Pagi segar. Rumput basah. Matahari bersinar.
Hampir seluruh peserta Jumbara mengikuti senam pagi yang tenar di kalangan peserta dengan senam Chipong-chipong PMR. Sekira setengah jam kegiatan yang menyegarkan usai, peserta bubar.
Sementara itu di barisan paling belakang, Aris sama sekali tidak konsentrasi. Ia mengamati gadis yang sore kemarin bicara dengannya di tengah hujan. Ya, gadis itu sekarang tak mengenakan setangan leher PMR warna biru. Aris meraba setangan leher yang ada di sakunya. Masih agak lembab. Semalaman setelah bersih barang itu hanya digantung di dalam tenda dekat tempatnya tidur.
Dengan mengumpulkan keberanian, ia nekad apakah benar atau tidak ia memanggil orang yang dimaksud.
“Salsa!” teriaknya. Gadis yang dimaksud berhenti berjalan. Ia menoleh ke arah Aris. Aris tersenyum.
“Kamu memanggilku?” tanya gadis itu seraya mendekat. Dada Aris berdetak cepat. Tebakannya tampaknya benar.
“Aaa ... iiiy..iyaaa....”
“Kamu yang kemarin sore kedinginan ya?”
“Aaa... anu.... iya..”
“Heiii, sekarang habis senam kok kaya masih kedinginan. Ada apa?”