Irma terdiam.
"Ya sudah. Irma saja yang beli ke depan!" Irma bangkit.
"Iiiir... bawa duit, nggak?!!"
Irma tidak menjawab, menoleh pun tidak. Dengan cepat ia melangkah di depan orang-orang yang tersungut-sungut melihatnya menghalangi jalannya pertandingan. Sesekali dilihatnya permainan tim basket favoritnya. Dia pun berdecak kagum.
"Duh, hebat banget si Andre" gumam bibir itu sambil mengerutu tidak jelas.
****
"Niiiih, cola kesukaanmu!" Dengan kasar dicoleknya punggung kekasihnya.
Jati diam, tidak merespon.
Irma hendak mendorong tubuh Jati yang tengah bersandar di pagar pembatas lapangan, "Lhooo, Jatiiii...?" diturunkannya jaket jeans yang menutup sedikit wajah Jati. Terlihatlah, Jati yang tengah tertidur pulas. Begitu riuh bergetarnya stadion tak mampu mengganggunya dari lelap.
"Jatiii...!!"
Irma kesal. Emosi yang sedari tadi ditahannya meledak di ubun-ubun. Dihempaskannya camilan yang barusan dibelinya. Hasrat menonton basketnya lenyap seketika. Dia tidak peduli. Di tinggalkannya stadion olahraga yang riuh bergelora. Di tinggalkannya tim basket favoritnya yang tengah bertanding ketat. Ditinggalkannya Jati, kekasihnya yang tengah terpenjara mimpi.