"Jangan takut, aku pasti kembali. Kamu tolong kondisikan penjaga pos seperti yang sudah disiapkan sebelumnya. Saat aku kembali, semua petugas harus ikut aku ke lokasi post yang akan aku tentukan sebentar lagi," jelasnya lagi. Arin mengangguk patuh dan bersiap mengumpulkan para koordinator pos jurit malam.
Axel meninggalkan area perkemahan, tubuhnya menghilang di antara gelap, diiringi perasaan khawatir yang sangat dalam dari dalam diri Arin.
Gerimis menderas ketika Axel dan Danang menapaki jalan setapak menjauh dari perkemahan. Membuat rute yang lebih landai dengan minim rintangan adalah sebuah pilihan yang dianggap bijak meskipun dalam hati Axel keraguan itu semakin besar. Namun demi harga dirinya, ia harus terus mengikuti langkah kaki Danang. Kemana Danang melangkah, maka kesalahan Axel membawa tubuh dengan keraguannya.
Masih teringat jelas ketika ia dikatakan sebagai pengecut dan penakut kala ia menolak untuk kemping di lokasi itu beberapa waktu lalu.
"Ketua pelaksana macam apa mental tempe kayak begitu?" ledek Danang dengan tatapan penuh penghinaan kepada Axel.
"Aku bukan penakut, Bang. Aku Cuma merasa bertanggung jawab dengan keselamatan peserta," jawab Axel dengan lantang.
"Kau hanya terlalu percaya pada mitos dan hal gaib, Axel. Akhirnya kau menjadi penakut seperti ini. Bukankah akan menjadi sebuah prestasi ketika kamu mengadakan camping di sana dan semua peserta menjadi pemberani karena telah memecahkan tabu yang ada?" kata Danang lagi. Membuat keputusan Axel akhirnya berubah.
Informasi kegiatan yang sudah disebar kepada orang tua dalam surat izin dan di proposal ajuan yang diberikan kepada kepala sekolah pun diubah secara diam-diam. Lokasi berubah beberapa hari sebelum waktu pelaksanaan. Menyisakan sesal dan perasaan was-was dalam hati Axel sebagai ketua pelaksana. Sesal dan ragu yang masih menyelimutinya hingga detik itu.
"Di sini pos satu," ucap Danang membuyarkan lamunan Axel. Danang menyoroti sebuah batu besar dengan lampu senternya.
"Kenapa harus di batu ini?" tanya Axel.
"Sisa hujan membuat tanah becek. Panitia harus diam di tempat nyaman. Setidaknya kalau duduk di batu, hanya perlu alas duduk bukan?" ucap Danang dengan seringai senyum yang ganjil.