Pada era digital seperti sekarang ini, bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam berkomunikasi antarsesama manusia. Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar, termasuk dalam penggunaan ejaan. Kurangnya kemampuan berbahasa itu disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa (Supriani & Siregar 2016). Kesalahan ejaan seringkali terjadi baik itu dalam bentuk lisan maupun tulisan, terutama di ruang publik. Kesalahan ejaan dalam bahasa Indonesia merupakan masalah yang umum terjadi di ruang publik. Kita sering kali menemukan tulisan yang salah eja, baik di media cetak, media sosial, atau bahkan pada papan nama di depan gedung (Oktavia, Cahyono, & Winarsih 2022). Kesalahan ejaan ini dapat mempengaruhi pemahaman dan kesan yang diberikan kepada pembaca atau pengguna bahasa.
Kesalahan penggunaan ejaan dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari kurangnya pemahaman terhadap aturan ejaan bahasa Indonesia, ketidaksengajaan, hingga faktor ketidakseriusan. Kenyataan saat ini memperlihatkan bahwa masih banyak pemakai bahasa yang belum bahkan tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi belum benar atau masih mengandung kesalahan-kesalahan (Habeahan, Sauhenda, and Lestari 2023). Faktor penyebab kesalahan berbahasa bisa berasal dari faktor pemakaian bahasa. Faktor ini berupa (a) Kurang pemahaman terhadap aturan bahasa Indonesia, (b) Ketidaksengajaan pemakaian bahasa, dan (c) inin gagah (Siahaan, Saragih, and Hasibuan 2022). Beberapa contoh kesalahan ejaan yang sering ditemukan adalah penggunaan huruf kapital yang salah, penggunaan tanda baca yang salah, penggunaan huruf vokal yang salah, dan masih banyak lagi (Rantika 2022).
Pengertian Ejaan beserta Contohnya
Ejaan adalah sistem atau aturan penulisan suatu bahasa yang mencakup penggunaan huruf, tanda baca, serta susunan kata yang sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Ejaan berfungsi untuk mengatur bagaimana kata, kalimat, dan teks dalam sebuah bahasa ditulis, dengan tujuan untuk menjaga konsistensi dan mempermudah pemahaman. Dalam bahasa Indonesia, ejaan yang diakui dan digunakan secara resmi adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), yang mengatur penggunaan huruf, tanda baca, serta ketentuan penulisan kata dengan benar.
Penerapan ejaan yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan dapat dipahami dengan jelas oleh pembaca, tanpa adanya kebingungan atau kesalahan interpretasi. Ejaan yang salah dapat mengubah makna atau membuat kalimat menjadi tidak efektif.
Contoh Ejaan dalam Bahasa Indonesia
Ejaan Huruf
- Ejaan yang benar: "kegiatan" (bukan "kegitan")
- Ejaan yang benar: "keluarga" (bukan "keluarga")
Ejaan Pemisahan Kata
- Ejaan yang benar: "di dalam" (bukan "didalam")
- Ejaan yang benar: "sebagai mana" (bukan "sebagaimana")
Ejaan dengan Penggunaan Huruf Kapital
- Ejaan yang benar: "Jakarta" (nama tempat)
- Ejaan yang benar: "Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Gramedia" (huruf kapital pada kata "Buku" karena merupakan awal kalimat)
Ejaan dalam Penulisan Kata Serapan
- Ejaan yang benar: "internet" (bukan "inter-net")
- Ejaan yang benar: "televisi" (bukan "televise")
Ejaan dalam Penggunaan Kata Depan
- Ejaan yang benar: "di atas meja" (bukan "dimeja")
- Ejaan yang benar: "di bawah pohon" (bukan "dibawah pohon")
Contoh Ejaan yang Salah
- Kesalahan: "Saya akan berangkat ke jakarta besok."
- Perbaikan: "Saya akan berangkat ke Jakarta besok." (Kata "Jakarta" harus menggunakan huruf kapital karena nama tempat.)
- Kesalahan: "Kami ingin membeli barang yang murah meriah."
- Perbaikan: "Kami ingin membeli barang yang murah meriah." (Penggunaan kata yang tidak baku: "murah meriah" sebaiknya dikoreksi agar sesuai dengan norma bahasa baku.)
Apa Saja Aspek Penggunaan Bahasa yang Diatur dalam Ejaan Bahasa Indonesia?
Ejaan Bahasa Indonesia, yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), mencakup berbagai aspek penting yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam tulisan. Berikut adalah beberapa aspek yang diatur dalam ejaan Bahasa Indonesia:
1. Penggunaan Huruf
- Huruf Kapital: Penggunaan huruf kapital diatur untuk menunjukkan awal kalimat, nama diri (misalnya nama orang, tempat, atau lembaga), nama bulan dan hari, serta istilah resmi.
