“Kok omonganmu dalam sekali Tomo?”
“Ya ilayaah ... turunan ustadz!”
“Alhamdulillah ... kalau begitu nanti aku bakal banyak tanya ya Tom!”
“Hahaa!”
Drajat diam sejenak, kemudian menyeruput kopi yang masih tinggal separo. Tamtomo mengamatinya . Sebenarnya laki-laki itu merasa kasihan dengan Drajat, ya, dia tahu kisah cintanya yang sering gonta-ganti incaran, tapi belum pernah berhasil.
“Tomo! Istrimu kan guru, betul?”
“O iya, Kenapa memangnya?”
“Kenapa kamu pilih guru?”
“Aku bukan milih gurunya. Tapi aku memang dijodohkan dengan seorang guru.”
“Terus milih apanya?”
“Ya karena cinta laaah. Nah yang aku cintai itu kebetulan guru!”