“Iiiiiihh ..... enggaaaak..... nggak mau!”
“Ayo dong Pril, siapa yang kamu fantasikan.”
“Rahasia.” April tersipu.
“Rahasia apa?”
“Rahasia ya rahasia ....”
“Pril, seandainya ..... se.... andai .... aah... sandainya ....”
“Apa?”
“Seandainya yang telunjuk itu orang yang baru gagal SNMPTN ..... betapa ia akan memiliki semangat yang tinggi untuk menembus SBMPTN...”
Dada April berdegup cepat. Matanya tiba-tiba terasa panas. Bibirnya terkatub. Ia tak berani melihat ke arah Wirawan. Ia tahu bahwa orang yang gagal yang dimaksud adalah Wirawan sendiri. Ada perasaan iba yang dalam atas kalimat yang baru saja ia dengar. Betapa kalimat sederhana itu bermakna sangat dalam.
Tak tertahan airmata April menetes. Ia membayangkan betapa bahagianya Wirawan seandainya pemuda itu lolos SNMPTN. Tak akan muncul kalimat itu. Tapi mungkin kalimat ini tak akan April dengar jika Wirawan lolos SNMPTN. Kalimat yang menunjukkan pengharapan yang sangat dalam dari dirinya.
“Kenapa nangis Pril.... aku salah ya?”