Sesekali gadis itu melihat ke gerbang masuk. Pukul 06.4x dada Wike berdetak cepat. Ia melihat motor Irfandi masuk gerbang langsung ke tempat parkir. Sebentar lagi tentu akan ada yang lewat. Ia merasa hari itu seperti berkuasa mengatur jalan hidup manusia, kelebat Irfandi seperti apa yang diharapkan. Ketika pemuda itu semakin dekat, Wike pura-pura tidak melihat dan tetap menyapu.
“Wike ..... “ ada suara memanggil. Mendengar itu tangan gadis itu gemetar.
“Aa...aaa.... apaa... “ ia menoleh. Sapu yang dipegangnya jatuh.
“Tuuuh sapu jatuh!”
Dialog sesingkat itu. Wike sama sekali tak menyangka Irfandi berlalu begitu saja. Tak ada kiriman salam balik. Semua yang direncanakan buyar sudah. Beberapa teman yang lewat masuk kelas seperti tak dilihatnya. Ia masih tertegun tak percaya apa yang baru saja dialaminya.
“Wike.....”
“Aaahh... apa? Apa?” mendengar ada yang memanggil Wike targagap.
“Ini sapunya jatuh. Melamun ya?” kata anak laki-laki yang baru datang seraya mengulurkan sapu. Gadis itu menerimanya.
“Ooooh.... aahhh kamu Noval. Iya, iya terima kasih.”
“Pagi-pagi jangan melamun Ke.”
“Enggaaak, siapa yang melamun.”