Pada awalnya kegiatan berjalan lancar. Peserta pun merasa senang karena lokasi kegiatan tidak memerlukan waktu yang banyak. Mereka hanya harus berjalan kaki 5 Km dari pos pemberhentian mobil yang membantu akomodasi mereka.
Siang hari begitu cerah, semua kegiatan berjalan lancar. Sampai akhirnya hujan mulai turun sore hari. Kabut menyelimuti area perkemahan. Satu beberapa peserta mulai tumbang karena sakit perut, masuk angin, alergi dingin, asma dan penyakit yang diakibatkan udara dingin lainnya.
Rute jurit malam yang sudah dirancang sejak awal dinilai terlalu terjal jika harus dilewati dalam keadaan hujan. Rencananya, jurit malam akan dilaksanakan setelah pukul 21 malam dan berakhir tengah malam di area api unggun.
Namun rencana hanyalah rencana, koordinator lapangan mengaku khawatir jika rute jurit malam yang telah dibuat sebelumnya digunakan. Karena beberapa jalan cukup curam dan kecil. Apalagi dalam keadaan pencahayaan terbatas. Rencana menggunakan api obor gagal karena hujan yang turun telah memadamkan pencahayaan di berbagai titik.
Akhirnya sebagai ketua pelaksana Axel mengambil keputusan cepat. Bahwa jurit malam sebagai agenda utama malam ini diganti oleh renungan malam yang berlokasi di tenda utama.
Namun apa yang terjadi? Danang sebagai senior tertinggi di sana tidak menyetujui niat Axel. Ia bersikeras bahwa agenda jurit malam harus tetap dilaksanakan.
"Bang kayaknya tidak perlu dilakukan. Aku tidak mau mengambil risiko," pinta Axel pada Danang yang berwajah dingin.
"Bodoh! Pemimpin macam apa kamu ini? Begitu takut ambil risiko. Rute yang bahaya sudah kita tinggalkan. Sekarang kita buat rute baru yang lebih selamat. Ingat, inti dari kegiatan ini menumbuhkan kebearinan dan sikap kepemimpinan pada peserta. Apa jangan-jangan kau sendiri masih perlu latihan ulang?" tanya Danang sinis dengan nada menghina.
Axel meremas kepalanya. Sebagai ketua pelaksana ia merasa direndahkan. Akhirnya ia memutuskan untuk membuat rute baru itu. Dengan berbekal lampu senter ia mengikuti langkah kaki Danang berangkat secara diam-diam saat semua panitia sedang sibuk. Menyiapkan makan malam, mengobati yang kedinginan dan kesibukan lainnya.
"Aku berangkat dulu," pamitnya kepada Arin.
"hati-hati," pinta Arin cemas.