Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Lelah dengan Kesunyian"

11 Agustus 2024   04:21 Diperbarui: 11 Agustus 2024   04:21 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ruangan yang lebih kecil, terletak sebuah lemari tua yang penuh dengan pakaian-pakaian kuno. Kain-kain yang dulunya mungkin berwarna cerah kini telah pudar, terlipat dengan rapi dalam laci-laci yang telah lama tidak dibuka. Pakaian-pakaian ini, yang mungkin pernah dipakai dalam momen-momen bahagia atau penting, kini hanya menjadi potongan-potongan masa lalu yang terbenam dalam kesunyian. Setiap kain yang lembut menyimpan aroma zaman yang sudah lama pergi, dan meskipun tidak ada yang memakainya lagi, mereka tetap menjadi saksi bisu dari kehidupan yang pernah ada.

Di dinding ruang makan, terdapat sebuah kalender tua yang masih menggantung di tempatnya. Halaman-halaman kalender ini menunjukkan tanggal-tanggal yang telah lama berlalu, dengan tanggal-tanggal yang terlewat tanpa ada penanda. Kalender ini, dengan gambar-gambar yang memudar, menjadi pengingat akan waktu yang telah berlalu dan kehidupan yang pernah dihitung di sini. Namun, tanpa adanya tangan yang membalik halaman, kalender ini tidak lebih dari sekadar artefak dari masa lalu.

Di kamar mandi, sebuah cermin besar dengan bingkai kayu yang tergores berdiri di sudut. Cermin ini, meskipun kotor dan berdebu, masih mencerminkan siluet-siluet samar dari cahaya yang masuk melalui jendela kecil. Di samping cermin, terdapat bak mandi yang telah lama kosong, dan keran-keran yang sudah berkarat. Tempat ini, yang dulunya mungkin digunakan untuk merawat diri, kini hanya menjadi tempat di mana air tidak pernah mengalir lagi. Suara air yang mengalir dari keran atau bunyi tetesan yang pernah terdengar di sini, kini telah digantikan oleh kesunyian yang menekan.

Di luar rumah, taman yang dulunya mungkin dipenuhi dengan warna-warni bunga kini menjadi hutan kecil yang liar. Pepohonan yang tumbuh acak dan tanaman merambat telah mengambil alih taman, menjadikannya sebuah labirin hijau yang penuh dengan kekacauan. Namun, di antara dedaunan dan semak-semak yang lebat, masih terdapat sisa-sisa dari masa lalu. Kupu-kupu yang pernah menari di sekitar bunga, sekarang terperangkap dalam jaring laba-laba yang menempel di dahan-dahan pohon, dan burung-burung yang dulunya bernyanyi kini hanya meninggalkan jejak-jejak suara yang samar.

Di pojok taman, terdapat sebuah ayunan tua yang tergantung pada sebuah pohon besar. Ayunan ini, dengan tali-tali yang usang dan kursi yang sudah pudar, bergerak pelan saat angin berhembus. Meskipun tidak ada lagi anak-anak yang bermain di sini, ayunan ini seakan masih mengingat suara tawa dan sorak-sorai yang pernah mengisi taman ini. Gerakan ayunan yang perlahan menari-nari di bawah sinar matahari yang redup menjadi satu-satunya bukti bahwa tempat ini pernah hidup.

Seiring waktu, hutan di sekeliling rumah semakin lebat dan menutupi segala sesuatu yang ada di bawahnya. Tanaman-tanaman liar dan akar-akar pohon mulai menutup jalan setapak yang dulu pernah dilalui oleh manusia. Jalan yang dulunya mungkin penuh dengan jejak kaki kini tertutup oleh dedaunan dan rumput liar, menciptakan jalan yang hampir mustahil dilalui. Hutan ini, dengan segala kerimbunannya, menyelimuti rumah tua ini dalam pelukan hijau yang menambah kesan keterasingan.

Saat matahari terbenam, cahaya oranye lembut menyapu hutan dan rumah tua ini. Bayangan-bayangan panjang muncul di antara pohon-pohon, menciptakan pola-pola aneh di tanah. Sinar matahari yang meresap melalui celah-celah dedaunan menghasilkan efek bercahaya yang seakan menyentuh setiap sudut rumah dengan kehangatan yang kontras dengan kesunyian yang ada. Namun, meskipun keindahan ini hadir, keheningan tetap dominan, tidak terganggu oleh kehadiran cahaya.

Di malam hari, ketika bulan purnama bersinar terang di langit, rumah ini berubah menjadi siluet yang menakutkan di tengah kegelapan. Bayangan-bayangan yang diciptakan oleh cahaya bulan menari di dinding-dinding, menciptakan gambaran-gambaran yang menyeramkan dan surrealis. Angin yang berhembus lembut melintasi hutan membawa serta suara-suara lembut yang tidak jelas, seakan membisikkan kisah-kisah lama dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh kesunyian.

Di ruang utama, sebuah piano tua berdiri dengan penuh kehampaan. Piano ini, dengan tuts-tuts yang kotor dan berdebu, tidak pernah lagi dipetik. Suara melodinya yang pernah mengisi ruangan kini hanyalah kenangan yang terbenam dalam diam. Meskipun piano ini terlihat kokoh, kesunyian di sekelilingnya membuatnya tampak rapuh, seakan hanya menunggu untuk dihapuskan dari ingatan.

Di sekeliling piano, terdapat sejumlah foto-foto lama yang tergeletak di atas meja atau tergantung di dinding. Foto-foto ini, meskipun memiliki gambar-gambar yang jelas, kini terbungkus oleh debu dan kegelapan. Wajah-wajah yang tersenyum dalam foto-foto ini tampak lebih seperti kenangan samar daripada kenangan hidup. Setiap kali cahaya rembulan menyinari foto-foto ini, mereka seakan menyapa dari masa lalu yang telah lama berlalu, menambah rasa kesunyian yang menekan.

Di dapur, alat-alat masak yang telah lama tidak digunakan berserakan di atas meja dan rak. Wajan yang berkarat, panci yang penuh dengan noda, dan piring-piring yang pecah semuanya seakan menunggu untuk digunakan, tetapi tidak pernah dipakai lagi. Bau makanan yang pernah tercium di dapur ini telah lama hilang, digantikan oleh aroma lembap dari tempat yang tidak pernah lagi dipenuhi dengan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun