Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Horor

Perkemahan Terakhir

23 Desember 2024   11:35 Diperbarui: 23 Desember 2024   11:35 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Axel beranjak dari duduknya.

"Mau ke mana?" tanya Kenzo.

"Saya ketua pelaksana kegiatan ini, Pak. Saya merasa harus bertanggung jawab. Saya ingin melihat teman-teman di sana.

"Sebaiknya kamu istirahat dulu di sini beberapa petugas sudah menangani korban," ucap Kenzo.

"Lain kali kamu harus nurut kepada ucapan saya," katanya lagi dengan nada suara yang jauh lebih lembut.

"Pak, bisa tidak berhenti menyalahkan saya?" tiba-tiba suara Axel meninggi. Matanya berwarna merah penuh amarah. Saya juga berusaha bertanggung jawab!" teriak Axel memecah sunyi. Suaranya bergema bersaing dengan gemerisik hujan yang terdengar deras di luar surau.

"Axel, tenang!" pinta Kenzo dengan suara yang lebih lembut. Menjadi guru muda tidaklah mudah meredakan ego untuk melawan anak remaja yang usianya tidak sampai terpaut belasan tahun.

"Sejak awal ketika kamu meminta izin untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat camping, saya sama sekali tidak mengizinkan. Karena saya peduli kepada kalian, saya hanya ingin memberitahu bahwa anak muda memang memiliki mental dan keberanian yang mungkin lebih hebat daripada kami orang dewasa. Akan tetapi percayalah, kami yang sudah lebih dewasa sudah banyak memakan asam garam dan pengalaman. Hal inilah yang menjadikan saya harus memberikan larangan kepada kalian. Sekarang lihatlah akibatnya dari apa yang telah kamu putuskan. Teman-temanmu jadi korban bukan?" ucap Kenzo Wijaya panjang lebar. Axel mulai tenang, ia akhirnya paham apa yang dimaksudkan gurunya itu.

"Saya mohon maaf, Pak. Namun ketahuilah, bahwa ini semua bukan murni kesalahan saya dan kami sebagai panitia penyelenggara. Ada yang jauh lebih bertanggung jawab atas semua ini, Pak," ucap Axel dengan suara yang nyaris tercekat. "Danang lah yang meminta saya untuk membuat rute itu," katanya lagi.

"Danang?" tanya Kenzo  keheranan.

"Dia pula yang memaksa saya mengambil lokasi ini. Dia pula yang menyarankan saya untuk tidak mengabari bapak dan langsung berangkat. Dia juga yang meminta saya memalsukan surat dan proposal sehingga lokasi di proposal dan lokasi kegiatan sekarang berbeda," ungkap Axel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun