"Jatiiii...! Jangan ngebut gini, Irma ngeriiii...!" Irma memejamkan mata sambil memeluk pinggang Jati,  seerat-eratnya.
Jati tak perduli. Dengan kecepatan tinggi, Jati membelah jalan kota, meliuk-liuk di antara  ramainya lalu lintas.
Jati menarik-narik kedua tangan Irma yang masih  memeluk erat tubuhnya. "Sudah sampai, Ir. Sepertinya sudah mulai pertandingannya."
"Sudah nyampe?" perlahan Irma mengendorkan pelukannya. Walau sipit sedikit kabur, pengelihatan
Irma berangsur-angsur normal. Irma langsung melompat turun dari atas motor menyadari keadaan sekelilingnya,
"Aaaaah, Jati! Tu kan udah mulai. Ayo, cepat!" Irma berlari kecil menuju pintu stadion tanpa melihat kearah Jati yang tengah sibuk menyimpan jaket dan helm.
Dalam stadion suasana tampak telah memanas, pertandingan basket antar kampus beberapa menit lalu di mulai. Decit sepatu para pemain nyaris tak terdengar. Teredam oleh gemuruh yang memekakkan telinga. Hanya peluit wasit yang mampu mengalahkan gemuruhnya. Warna merah menghiasi tribun penonton bagian utara. Sementara pada bagian selatan, warna biru mendominasi. Sorak-sorai penonton jelas membakar semangat pemain, membuat pertandingan semakin menarik.
Sementara itu, tampak Irma menarik tangan Jati mengajaknya mencari tempat duduk yang agak nyaman untuk menonton. Mencari-cari selama lima menit akhirnya mereka menemukan tempat duduk nyaman, dekat tembok pembatas pintu ruang ganti pemain.
Baru saja mereka menjatuhkan bokong.
"Aduh Jati! Kamu lupa beli minuman!" sungut Irma kesal.
"Sudah, nggak usah minum. Nanti saja istirahat quarter pertama!"