- Contoh: Jakarta, Senin, Presiden, Republik Indonesia.
- Huruf Kecil: Semua huruf selain yang diatur untuk menggunakan huruf kapital harus menggunakan huruf kecil.
- Contoh: rumah, taman, sekolah.
2. Penulisan Kata
- Penulisan Kata Dasar: Penulisan kata dasar yang belum mengalami perubahan (misalnya penambahan imbuhan) harus mengikuti aturan yang berlaku.
- Contoh: makan, tidur, belajar.
- Pemisahan Kata: Penulisan kata yang harus dipisah sesuai dengan aturan tata bahasa.
- Contoh: di luar (bukan "diluar"), di depan (bukan "didepan").
- Penggabungan Kata (Kata Majemuk): Kata majemuk yang berasal dari dua kata yang digabung harus mengikuti aturan tertentu dalam penulisannya, apakah ditulis terpisah, disatukan, atau diberi tanda hubung.
- Contoh: kata majemuk terpisah: di luar, kata majemuk disatukan: sekolah tinggi, kata majemuk diberi tanda hubung: ibu kota.
3. Penulisan Tanda Baca
- Tanda Titik: Digunakan untuk mengakhiri kalimat deklaratif (pernyataan).
- Contoh: Saya akan pergi ke pasar.
- Tanda Koma: Digunakan untuk memisahkan unsur-unsur dalam sebuah kalimat yang memiliki lebih dari satu bagian atau untuk memisahkan kata atau kelompok kata yang sejenis dalam kalimat.
- Contoh: Buku, pensil, dan kertas ada di meja.
- Tanda Tanya: Digunakan untuk mengakhiri kalimat yang berbentuk pertanyaan.
- Contoh: Apa yang kamu cari?
- Tanda Seru: Digunakan untuk mengekspresikan perasaan atau untuk kalimat yang mengandung perintah atau ajakan.
- Contoh: Hati-hati di jalan!
- Tanda Hubung: Digunakan untuk menghubungkan dua kata atau lebih yang membentuk kata majemuk atau menyambungkan bagian kalimat.
- Contoh: ibu kota, penanggung jawab.
4. Penggunaan Huruf yang Sama dalam Imbuhan
- Pemakaian Huruf yang Sama pada Imbuhan: Dalam beberapa kasus, huruf yang digunakan pada imbuhan mengikuti ejaan yang telah ditentukan.
- Contoh: berprestasi (bukan "berprestasi"), terkejut (bukan "terkejut").
5. Penulisan Angka dan Bilangan
- Penulisan Angka: Penulisan angka dalam teks dilakukan sesuai dengan aturan, misalnya angka untuk bilangan lebih dari sepuluh biasanya ditulis dengan angka Arab, sedangkan bilangan kecil umumnya menggunakan huruf.
- Contoh: dua buku, 15 siswa.
- Penulisan Bilangan dalam Kata: Bilangan yang disebutkan dalam bentuk kata harus sesuai dengan ejaan yang berlaku.
- Contoh: seratus lima puluh, dua ribu.
6. Penulisan Kata Serapan
- Penulisan Kata Serapan: Kata serapan dari bahasa asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia harus ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku.
- Contoh: komputer (dari "computer" dalam bahasa Inggris), televisi (dari "television").
- Penyusunan Huruf pada Kata Serapan: Jika kata serapan masih mempertahankan bentuk aslinya, maka harus mengikuti pedoman ejaan.
- Contoh: agenda (dari bahasa Latin), teater (dari bahasa Yunani).
7. Penulisan Prefiks, Sufiks, dan Konfiks
- Prefiks: Imbuhan yang ditempelkan di depan kata dasar.
- Contoh: meng- (mengambil), ber- (berlari).
- Sufiks: Imbuhan yang ditempelkan di belakang kata dasar.
- Contoh: -kan (membuatkan), -i (mengajari).
- Konfiks: Gabungan prefiks dan sufiks.
- Contoh: memper- (memperbaiki), per-an (perjalanan).
8. Penulisan Kata yang Tertulis Sama (Homofon)
- Homofon: Kata yang berbunyi sama namun memiliki makna yang berbeda dan penulisannya juga berbeda.
- Contoh: "berat" (berat benda) dan "berat" (kerugian besar dalam konteks ekonomi).
9. Penggunaan Kata Serapan
- Penggunaan kata serapan dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan ejaan Indonesia harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan.
