebih banyak orang.

Menjembatani Perpustakaan Fisik dan Digital

Meskipun saya merindukan suasana perpustakaan fisik dan proses "berburu" buku, saya tetap bersyukur dengan kehadiran perpustakaan digital seperti iPusnas. Bagaimanapun, teknologi ini sangat memudahkan saya untuk terus belajar, bahkan di usia dewasa. Kombinasi perpustakaan fisik dan digital adalah jalan terbaik untuk memanfaatkan kedua dunia ini. Kadang, ketika saya rindu suasana perpustakaan yang tenang, saya masih berkunjung ke perpustakaan fisik untuk membaca di tempat. Tapi ketika waktu tidak memungkinkan, saya dengan senang hati membuka aplikas di ponsel saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun