“Kalau urusan cowok sih aku percaya! Kamu nggak pernah bohong ke aku kalau kamu selalu jomblo!”
“Aaaahhh... Afnaaaan!”
“Tapi kalau ini urusan pekerjaan, aku nggak percaya!”
“Iya, iya, ntar besok pagi aku pulang. Koreksian aku bawa pulang. Minggu ketemuan. Tapi jangan di Panyaweuyan! Terlalu jauh! Di alun-alun saja!”
“Uuuh enak di kamu, dekat rumah. Di Gunung Panten, kita naik gantole bareng!”
“Terserah kamu laaah!”
Malam itu malam yang penuh sensasi. Ballpoint merah yang selama ini hanya ia lihat dipegang oleh para gurunya semasa di SMA, kini ada di tangannya. Coretan merah. Guratanku? Batinnya. Asisten dosen? Oooh .... bukan! Jauh, aku hanya membantu Pak Bintang.
***
Minggu siang.
Kedua sahabat itu akhirnya mengambil keputusan yang berbeda dengan sebelumnya. Tidak ke Panyaweuyan, tidak pula ke Gunung Panten.
“Kita bertemu di kantin sekolah saja! Masing-masing bawa camilan!”