“Tanya apa?”
“Ke, tadi malam kamu bangun jam dua ya?”
“Emm... aa.... kamu tahu dari mana?”
“Maafkan ya Ke, benarkah kamu membangunkan aku agar shalat malam?”
“Ah kamu mimpi kali Fan.”
“Tapi kayaknya sungguhan kok!”
Wike tak segera menjawab. Memang di waktu yang disebut Irfan, ia sempat menyebut nama itu beberapa detik dalam shalat hajatnya. Benar, ia memang mengharapkan bertemu dalam doa yang sama. Bukan apa-apa. Karena ia yakin yang seperti akan lebih baik bagi dirinya, dan mungkin bagi Irfandi, makhluk Allah yang sekarang bukan siapa-siapa.
“Aah sudahlah Fan ... nggak usah dipikir dalam, tapi kamu bangun nggak?”
“Bangun.”
“Terus ngapain?”
“Justru memikirkan, mengapa tiba-tiba jadi Keke yang membangunkan aku ....”