***
Perbatasan Indonesia Malaysia. Entikong.
Tiga pos perbatasan, Entikong, Badau dan Aruk. Perbatasan di Entikong ini merupakan yang paling ramai. Tahun ini bahkan sedang dilaksanakan pelebaran jalan di perbatasan. Pemerintah bahkan menargetkan tahun akan berkondisi lebih ramai dibanding wilayah Malaysia. Kondisi dilematis sebenarnya ketika di wilayah ini banyak beredar barang-barang dari Malaysia. Hal ini memang sedikit masuk akal, sebab pasokan barang-barang kebutuhan, yang mungkin hanya dipasok dari pulau Jawa tersendat.
Di wilayah inilah Tamtomo, suami Riris bertugas.
Sebagai bhayangkara negara dengan penuh tanggung jawab ditempatkan di garis depan menjaga kedaulatan negeri ini. Jauh dari keluarga adalah resiko yang telah menjadi pilihan hidupnya. Hidup di daerah perbatasan yang tentu penuh dengan masalah, baginya sudah ia pahami.
“Kamu nggak kangen rumah Tomo?” tanya Drajat, sesama teman dari Batalyon Cakra Bhuya di kantor piket.
“Ya kangen laaah..... pingin pulang.”
“Aku kira kamu tegar seperti aku. Bahkan aku mau ditugaskan hingga pensiun di sini juga tenang-tenang saja!” kata Drajat sambil tertawa. Tamtomo ikut tertawa.
“Huuuuh.... dasar jomblo! Kamu bisa ngomong kaya gitu, habisnya kamu bujangan lapuk sih. Nggak ada yang menanti kepulanganmu. Nggak laku-laku! Hahaaa!”
“Nggak laku-laku? Memangnya aku barang dagangan ya?”