Awalnya kita menentukan waktu untuk bisa ketemu bareng di satu tempat yang sama, karna memang waktu itu kita tidak memiliki tempat untuk singgah. Kita bertemu tanpa saling bertukar kabar satu sama lain, karna memang teman-teman banyak yang tidak punya handphone. Hingga akhirnya teman-teman sekarang bisa bersama-sama setiap hari tanpa harus ketakutan di kejar-kejar petugas. Rumah nyaman berdiri atas kerja keras teman-teman dan donatur yang berkenan membantu kami.
Pagi itu, handphone berdering berkali-kali. Ketika aku lihat, banyak suara masuk dari nomor yang nggak aku kenal. Handphone kembali bergetar ketika aku buru-buru menyelesaikan tulisanku yang mau di terbitkan.
"Assalaamualaikum mbak Nadine." Sambung suara di sebrang.
"Waalaikumsalam. Dengan saya sendiri, maaf ini dengan siapa?" Tanyaku dengan tetap melanjutkan projeku.
"Saya Aqila mbak. Saya mau konsultasi sama mbak Nadine."
Aku kuliah di jurusan pendidikan bahasa Indonesia, tapi bukan berarti aku hanya bisa melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bahasa. Aku membuka jasa mentoring untuk memberikan wadah buat orang-orang yang sedang membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah atau membutuhkan bantuan moral untuk mengembalikan semangat dan rasa percaya diri. Aku termasuk orang yang peduli dengan kesehatan mental, maka dari itu aku membuka layanan ini. Meskispun tidak bisa membantu untuk menyembuhkan, paling tidak aku bisa membantu memotivasi mereka.
"Baik Aqila, apa yang kamu keluhkan?" Tanyaku kepada orang yang akan menggunakan jasaku.
"Saya lagi ada di fase sangat krisis mbak. Saya bingung harus berbuat apa. Saya butuh pencerahan dari mbak Nadine karna saya merasa dirugikan. saya sering kehilangan fokus, akibatnya saya tidak bisa produktif."
"Baik saya mengerti maksud kamu. Besok kita ketemu untuk membicarakan ini lebih lanjut. Sekarang saya masih ada di rumah."
***
Pagi-pagi buta aku harus bergegas berangkat ke menuju stasiun agar tidak terlewat kereta yang menuju ke kampus.