- Contoh: "akselerasi" (dari "acceleration" bahasa Inggris), "internet" (dari "internet" bahasa Inggris).
10. Penyusunan Kalimat Efektif
- Efektivitas dalam Struktur Kalimat: Penulisan kalimat yang memiliki struktur yang jelas dan tidak membingungkan, sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku.
- Contoh: Kalimat yang efektif: "Saya akan pergi ke pasar besok" (bukan "Saya akan ke pasar pergi besok").
Fungsi dari Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan Bahasa Indonesia memiliki berbagai fungsi penting yang berperan dalam menjaga kelancaran dan kejelasan komunikasi tertulis. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari Ejaan Bahasa Indonesia:
1. Membantu Kejelasan Komunikasi
- Fungsi utama ejaan adalah untuk memastikan bahwa tulisan dapat dipahami dengan jelas oleh pembaca. Penggunaan ejaan yang tepat memungkinkan informasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan dapat diterima tanpa adanya kebingungan atau salah interpretasi.
- Contoh: Penggunaan huruf kapital yang tepat pada nama tempat atau orang akan memudahkan pembaca dalam memahami apakah yang dimaksud adalah nama atau benda umum. Misalnya, "Jakarta" sebagai ibu kota Indonesia, berbeda dengan kata "jakarta" yang bisa merujuk pada istilah lain yang tidak spesifik.
2. Memastikan Konsistensi dalam Penulisan
- Ejaan menyediakan standar yang harus diikuti dalam penulisan bahasa Indonesia, memastikan konsistensi di seluruh teks. Ini penting untuk menghindari keraguan atau variasi yang bisa membingungkan pembaca.
- Contoh: Penulisan kata "di dalam" yang harus dipisah dan tidak digabung sebagai "didalam" di seluruh teks akan memberikan konsistensi dan memudahkan pemahaman pembaca.
3. Menyatukan Penggunaan Bahasa di Seluruh Indonesia
- Ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia berfungsi sebagai alat untuk menyatukan berbagai dialek dan variasi bahasa yang ada. Dengan ejaan yang seragam, pembaca dari berbagai daerah dapat memahami bahasa tulis yang digunakan di tempat lain.
- Contoh: Kata "surat" akan selalu ditulis dengan cara yang sama, meskipun orang di daerah yang berbeda mungkin mengucapkannya dengan aksen atau dialek yang berbeda.
4. Menjaga Keutuhan dan Keaslian Bahasa
- Ejaan juga berfungsi untuk melindungi keutuhan dan keaslian bahasa Indonesia dari pengaruh luar atau pergeseran yang tidak sesuai dengan aturan yang sudah ada. Penggunaan ejaan yang benar membantu mencegah kesalahan penulisan yang dapat mengubah makna kata.
- Contoh: Kata serapan dari bahasa asing, seperti "televisi", tetap ditulis dengan ejaan yang sesuai meskipun bahasa asing memiliki pelafalan atau penulisan yang berbeda.
5. Meningkatkan Profesionalisme dalam Penulisan
- Penggunaan ejaan yang tepat menandakan penulis memiliki pengetahuan dan keseriusan dalam menyampaikan pesan secara tertulis. Ini sangat penting dalam konteks penulisan resmi, akademik, dan profesional.
- Contoh: Penulisan surat resmi yang mengikuti aturan ejaan akan meningkatkan kredibilitas dan kesan profesionalisme dari penulisnya.
6. Membantu Pembaca dalam Memahami Makna yang Dimaksud
- Ejaan berperan penting dalam menjaga ketepatan makna kata. Penulisan yang salah dapat mengubah arti suatu kata atau kalimat secara signifikan, yang bisa menyebabkan pembaca salah paham atau tidak dapat menangkap pesan yang dimaksud.
- Contoh: Kalimat "mari makan di luar" jika tidak menggunakan ejaan yang benar bisa diartikan berbeda dengan kalimat "mari makan diluar" yang tidak dipisah. Perubahan struktur ini bisa menimbulkan kebingungan.
7. Sebagai Panduan dalam Pembelajaran Bahasa
- Ejaan yang benar adalah panduan utama dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bagi siswa atau orang yang mempelajari bahasa Indonesia, memahami ejaan yang benar sangat penting agar mereka dapat menulis dan berbicara dengan baik dan benar.
- Contoh: Mengajarkan siswa untuk membedakan kata baku dan tidak baku, serta penggunaan tanda baca yang tepat, akan membantu mereka dalam berkomunikasi dengan lebih efektif.
8. Mempermudah Proses Penerjemahan dan Pengeditan
- Ejaan yang seragam juga mempermudah proses penerjemahan dan pengeditan teks. Jika sebuah teks mengikuti pedoman ejaan yang sudah ditetapkan, proses perbaikan dan penerjemahan ke bahasa lain akan lebih cepat dan lebih akurat.
