Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suamiku Memberiku Istana tapi Dia Membiarkanku Menghuninya Sendirian Saja

27 Oktober 2024   18:50 Diperbarui: 27 Oktober 2024   19:29 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat mas Handy menelefon langsung dan penjelasan barusan membuat hatiku yang dipenuhi prasangka menjadi luluh kembali. Aku berusaha percaya lagi kepada lelaki yang sangat aku cintai itu. 

Aku memeluk mas Handy dengan erat dan memintanya untuk sedikit meluangkan waktu untukku di sela-sela kesibukannya sebagai aktivis. Aku pun meminta dia untuk lebih terbuka tentang kegiatannya di luar hingga menghabiskan waktu begitu banyak. 

"Maafkan aku telah membuatmu merasa mengalami lonely marriage. Aku gak sengaja, aku hanya terlalu ambisius dengan pencapaianku dan kesibukan memang benar-benar menyita waktuku. Aku janji, lain kali aku akan membawamu ke tempatku bekerja. Mungkin itu bisa membuatmu jauh lebih luas mengenal dunia dan menambah wawasan tentang politik dan organisasi. Apa kamu bersedia?" tanyanya dengan tatapan teduh. Tatapan yang selalu berhasil menenangkanku.

Aku mengangguk setuju. Walaupun tidak terlalu berminat pada dunia itu, tapi jika memang suamiku sudah terlanjur terjun, apalah daya, tentu saja aku harus bersedia melibatkan diri dalam setiap agendanya. 

**

Beberapa hari berlalu. Aku mengikuti kegiatan mas Handy. Menghadiri beberapa rapat, bertemu dengan tokoh tertentu dan tentu saja Mita ada di sana. Aku bersyukur ternyata sejauh ini Mita mampu bersikap ramah kepadaku dan cukup hormat kepada istri rekan kerjanya. 

Sampai suatu ketika, saat kami makan malam bersama dalam sebuah perjamuan makan bersama tokoh politik, para istri aktivis ikut serta dalam perjamuan itu. Seorang perempuan paruh baya dengan gaya sosialita menghampiriku saat aku mengambil dessert di meja. Saat itu mas Handy sedang dipanggil ke ruangan, ada pembicaraan dengan tamu penting selepas makan.

"Maaf, Anda ini istrinya siapa ya?" tanyanya dengan ramah. 

Aku tersenyum menyambutnya dengan senyuman. Sambil mengulurkan tangan aku menjawab, "perkenalkan, Bu. Saya istrinya pak Handy."

"Pak Handy yang sekarang mencakonkan diri di kontes pilkada?" tanyanya lagi dengan ekspresi keheranan. 

Aku mengangguk sambil tetap menahan senyuman agar tetap terkembang di bibirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun