Wike menyesal. Dari tadi ia tidak beranjak merangsek ke dekat panggung. Jarak terlalu jauh. Namun sebenarnya bukan jarak yang jadi soal, ini masalah keberanian. Keberanian untuk naik ke panggung memang tiba-tiba hilang sama sekali. Gadis itu berbalik. Ia bergegas meninggalkan lapangan pagelaran festival dengan membawa perasaan tidak menentu. Ia ingin segera jauh-jauh dari arena itu.
***
Selang seminggu setelah kelulusan tanggal 07 Mei 2016.
Anak-anak kelas XII sudah jarang yang datang. Namun pagi itu Wike dan April sudah duduk berdua di bangku taman depan Graha OSIS. Keduanya usai melaksanakan shalat dhuha, seperti kebiasaan ketika pembelajaran masih normal sebelum UN.
“Ke , maaf nih aku ada perlu dulu ya .... mau cari camilan di kopgur. Tunggu jangan ke mana-mana.” kata April sambil berdiri.
“Jangan lama-lama.”
“Yaaah, nggak lama laah! Paling juga satu jam! Hihihi.....” kata April sambil beranjak meninggalkan Wike sendirian.
“Satu jam waduuuuhhh! Ngasal kamu Priiil!”
“Serius!” kata April dari kejauhan.
Sepeninggal April, Wike mengeluarkan smartphone.Perhalan ia mencari sesuatu dari folder kesukaanya. Tak lama kemudian terdengar alunan lagu. Ia mendesah. Lagu itu ia ikuti sambil tersenyum. Ia sampai tak sadar jika dari tadi ana seseorang yang telah duduk di bangku batu, agak ke belakang.
“Lagunya enak sekaliii....... “ ada suara mengagetkan Wike. Gadis itu menoleh. Mukanya memerah demi melihat siapa yang bersuara.