- Contoh: Sebuah artikel yang mengikuti ejaan yang benar akan lebih mudah dipahami dan diterjemahkan, tanpa menimbulkan keraguan tentang makna kalimat yang ditulis.
9. Menghormati dan Melestarikan Bahasa Indonesia
- Dengan mengikuti aturan ejaan yang berlaku, kita turut serta dalam melestarikan dan menghormati bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Ejaan yang benar membantu bahasa Indonesia tetap berkembang dan dapat digunakan dengan baik di berbagai bidang.
- Contoh: Penulisan kata dan kalimat sesuai kaidah bahasa Indonesia akan menjaga eksistensi bahasa ini agar tetap digunakan dengan benar oleh masyarakat luas.
10. Mencegah Kesalahan yang Dapat Merusak Makna
- Ejaan yang benar dapat menghindari kesalahan yang merusak makna dalam komunikasi tertulis. Misalnya, kesalahan dalam penggunaan tanda baca atau pemisahan kata bisa mengubah seluruh maksud pesan yang ingin disampaikan.
- Contoh: Kalimat "Mari makan, anak-anak!" yang tepat akan memiliki makna yang berbeda dengan kalimat "Mari makan anak-anak!" yang tidak menggunakan tanda koma dengan benar.
Berikut Beberapa Contoh Kesalahan Penggunaan Ejaan dalam Kehidupan Sehari-hari
K
esalahan penggunaan ejaan yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan informal maupun formal. Kesalahan-kesalahan ini dapat menyebabkan kebingungan dan memengaruhi pemahaman pembaca atau pendengar.
1. Kesalahan Penulisan Huruf Kapital
- Kesalahan: "Jakarta adalah ibukota negara Indonesia."
- Perbaikan: "Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia."
- Penjelasan: "Ibu kota" tidak perlu menggunakan huruf kapital pada kata "ibu" karena kata ini bukan merupakan nama diri. Penggunaan huruf kapital hanya pada "Jakarta" sebagai nama tempat.
2. Kesalahan Penulisan Kata Depan
- Kesalahan: "Saya tinggal di kota Surabaya."
- Perbaikan: "Saya tinggal di Kota Surabaya."
- Penjelasan: "Kota" seharusnya menggunakan huruf kapital karena di sini merupakan bagian dari nama tempat ("Kota Surabaya").
3. Kesalahan Penggunaan Huruf yang Sama
- Kesalahan: "Mereka sedang berusaha membangun suatu tempat yang bermanfaat."
- Perbaikan: "Mereka sedang berusaha membangun suatu tempat yang bermanfaat."
- Penjelasan: Kata "berusaha" tidak membutuhkan huruf "h" setelah "ber". Banyak orang sering keliru menulis "berusaha" menjadi "berusaha" karena pengaruh pelafalan.
4. Kesalahan Penulisan Kata Serapan
- Kesalahan: "Dia menggunakan kompiuter untuk belajar."
- Perbaikan: "Dia menggunakan komputer untuk belajar."
- Penjelasan: Kata yang diserap dari bahasa asing "computer" dalam bahasa Inggris harus ditulis "komputer" sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.
5. Kesalahan Penggunaan Tanda Baca
- Kesalahan: "Saya akan pergi ke pasar, beli buah dan sayur."
- Perbaikan: "Saya akan pergi ke pasar, beli buah, dan sayur."
- Penjelasan: Kata "dan" yang menghubungkan unsur dalam sebuah kalimat harus dipisah dengan tanda koma untuk memisahkan komponen yang lebih jelas.
6. Kesalahan Penulisan Kata yang Digabungkan
- Kesalahan: "Dikarenakan cuaca buruk, kami membatalkan perjalanan."
- Perbaikan: "Dikarenakan cuaca buruk, kami membatalkan perjalanan."
- Penjelasan: Kata "dikarenakan" seharusnya ditulis terpisah menjadi "di karenakan".
7. Kesalahan Penggunaan Kata yang Sering Disatukan
- Kesalahan: "Kegiatan itu dilakukan dengan semangat yang tinggi."
- Perbaikan: "Kegiatan itu dilakukan dengan semangat yang tinggi."
- Penjelasan: Kata "dengan" adalah kata depan yang harus dipisah dengan kata lainnya.
8. Kesalahan Penulisan Bilangan
- Kesalahan: "Pemerintah akan membagikan 10,000 masker."
- Perbaikan: "Pemerintah akan membagikan 10.000 masker."
- Penjelasan: Dalam bahasa Indonesia, pemisahan ribuan menggunakan tanda titik (.) bukan koma (,).
9. Kesalahan Pemisahan Kata yang Tidak Perlu
- Kesalahan: "Saya ingin makan di luar negeri."
- Perbaikan: "Saya ingin makan diluar negeri."
- Penjelasan: Kata "diluar" tidak boleh disatukan, seharusnya ditulis "di luar" karena "di" adalah kata depan.
10. Kesalahan Penulisan Kata Baku dan Tidak Baku
- Kesalahan: "Anak-anak harus belajar dengan serius supaya masa depannya cemerlang."
- Perbaikan: "Anak-anak harus belajar dengan serius supaya masa depannya cerah."
- Penjelasan: Kata "cemerlang" adalah bentuk tidak baku dalam bahasa Indonesia. Kata yang tepat adalah "cerah".
11. Kesalahan Penggunaan Kata yang Sama
- Kesalahan: "Saya sudah mengecek kembali hasil kerja saya, dan mengecek ulang apakah ada yang kurang."
- Perbaikan: "Saya sudah mengecek kembali hasil kerja saya, dan memeriksa ulang apakah ada yang kurang."
- Penjelasan: Kata "mengecek" dan "memeriksa" memiliki makna yang sama, sehingga hanya perlu digunakan salah satu untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.
12. Kesalahan dalam Penggunaan Partikel
- Kesalahan: "Apakah Anda sudah mengerjakan tugasnya dengan baik?"
- Perbaikan: "Apakah Anda sudah mengerjakan tugas itu dengan baik?"
- Penjelasan: Penggunaan partikel "nya" pada kata "tugasnya" kurang tepat, karena "tugas" merupakan kata umum, dan lebih tepat menggunakan kata "tugas itu" untuk menunjukkan benda yang dimaksud.
13. Kesalahan Penggunaan Kata yang Mengandung Makna Ganda
- Kesalahan: "Dia mendapatkan laporan dari laporan yang diterima."
- Perbaikan: "Dia mendapatkan laporan dari sumber yang diterima."
- Penjelasan: Penggunaan kata "laporan" yang terulang di dalam kalimat menyebabkan ambiguitas. Sebaiknya dipilih kata yang lebih tepat, seperti "sumber" agar lebih jelas.
14. Kesalahan dalam Penulisan Kata Majemuk
- Kesalahan: "Pekerjaan rumah saya sangat banyak."
- Perbaikan: "Pekerjaan rumah saya sangat banyak."
- Penjelasan: Kata "pekerjaan rumah" harus ditulis terpisah. Banyak orang sering menulisnya sebagai "pekerjaan rumah" padahal seharusnya tidak digabung.
KESIMPULAN
Kesalahan penggunaan ejaan dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi karena pengaruh kebiasaan, pengaruh dialek, atau ketidaktahuan tentang pedoman ejaan yang benar. Untuk memperbaiki kesalahan tersebut, penting untuk selalu merujuk pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang ditetapkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Menggunakan ejaan yang benar akan membantu menjaga kejelasan, konsistensi, dan efektivitas komunikasi dalam tulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Habeahan, N. L. S., Sauhenda, A. F., & Lestari, F. (2023). Analisis Kesalahan Ejaan Dalam Koran Arafura News Edisi Juni 2021 . Education : Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan, 3(1), 41-51. https://doi.org/10.51903/education.v3i1.288
Oktavia, B. L., Cahyono, B. E. H., & Winarsih, E. (2022). Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Spanduk Di Sunday Market Taman Lalu Lintas Bantaran Kota Madiun. Shambhasana: Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 1(1), 106--22Â
Rahardjo, M. (2020). Pengaruh Ejaan yang Salah dalam Media Publik terhadap Pemahaman Pesan - Jurnal Pendidikan Bahasa, 18(1), 45-58.
Rantika, N. (2022). Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Media Luar Ruang Di Kota Purwodadi.
Siahaan, M., Saragih, E. L. L., & Hasibuan, R. (2022). Analisis Kesalahan Berbahasa pada Berita Tribun News Medan. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(9), 3384-3386. https://doi.org/10.54371/jiip.v5i9.890
Supriani, R., & Siregar, I. R. (2016). Penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa. Jurnal Edukasi Kultura: Jurnal Bahasa, Sastra Dan Budaya, 3(2). https://doi.org/10.24114/KULTURA.V1I2.5204.
Suryana, T. (2021). Analisis Kesalahan Ejaan dalam Spanduk Publik: Studi Kasus di Jakarta - Jurnal Linguistik Indonesia, 15(2), 121-135.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H